Minggu, 11 Mei 2014

Tentang Discover Indonesia 2014



Alhamdulillah tahun ini adalah pertama kalinya ada kegiatan Discover Indonesia di Newcastle. Yang mengadakan adalah Persatuan Pelajar Indonesia Newcastle atau PPI Newcastle. Sebagai orang Indonesia tentu sangat senang dan bangga ada kegiatan semacam ini.

Saya sebenarnya tidak terlibat langsung dalam kegiatan ini karena saya bukan pelajar, tapi istri pelajar he3.... Kebetulan salah satu kegiatannya adalah bazar makanan Indonesia, dan saya membantu berjualan di bazar ini, jadi sedikit tahu suasana kegiatan ini.

Bazar yang saya ikuti hanya di hari pertama saja. Ada beberapa stan di sana antara lain, 1 stan makanan, 2 stan pakaian dan aksesoris khas Indonesia, stan panitia dan penjualan tiket untuk pertunjukan seni, stan foto dengan pakaian daerah, serta stan bermacam alat kesenian khas Indonesia,  seperti kendang, wayang golek, dan sebagainya.

Suasana pagi itu kurang cerah, cenderung mendung, bahkan hujan turun berkali-kali. Alhamdulillah pengunjung lumayan ramai hari itu. Banyak orang-orang berdatangan untuk melihat-lihat maupun membeli makanan. Rata-rata mereka bertanya menu terlebih dahulu sebelum membeli makanan, ya...iya lah...mereka kan bukan orang Indonesia. Jadi penjual bersiap-siap nih menjelaskan dengan rinci bahan-bahan makanannya. Misalnya saat itu di stan bazar yang saya jaga ada menu nasi uduk, nasi kuning, somay, batagor, pempek, risoles, lumpia, ketan serundeng, sate ayam, sate padang, es cendol, bubur ketan hitam, ayam bakar, dendeng padang, wuih...banyak banget ya... Nah pembeli akan tanya tuh, nasi uduk itu apa? Nasi kuning itu terbuat dari apa? Seperti apa rasanya risoles? Dan pertanyaan detail lainnya.

Yah...namanya juga baru tahu, mungkin mereka tidak ingin setelah membeli ternyata kurang menyukai rasanya. Bahkan ada bule yang yang tanya ke saya, "Which one do you recommend?" Nah kan tambah bingung saya jawabnya. Akhirnya saya tanya balik, mau nasi atau snack aja? Terus dia bilang mau yang ada nasinya. Lalu saya jawab, "I like this one", sambil saya nunjuk nasi uduk. Dia senang sekali saya kasih jawaban itu karena dia sendiri bingung mau memilih apa, belum pernah merasakan masakan Indonesia sama sekali sebelumnya, jadi blank lah soal rasa.

Alhamdulillah panitianya pengertian dan baik hati (lebay dikit ya...) mereka membantu memberitahu menu apa saja yang tersedia, serta memberikan penjelasan dan gambaran tentang bahan-bahan, cara pembuatan, dan rasanya, serta apa yang paling mereka rekomendasikan untuk pembeli. Jadi pembeli-pembeli asing itu lumayan mengerti atau paling tidak mereka bisa mencoba sesuatu sesuai saran yang mereka terima.

Mereka para pembeli itu antri lho, jadi kalaupun pembeli satunya masih dilayani agak lama, pembeli yang lain sabar kok menunggu dengan tertib antri, bahkan ada juga yang belum saya sapa, mereka diam saja, tidak mau menyela padahal saya nggak ngapa-ngapain lho, maksudnya nungguin mereka ngomong dulu mau beli apa. Mereka menunggu disapa "hallo", atau "can I help you", baru mereka respon tanya ini itu, lalu beli.


Ada juga yang tanya duluan "Do you have ££$%%^%&*)?", saya mengernyitkan dahi, agak bingung. "What?", tanya saya "££$%%^%&%)", jawabnya, saya masih nggak ngerti apa yang dia omongin. Lalu saya coba tanya lagi "What is it looks like?". Lalu dia jawab, pakai bahasa Inggris yang artinya begini kurang lebihnya. Kue yang warnanya hijau, panjang, di dalamnya ada manis-manisnya, cara membuatnya dadar, diisi sesuatu, lalu digulung, warnanya hijau. "O......dadar gulung right?", jelas saya. "Yes, dadar gulung", jawabnya ala-ala Cinta Lauren. "Maaf tidak punya", jawab saya dengan bahasa Inggris. Lha ternyata dia masih tetangga to, dari Malaysia, makanya dia tahu kue dadar gulung, itu kue kesukaannya di negaranya sono.

Yang paling sering mereka tanyakan adalah sesuatu yang berasal dari sayuran karena mereka vegetarian. Lumayan juga lho vegetarian di sini ternyata, sayangnya makanan berbahan sayur mayur tidak banyak dibikin, ada tapi di dalamnya ada daging entah ayam, sapi, atau ikan, nah...mereka tidak mau sudah kadung berikrar tidak akan saling makan memakan diantara teman he3..... Oiya untungnya ada tahu isi, akhirnya laris manis tuh tahu isinya.

Kalau sate mereka lumayan tahu tuh, mereka menyebutnya dengan skewer, sama dengan menu barbeque mereka, cuma saus kacangnya saja yang beda, sama lontong. Jadi menu sate ayam juga laris manis bagi mereka yang bukan vegetarian.


Ada yang menarik lagi, kebetulan stan makanan di sebelah stan yang saya jaga, salah satu penjualnya adalah remaja laki-laki bule. Dia dengan bahasa Inggrisnya yang lincah, menjelaskan ini itu pada calon pembelinya, dia tidak canggung, luwes aja kayak ngobrol sama teman gitu. Eh...tiba-tiba salah seorang teman, menghampiri saya sambil sedikit berbisik "Lho kok ada bule, tumben?", tanya nya. "Itu anak ibu itu, yang jual di stan sebelah", jawab saya. He3....teman saya heran, soalnya kok ada bule jualan bakso he3... Kalau tidak salah ibu sebelah saya itu orang Indonesia yang suaminya bule, lahir lah si abang tukang bakso itu eh maksudnya anak laki-laki yang hari itu bantuin berjualan di bazar.

Acara hari itu seru sekali, menyenangkan bisa mengenalkan budaya dan aneka makanan khas Indonesia ke luar negeri. Saya juga bangga dengan teman-teman PPI Newcastle, di tengah-tengah kesibukan belajar mereka, bahkan kalau tidak salah itu minggu ujian lho, tapi mereka bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk Indonesia tercinta. Sudah terbukti, dimana saja mereka berada, tetap berkontribusi kepada negeri dan ibu pertiwi. Salut buat teman-teman PPI, semoga lancar dan sukses untuk agenda tahunan dan studynya.

Semoga tahun berikutnya acara seperti ini bisa diadakan lagi. Semoga Allah memberikan kemudahan, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar