Jumat, 09 Mei 2014

Kisah-kisah tentang Kepedulian


Saya mengira jika kehidupan di luar negeri itu akan sangat individualistik, masing-masing orang sibuk dengan dirinya sendiri. Bagaimana tidak, pemandangan yang saya lihat kebanyakan setiap hari adalah banyak orang berlalu lalang tanpa saling menyapa, pandangan lurus ke depan, dan sudah umum jika di telinga mereka selalu menempel head set, entah mendengar kan musik atau sesuatu. Sering juga mereka berjalan namun berbicara dan tertawa sendiri, jangan kaget ya...mereka masih sehat kok, hanya sedang berbicara lewat handphone menggunakan headset nya.

Saya punya kebiasaan saat pergi ke suatu tempat yang tidak saya ketahui, maka saya akan bertanya kepada siapa saja yang ada di situ, namun kebanyakan mereka selalu menjawab "I don't know", dengan sikap terburu-buru. Bahkan saat saya sengaja bertanya kepada seseorang yang saya anggap muslim karena menggunakan penutup kepala, belum selesai pertanyaan saya, langsung dia menjawab "Sorry I am busy". Yang saya pelajari dari peristiwa itu adalah selalu mengecek google map terlebih dahulu sebelum pergi ke tempat tujuan, atau bertanya kepada teman sesama Indonesia sejelas-jelasnya. Di sini google jadi teman setia dalam perjalanan selain antimo (cie...iklan banget yak).

Namun ada hal-hal yang membuat saya merasa dipedulikan, atau paling tidak membuyarkan teori yang selama ini saya yakini. Di antaranya peristiwa-peristiwa berikut ini.

Saat itu saya sehabis pulang dari kursus, membawa pushchair. Sampai di rumah, saya agak kesulitan memasukkan pushchair karena pintu rumah depan saya ada 2 anak tangga yang lumayan tinggi. Tiba-tiba ada seorang perempuan dengan belanjaannya menghampiri saya, dan menawarkan bantuannya. Hemmm, hal kecil yang menyentuh hati rupanya.

Suatu hari saya pergi ke park bersama suami dan anak saya. Sepanjang jalan saya mengambil gambar-gambar di sepanjang jalan karena pemandangannya sangat indah hari itu, matahari cerah, pohon dan tanaman mulai tumbuh daun dan bunganya. Saya melihat salah satu tempat sampah umum di tepi jalan itu sedang mengeluarkan asap. Saya dan suami sebenarnya tahu hal itu, tapi tidak berfikir terlalu jauh. Kami hanya melewatinya saja. Datang dari arah berlawanan seorang pengendara sepeda yang langsung berhenti di dekat tempat sampah tersebut, mengambil handphone lalu menghubungi nomor yang tertera pada tempat sampah itu. Kami masih heran melihat kejadian itu, sambil terus melanjutkan perjalanan. Saat pulang, kami melewati jalan yang sama, dan melihat tempat sampah itu sudah basah kuyup dan tidak lagi mengeluarkan asap. Mungkin sudah datang petugas dan memadamkan asap dalam tempat sampah itu. Saya baru berfikir jangka panjangnya, bahwa mungkin saja jika asap itu dibiarkan, maka akan menimbulkan api dan menjalar ke mana-mana. Alhamdulillah dapat pelajaran lagi.

Sepulang dari kursus, saya berjalan pulang bersama teman dan anaknya yang berusia 3 tahunan. Saat di jalan, karena suatu sebab, anak teman tersebut tantrum. Kami berdua berusaha membujuknya agar mau menghentikan tantrumnya. Rupanya usaha itu belum berhasil. Tiba-tiba terlihat seorang perempuan mengintip dari jendela rumahnya, dan memperhatikan kami. Kami sudah mulai merasa tidak enak, khawatir jika dia merasa terganggu atau tidak nyaman. Tak lama kemudian, perempuan itu keluar sambil membawa sepotong kue di tangannya untuk diberikan pada anak teman saya tersebut agar berhenti tangisnya. Saya terima kue itu sambil mengucapkan terimakasih dan mohon maaf. Dia tersenyum sambil mengucapkan "That's fine, good baby" sambil melihat ke arah anak teman saya. Anak teman saya pun terdiam dari tangis dan tantrumnya, alhamdulillah masalah terselesaikan dengan bantuan perempuan tersebut. Kami melanjutkan berjalan pulang.

Di sebuah toko swalayan, saya dan anak saya berbelanja kebutuhan sehari-hari. Kebetulan di toko itu menjual aneka macam bread, termasuk donat kesukaan anak saya. Saat saya masih sibuk memilih-milih barang, tiba-tiba anak saya agak berteriak "I want pink doughnut" berkali-kali. Saya masih belum mempedulikannya, saya harap dia mau bersabar menunggu saya selesai. Tiba-tiba seorang ibu mendekati saya sambil bilang "Do you want pink doughnut? Because I heard she want it. I want to take all of it but I'll left it for your daughter". Saya baru tersadar dari kesibukan saya memilih-milih, segera saya jawab "Yes, please", dan meminta maaf serta berterimakasih pada ibu itu. Perasaan campur aduk waktu itu, antara terharu dan tidak enak hati.

Rupanya saya baru sadar bahwa kepekaan saya terhadap lingkungan sekitar saya masih rendah, masih sering cuek dengan kiri kanan. Apalagi saya seorang muslim, harusnya lebih tahu dan lebih mengamalkannya lagi dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah selalu memberikan hidayah pada diri saya, dan mempermudah saya untuk melakukan kebaikan-kebaikan dalam hal sekecil apapun. Ya Robb, kabulkan doa hambamu ini, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar