Selasa, 23 Juli 2013

Kue Monster?


Dua hari yang lalu saya berniat mengunjungi salah seorang teman. Mumpung masih dalam rangka ramadhan maka saya berinisiatif membuat bolu mekar. Mulailah saya ke dapur menyiapkan bahan dan peralatan. Giliran saya membuka-buka buku resep, masyaAllah saya tidak berhasil menemukan resep bolu kukus mekar disana, padahal seingat saya, saya sudah mencatatnya begitu selesai searching di mbah google. Yah beginilah pertanda penuaan yang mulai menghampiri. Akhirnya saya memutuskan memakai resep bolu kukus pelangi. Dalam hati, ah pasti sama saja resepnya, sama-sama bolunya, pasti berhasil. Saya meyakinkan diri, meski tetap tidak yakin sebenarnya. Soalnya sudah kepalang tanggung mau membuka laptop lagi.

Dengan membaca bismillah saya mulai mencampur bahan satu persatu sambil di mix. Setelah dirasa cukup, saya menyiapkan cetakan bolu kukus mekar, sekaligur melapisinya dengan kertas roti. Lalu segera panaskan pengukus. Oiya sentuhan terakhir, saya menambahkan essence vanila dan pewarna pada adonan, hemmm harum, pasti enak. Ini kesimpulan awal saya berdasarkan aroma yang saya cium dari adonan mentah itu. Lalu saya mulai memasukkan sesendok demi sesendok adonan ke dalam cetakan.

Saatnya mengukus. Karena merasa penasaran, saya enggan beranjak dari kukusan, saya pelototi terus adonan di cetakan yang dikukus, ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya. Pada menit ke 10, ada tanda-tanda roti akan mekar, wow tentu saja terus mekar, bagus seperti jamur. Saya sangat senang sekali. Setelah dirasa cukup waktunya, dan menurut perkiraan saya sudah matang. Pelan-pelan saya angkat tutup pancinya, dan....ah.....kuenya tiba-tiba mengempis seperti balon yang meletus, mengkerut, dan bantat. Yah....batin saya kecewa berat. Tapi masih ada sisa adonan. 

Sisa adonan yang ada akhirnya saya cetak di wadah berbentuk kotak yang biasanya memang saya pakai untuk mencetak bolu kukus pelangi, berharap ini hanya masalah ketidaksesuaian antara resep dengan cetakan. Saya masukkan cetakan yang telah terisis adonan ke dalam kukusan, berharap ada keajaiban. Setelah beberapa menit kemudian, terlihat adonan mengembang sedemikian rupa, penuh sampai menyentuh tutup pengukus. Rasa kekhawatran tetap ada, namun saya tetap merasa positif dan optimis (meski keciiiil sekali). 

Ini dia saat-saat yang paling mendebarkan, yaitu saat mengangkat tutup pengukus untuk mengambil adonan. Jangan-jangan mekarnya kue itu haya fatamorgana belaka seperti kejadian pertama. Akhirnya saya memberanikan diri mematikan kompor, kue masih mengembang dengan indahnya, lalu pelan-pelan tangan saya memegang tutup pengukus. Saya angkat perlahan, dan yah.......kempes lagi kuenya, seperti balon kempis, lebih parah malah, sudah tidak berbentuk juga, karena sisa yang mekar tadi jadi menggelambir kesana-kemari. Huft....rasanya sejuta pokoknya, campur aduk, antara sayang dengan bahan yang telah terpakai, tenaga, dan waktu yang sudah habis.

Tapi setelah dicium, aromanya enaaaak sekali. Akhirnya saya beranikan diri menunjukkan hasil karya saya pada mbak Ara yang sedang berpuasa setengah hari. Mbak Ara bertanya nama kuenya, sekenanya saya jawab kalau itu kue jamur. "Kok bisa umi bikin bentuk yang kayak gini?" tanyanya lagi. Belum sempat saya menjawab, dia melanjutkan "kayak monster mi", masih sambil memegang dan diputar-putarnya kue itu, matanya terlihat mengamat-amati dengan seksama. Mungkin dalam hatinya bertanya, bentuknya saja begini, bagaimana nanti rasanya ya.....saya mengambil nafas dalam-dalam berusaha tenang dan berlapang dada mendengar pendapatnya lagi. "Enak mi rasanya, aku sukaaaaaa sekali, bikin yang banyak ya mi". Alhamdulillah, plong rasanya. Syukurlah ada yang menemani menghabiskan kue monster ini nanti saat magrib.

Saatnya abi datang. Abi hanya tersenyum saat melihat kue itu di atas meja. "Kue apa itu mi?" tanyanya. "Kue gagal abi". "Ndak gagal kok mi, baunya aja enak, mungkin bentuknya aja yang kayak zombie", lanjutnya tenang. Aduh kompak banget nih abi ma anak, satunya bilang monster, satunya bilang zombie, nggak ada yang lebih bagus? Protesku, tapi itu cuma dalam hati saja, karena masih berharap abi juga mau membantu menghabiskan kue itu saat magrib tiba.

Adzan magrib berkumandang. Saatnya mencicip. Alhamdulillah abi pendapatnya positif sekali, "enak". Mengucapkannya terlihat tulus dari hati, berarti memang sungguh-sungguh enaknya. Emm...kalau saya rasakan memang yah...lumayan. Tapi karena kue yang tidak jadi itu, saya memutuskan untuk menunda berkunjung ke rumah teman. Kawatir ada istilah baru lagi selain monster dan zombie, jika saya memaksakan diri membawa kue itu ke rumah teman he...he...he...

Gangguan Perilaku Pada Anak : Enuresis



Apakah yang dimaksud dengan enuresis? Enuresis biasa disebut dengan mengompol (bedwetting) yang biasanya terjadi pada malam hari saat anak-anak sedang tidur. Secara istilah, enuresis adalah ketidakmampuan dalam mengontrol urin. Mengompol dianggap masih dalam tahap wajar jika terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Berdasarkan penelitian, kasus enuresis terjadi dua kali lipat lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. 

Istilah enuresis ini dibagi 2, yaitu:

  1. Primary nocturnal enuresis, yaitu anak selalu mengompol setiap malamnya, atau sering sekali mengompol.
  2. Secondary nocturnal enuresis, yaitu anak awalnya sudah tidak lagi mengompol, namun suatu saat kembali mengompol lagi.
Hal apa saja yang menyebabkan terjadinya mengompol?
Pada sebagian besar anak, mengompol terjadi begitu saja tanpa ada sebab yang jelas. Mengompol juga bukan kesalahan langsung pada anak, biasanya ini terjadi karena produksi urin pada malam hari lebih banyak daripada yang mampu ditahan oleh kandung kemih anak. Namun sensasi dari penuhnya kandung kemih ini ternyata belum mampu membangunkan anak yang sedang terlelap, maka terjadilah mengompol.

Pada kasus yang lain, mengompol pada anak akan semakin parah dan memburuk. Bisa jadi hal ini adalah ujung dari pertanda suatu masalah yang mungkin terjadi pada anak, antara lain;

  • Stress yang berulang-ulang. Bisa jadi anak awalnya sudah tidak lagi mengompol namun kembali muncul perilaku ini dikarenakan anak mengalami sesuatu yang membuatnya sangat tidak nyaman, misalnya awal masuk sekolah, kedatangan adik baru, menderita suatu penyakit, mendapatkan perlakuan yang buruk dari teman (bullying), atau anak mengalami pelecehan.
  • Makanan maupun minuman yang mengandung kafein. Makanan atau minuman itu antara lain teh, kopi, cola, dan coklat. Kafein ini menyebabkan produksi urin yang dihasilkan oleh ginjal meningkat.
  • Sembelit (konstipasi). Jumlah feses yang berlebih bisa saja menekan dan mengirutasi bagian belakang kandung kemih. Anak yang sering mengalami konstipasi cenderung memiliki masalah mengompol juga.
  • Anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Anak yang mengalami gangguan ini akan memiliki resiko lebih besar menderita bedwetting atau mengompol.
Mengompol juga bisa dikarenakan kondisi medis tertentu yang dialami anak, seperti;
  • Infeksi urin
  • Sleep apnea, yaitu berhenti bernafas sesaat ketika anak sedang tidur akibat dari terhalangnya jalan udara
  • Diabetes
  • Gangguan pada ginjal
Namun demikian, angka kejadian di atas bisa dibilang sangat jarang sekali. Dan untuk mengetahuinya tentu saja dibutuhkan bantuan dari seorang ahli medis.

Lantas apa saja yang perlu dilakukan oleh orang tua jika mengetahui anak mereka mengalami gangguan mengompol ini? 

Berikut ini adalah beberapa tip yang perlu dicoba, antara lain;
  • Penggunaan nappi atau diaper. Jika anak terbiasa menggunakan nappi di malam hari, cobalah untuk memulai melepasnya, dengan harapan memberi motivasi anak agar mau bangun di malam hari jika tidak ingin merasa basah di malam harinya. Resiko tentu saja tetap terjadi, namun dengn motivasi diharapkan anak kembali berusaha agar tetap kering di malam hari tanpa nappi. Pada anak yang lebih kecil usianya jika usaha tersebut dirasa kurang berhasil, maka orang tua bisa kembali memakaikan nappi padanya untuk sementara, dan kembali dicoba lagi setelah beberapa waktu.
  • Kesabaran, kenyamanan, dan kasih sayang. Teruslah berusaha jika si anak tetap mengompol, namun bagi anak di bawah usia 3 tahun, orang tua bisa kembali menghentikan proses pembiasaan, dan diulangi lagi beberapa bulan kemudian. Motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan anak dalam proses ini, meski kadang masih terjadi sesekali mengompol tertutama bagi anak di atas usia 3 tahun dan usia sekolah. Orang tua hendaklah tidak menyalahkan atau memberi hukuman pada anak, fokuskan pada pemberian hadiah jika anak tidak mengompol, sehingga anak tidak merasa stress.
  • Memberikan penjelasan sederhana pada anak. Ada baiknya orang tua menjelaskan bagaimana terjadinya proses buang air kecil dan kenapa bisa terjadi mengompol. Sesuaikan bahasa dengan bahasa yang dipahami anak, diharapkan jika anak mengerti maka bisa semakin berusaha mengontrol pengeluaran urine pada malam hari.
  • Beri tanggung jawab pada anak. Jika suatu malam anak mengompol, bangunkan anak, dan ajaklah merapikan bekas ompolnya sendiri, misalnya ajaklah anak mengganti sprei yang basah, menjemur kasur esok harinya, atau mencuci bersama bajunya yang basah. Hal ini memberi motivasi dan tanggung pada anak agar besok-besoknya tidak lagi mengompol agar tidak mendapat tugas ekstra ini. Pemberian tanggung jawab ini bisa diterapkan pada anak yang sudah memasuki usia sekolah, yaitu usia 5 atau 6 tahun ke atas.
  • Membiasakan bangun pada malam hari. Pastikan anak tidak takut untuk bangun dan menuju kamar mandi pada malam hari. Pada beberapa anak, bisa saja mereka mengompol karena enggan bangun akibat merasa cemas dengan gelap, laba-laba, atau suara-suara di malam hari. Sehingga mereka lebih nyaman untuk menahan kencingnya.
  • Menghindarkan minuman tertentu. Beberapa jam sebelum tidur hendaknya orang tua menghindari memberikan minuman yang mengandung kopi, teh, atau cola.
  • Mengangkat anak. Mengangkat anak pada malam hari untuk mengeluarkan urin di kamar mandi, namun cara ini  dirasa kurang efektif, karena tidak mengajarkan tanggung jawab pada diri anak. Lebih baik bangunkan sehingga anak secara sadar berjalan ke kamar mandi dan buang air kecil.
  • Mendatangi medis. Jika mengompol dikarenakan anak mengalami sembelit, maka orang tua perlu meminta bantuan dokter untuk mengatasi masalah sembelitnya terlebih dahulu.
  • Tidur menginap. Biasanya anak akan merasa malu jika tiba-tiba mengompol saat tidur di rumah saudara maupun teman. Hal ini akan membuat anak lebih waspada terhadap stimulus buang air kecil di malam hari. Terutama bagi anak usia sekolah.
Alternatif lain yang mungkin bisa dilakukan antara lain:


  • Alarm mengompol. Alarm ini semacam bantalan (pad) yang akan berbunyi begitu anak mulai mengompol tujuannya agar anak terbangun, dan melanjutkan buang air kecilnya di kamar mandi. Untuk lebih detailnya bagaimana bentuk dan cara penggunaannya, orang tua perlu mencari informasi lebih lanjut karena saya sendiri belum pernah mengetahui alat ini secara langsung.
  • Konsumsi obat. Obat ini bekerja untuk mengurangi produksi urin di malam hari.

  • Bedwetting reward system. Yaitu orang tua memberikan reward pada anaknya jika mampu melakukan hal-hal kongkrit atas usahanya agar tidak mengompol. Misalnya saat anak berani bangun pada malam hari, berani ke kamar mandi, dan sebagainya.









Sumber:
  • www.patient.co.uk


Senin, 22 Juli 2013

Puasa Semakin Akrab dengan Yoghurt


Alhamdulillah puasa hingga hari ke 12 di tahun ini, Allah memberikan kemudahan bagi saya dalam menjalaninya. Apalagi puasa tahun ini pas dengan musim panas di UK sehingga lama puasa kurang lebih 19 jam. Didukung dengan suhu dan cuaca yang cukup nyaman, yang tidak terlalu panas, dan tidak terlalu dingin menambah kenyamanan saat menjalankan ibadah puasa. Meski tahun ini UK dilanda heat wave, tapi bagi saya suhunya masih cukup nyaman, tidak sepanas di Indonesia.

Puasa tahun ini, saya memiliki kebiasaan baru yaitu mengkonsumsi yoghurt baik saat berbuka maupun sahur. Awalnya hubungan saya dengan yoghurt tidak terlalu baik. Dari iklan di televisi saya cukup mengetahui beberapa manfaat dari yoghurt, namun saat merasakan rasa yoghurt yang masam saya jadi ragu, apakah ini aman bagi saya yang sering menderita magh? Bukankah rasa masam harus dijauhkan dari penderita magh? Sehingga saya jarang mengkonsumsinya. Namun setelah banyak saran dari teman-teman disini yang meyakinkan bahwa yoghurt aman dikonsumsi dan aman bagi lambung. Salah seorang teman juga menceritakan pengalamannya bahwa mengkonsumsi yoghurt saat sahur membuat perut lebih tahan lapar. Nah dari situlah saya kemudian berani mencoba, ditambah lagi saya kemudian mencari informasi lebih banyak lagi tentang manfaat yoghurt yang ternyata banyak sekali, lebih banyak dari yang saya tahu dari iklan. Ya....pasti dong....

Berikut ini beberapa manfaat dari yoghurt hasil dari saya berselancar di dunia maya, antara lain;
  1. Menjaga tulang agar tetap sehat. Kandungan kalsium dan vitamin D dalam yoghurt membantu menjaga kesehata tulang, dan mencegah penyakit tulang seperti osteoporosis.
  2. Membantu penderita yang alergi terhadap laktosa (gula susu). Laktosa dalam yoghurt telah difermentasi (dipecah) oleh bakteri lactobacillus  bulgaricus sehingga mudah diserap oleh tubuh dan tidak menimbulkan diare.
  3. Menyembuhkan diare dan anti kanker dalam saluran cerna. Yoghurt dapat menyembuhkan diare bagi anak maupun orang dewasa. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa penelitian bahwa bakteri dalam yoghurt membantu menjaga keseimbangan dalam usus dengan cara menghasilkan zat-zat yang menghalangi pertumbuhan bakteri jahat dalam usus. Serta membantu membuang zat-zat dalam usus yang memang seharusnya terbuang yang dapat menimbulkan kanker.
  4. Membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol. Yoghurt juga banyak mengandung kalium yang membantu proses menurunkan tekanan darah. Ini sangat cocok bagi mereka yang berkecenderungan memiliki tekanan darah tinggi. Aktifitas bakteri dalam yoghurt juga membantu menurunkan kadar kolesterol.
  5. Baik untuk kesehatan kulit. Asam laktat dalam yoghurt dapat membantu menyingkirkan sel-sel mati dalam kulit sehingga membuat kulit bersih dan mulus. Tidak hanya dikonsumsi, namun yoghurt juga bisa dimanfaatkan sebagai masker agar kulit wajah lebih sehat. Yang satu ini belum saya buktikan, karena merasa sayang jika yoghurtnya dioles-oles di kulit, mungkin suatu saat nanti.
  6. Mengandung berbagai jenis vitamin. Dalam satu porsi yoghurt terdapat berbagai macam nutri, antara lain kalium, fosfor, vitamin B5, seng, yodium dan riboflavin, juga vitamin B12.
  7. Meningkatkan kekebalan dalam tubuh dan mencegah resiko infeksi jamur. Probiotik yang terdapat dalam yoghurt membantu merangsang sel-sel darah putih melawan infeksi. Disamping itu, menurut beberapa penelitian, konsumsi yoghurt juga membantu mengurangi dan mencegah infeksi jamur dalam vagina.
  8. Membantu menurunkan berat badanMenurut sebuah studi yang dilakukan oleh International Journal of Obesity pada tahun 2005, asupan kalsium melalui yoghurt membantu tubuh menggunakan lemak yang tersimpan.
  9. Membantu menghilangkan bau mulut saat berpuasa. Menurut sebuah penelitian di Jepang, mengkonsumsi plain yoghurt dapat menghilangkan bau mulut secara alami. Karena kandungan gula alaminya dapat menghilangkan komponen sulfur pada mulut yang memicu terjadinya bau mulut. Bakteri pada makanan ini juga membantu melawan bakteri penyebab bau mulut. Vitamin C yang terdapat pada yoghurt juga membantu mengurangi plak dan penyakit gusi. Dua hal tersebut yang memicu terjadinya gusi berdarah dan peradangan mulut yang dapat mengakibatkan bau mulut.
Subhanallah, ternyata banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari mengkonsumsi makanan yang satu ini, terutama menjaga kondisi tubuh saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang suci ini. Semoga artikel ini bermanfaat, semakin menambah wawasan kita semua, dan semoga Allah menerima amal ibadah kita, amin.

Sumber:
  • www.healthdetik.com
  • www.ayahbunda.co.id
  • www.dreamersradio.com

Sabtu, 20 Juli 2013

Apa Itu Keterlambatan Berbicara dan Berbahasa?



Setiap anak memiliki rentang waktu perkembangannya sendiri-sendiri. Ada anak di usia 1 tahun sudah mampu mengucapkan kata-kata dengan baik dan memiliki jumlah penguasaan kosa kata yang banyak, namun ada juga yang di usianya 4 tahun masih memiliki suku kata yang sedikit dan kesulitan merangkai kata. Di sisi yang lain keterlambatan ini bisa membaik dengan sendirinya, dalam artian anak bisa mengejar ketertinggalannya dengan kemampuan anak sebayanya, namun ada juga yang memerlukan usaha ekstra agar anak mampu mencapai kemampuan sesuai dengan usianya. Usaha yang dilakukan sejak dini tentu saja akan membawa pengaruh yang lebih baik.


Orang tua biasanya memiliki insting yang bagus dalam menilai perkembangan anaknya. Melalui observasi yang dilakukan setiap hari selama proses pengasuhan, orang tua bisa menilai apakah anaknya sudah tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami gejala keterlambatan berbicara dan bahasa, berikut ini adalah standar atau norma gambaran normal perkembangan bicara dan bahasa sesuai dengan rentang usia.


Istilah berbicara dan berbahasa biasanya digunakan secara bergantian, atau saling menggantikan. Sebenarnya dua kata tersebut memiliki perbedaan arti. 

~Kemampuan berbicara lebih dimaksudkan kepada kemampuan dalam melakukan komunikasi secara verbal, dan bagaimana membentuk dan menghasilkan kata-kata. Sementara kemampuan berbahasa memiliki pengertian yang lebih luas lagi yaitu kemampuan menguasai komunikasi secara verbal, non verbal, dan tertulis. Keterlambatan berbicara lebih mudah dikenali oleh orang tua, karena si anak ditengarai mengalami kesulitan dalam berbicara atau menguasai kosa kata. 
~Keterlambatan berbahasa, nampak pada kesulitan anak dalam memahami kalimat atau perintah yang diberikan, sehingga lebih nampak ke arah gangguan perilaku daripada sebagai salah satu bentuk keterlambatan berbahasa.

Bentuk-bentuk dari anak yang mengalai keterlambatan ini ada beberapa macam, yaitu:
~Pada beberapa anak, mereka mampu mengucapkan kosa kata dengan benar, namun kesulitan untuk menghubungkan lebih dari 2 kosa kata sekaligus. 
~Ada juga anak yang mengalami kesulitan dalam memahami perintah namun mampu menggunakan kata atau frase untuk mengungkapkan keinginannya. 
~Dan ada juga yang sudah mampu berbicara dengan baik namun kesulitan untuk memahami perintah yang diberikan padanya.
~Pada kasus yang lain, anak lebih banyak meniru atau mengulang apa yang diucapkan orang lain daripada menghasilkan kata-kata sendiri.

Yang perlu juga diperhatikan adalah ketika membicarakan tentang keterlambatan dalam berbicara hendaknya tidak saja memperhatikan kemampuan bicara itu sendiri melainkan juga memperhatikan kemampuan anak dalam mendengar, dan memahami suatu petunjuk yang diberikan.


Lantas bagaimana menengarai apakah seorang anak mengalami keterlambatan dalam berbicara dan berbahasa? Berikut ini adalah cara yang sederhana, yaitu membandingkan kemampuan anak saat ini dengan norma-norma umum perkembangan bicara dan bahasa anak berdasarkan rentang usianya.


Usia 12 bulan pertama:

Pada rentang usia ini, anak seharusnya sudah mampu merespon suara disekelilingnya, merasa terkejut jika tiba-tiba mendengar suara yang keras. Mereka juga mulai mencoba menirukan kata sederhana yang diasosiasikan terutama dengan seseorang disekitarnya seperti mama, papa.

Usia 12 sampai 18 bulan:

Pada usia ini, anak mulai memiliki 1 atau 2 kosa kata dan mulai dapat merangkainya dengan komunikasi non verbal, seperti "dada" (melambai), atau "mam mam" (yang berarti makan). Memasuki bulan ke 15, anak-anak mulai mampu memahami perintah sederhana, misalnya "ambil kue", "ambil boneka". Mencapai usia ke 18 bulan, mereka seharusnya memiliki setidaknya 20 kosa kata sederhana yang mereka pahami. 

Usia 18 sampai 24 bulan:

Anak-anak pada usia ini kemampuan berbicara dan berbahasanya sudah mulai berkembang. Memasuki usia ke 24 bulan, anak setidaknya memiliki 50 perbendaharaan kosa kata, dan mampu menghubungkan 2 kata secara sederhana seperti "mau makan", "minta susu", dan lain sebagainya. Kemampuannya dalam memahami dan mengikuti instruksi juga semakin berkembang. Mereka mulai mampu memahami dan melakukan 2 perintah secara berurutan seperti "ambil bonekamu lalu letakkan di meja". Di usia ini anak juga sudah mampu mengidentifikasi benda-benda sederhana di sekitarnya atau naggota tubuhnya seperti mata, hidung, telinga, dan sebagainya.

Usia 2 sampai 3 tahun:

Pada usia ini, kemampuan anak untuk menyerapdan mempelajari kosa kata baru semakin bertambah. Setiap hari mereka menambah penguasaannya terhadap kata-kata baru yang sering mereka dengar dari lingkungan di sekitarnya. Mereka juga sudah mulai berbicara menggunakan kalimat sederhana. Pada usia yang ke 3 mereka sudah mampu mengidentifikasi bentuk dan warna. Dan membedakan konsep yang lebih rumit seperti di atas, di bawah, besar, dan kecil.

Faktor Penyebab:

Beberapa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab anak mengalami keterlambatan dalam berbicara dan berbahasa antara lain 
~Oral motor problem, dalam hal ini adanya ketidaksinambungan antara saraf pada otak dengan bibir, lidah, dan rahang yang berpengaruh pada ketidakmampuan anak dalam mengucapkan kata dengan jelas. Otomatis kesulitan dalam hal ini akan menimbulkan keterlambatan dalam hal yang lain juga.
~Gangguan pendengaran, menyebabkan anak kesulitan untuk mengerti, menirukan, dan mengucapkan kata yang diajarkan secara akurat. Gangguan pendengaran ini bisa diakibatkan oleh infeksi telinga. Infeksi yang parah dapat mengakibatkan kesulitan dalam mendengar yang tentu saja akan mempengaruhi perkembangan anak dalam menguasai kata dan berbahasa.
~Gangguan atensi, kemampuan anak dalam memfokuskan perhatian juga mempengaruhi kemampuaannya dalam menerima kosa kata baru. Sehingga ketika orang tua atau orang disekitarnya mencoba mengenalkan kata-kata baru padanya, anak tidak akan menyerapnya karena tidak memperhatikan stilumulus yang diberikan padanya.
~Kebiasaan buruk dalam berkata-kata, maksudnya disini adalah, saat anak belajar kosa kata baru, terkadang mereka mengalami kesulitan dalam pengucapannya misalkan kata buku menjadi butu, kentang menjadi katan. Di situasi tertentu orang tua atau orang dewasa mengetahui kesalahan itu namun bukan membenarkan secara perlahan-lahan melainkan menirukan dan mempertahankan kesalahan itu, dengan turut berkata yang sama dengan yang dikatakan si anak.


Sumber:
www.kidsdevelopment.co.uk
www.screening.nhs.uk
www.kidshealth.org

Jumat, 19 Juli 2013

Internet oh Internet



Selama di Indonesia, saya merasa kesulitan menikmati fasilitas teknologi yang satu ini, terutama di desa saya. Meski demikian saya tetap berusaha agar bisa menikmati dan memaksimalkan internet, salah satunya dengan cara melalui handphone, tapi sungguh menguras pulsa dan kurang maksimal karena banyak errornya. Akhirnya memutuskan membeli modem yang waktu itu harganya masih hampir 1 juta, sekarang lebih murah sepertinya ya. Saya membeli paket unlimited, Alhamdulillah lumayan bisa surf di dunia maya meski harus mencari jam yang tepat agar surfing lancar, biasanya jam 3 pagi. Saat siang atau sore kecepatannya sangat-sangat lambat, kalau ingin serius internetan bisa jadi ketiduran nungguin :-(


Selama di Indonesia saya belum terlalu tergantung dengan internetan, masih lancar dengan call dan text, masih cukup, jika perlu info lain masih bisa cari buku, atau tanya teman, seperti resep, dan sebagainya, juga bisa dengan melihat TV langganan agar tetap update pengetahuan.


Tak lama kemudian saya harus ikut suami kesini, kebutuhan akan internet berubah 180 derajat. Disini semuanya memerlukan internet, seperti daftar ke perusahaan air, perusahan gas dan listrik, mencari sekolah, membayar tagihan, pinjam buku di perpustakaan dan sebagainya, sangat tergantung internet. Mau tidak mau harus berlangganan internet, setiap rumah memiliki internet, seperti hal yang wajib. Meski rumah disini saling berdekatan, atau hanya beda lantai, semua berlangganan internet.


Suatu saat, saya dan suami bertemu dengan seorang pekerja perpustakaan di perjalanan menuju ke London. Dia menjelaskan bahwa perpustakaannya kini sedang sibuk mengubah buku-buku fisik dalam bentuk sotware (digitalisasi), karena semua orang sudah berkutat dengan internet maka buku digital ini dianggap semakin penting keberadaannya, untuk mempermudah peminjam, meski banyak juga orang yang menyukai buku berbentuk fisik. Keunggulan buku digital ini adalah peminjam dapat meminjam buku dimana saja sepanjang memiliki jaringan internet untuk mendownload buku yang akan dipinjamnya. Peminjam juga tidak perlu repot-repot mendatangi perpustakaan untuk mengembalikan, karena buku digital ini akan otomatis terdelete oleh program jika masa pinjamnya telah habis. Sayangnya tidak semua buku bisa ditemukan dalam bentuk digital, terutama buku-buku tua yang rentan dan dianggap penting bagi negara.


Di saat yang lain saya bertemu dengan calon volunteer di sebuah kursus bahasa Inggris, saya mencoba ramah dengan bertanya ini itu, termasuk darimana dia tahu informasi pendaftaran volunter. Dengan cepat dia menjawab "From internet, everything is on internet now", mendengar jawabannya, pertanyaan yang saya lontarkan tadi seperti pertanyaan kurang cerdas, emang iya...namanya juga basa basi he...he...he3... Itu menjadi pertanyaan terakhir yang saya lontarkan padanya.


Suatu saat, anak saya pulang sekolah membawa surat pemberitahuan dari sekolah, di sana tertera alamat email dan facebook, sesaat kemudian saya like page nya. Setelah itu setiap pemberitahuan kegiatan sekolah di posting disana, jadi harus rajin-rajin mengecek, terkadang mereka mengumumkan jam pulang lebih awal karena suatu hal, atau penutupan sekolah karena salju tebal. Selain sekolah, pihak city council juga sering mem post pemberiahuan di facebook, seperti jadwal pengambilan sampah, jalan yang ditutup, kegiatan libur sekolah, dan sebagainya. Otomatis harus eksis di facebook dong hi...hi...hi... Oiya jangan lupa cek email juga, tagihan-tagihan biasanya dikirim kesana. Suami juga mengirim angka meteran listrik dan gas lewat email karena petugas tidak mengecek meteran setiap bulan.


Jika ingin mendapatkan hiburan murah meriah, maka yang dituju adalah You Tube. Disini memiliki televisi adalah sesuatu yang mahal bagi kami. Televisinya bisa jadi gratis karena kami mendapat "lungsuran" dari teman-teman yang pulang kembali ke Indonesia. Tapi untuk mendapatkan siaran televisinya, kita harus membayar lisensi sebesar 100 sekian pound setiap tahunnya. Selain menurut kami mahal, saya dan suami juga kawatir dengan tayangan malam hari dan iklan-iklannya yang sering membuat khilaf, jadi lebih aman You Tube aja deh, bisa memilih tayangan yang sesuai dengan kebutuhan.


Biasanya saat senggang, Saya, suami, dan anak saya bukan mengobrol, tapi masing-masing mematung dengan gadget masing-masing. Kami rukun kok, hanya saja tidak berbincang satu sama lain, karena bisa jadi kami memang berada di satu ruangan, yaitu kamar, tapi suami saya sedang rapat dengan orang-orang di luar kota. Saya sibuk menyapa teman-teman di Indonesia, dan anak saya asyik menonton film kartun kesukaannya lewat You Tube. Sesekali kami saling bertegur sapa, lalu kembali asyik dengan kesibukan masing-masing. Suatu bentuk kerukukan yang indah bukan? Internet oh internet, mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.


~saatnya kelur dari dunia maya~

Kenaikan Kelas dan "Raportan"

Alhamdulillah minggu lalu mbak Ara sudah naik kelas ke year 2. Kenaikan kelas ini 1 minggu sebelum libur panjang,awalnya saya agak bingung dengan kenaikan kelas seperti ini karena merasa tidak ada gebyar kenaikan kelasnya yang ditandai dengan penerimaan raport ke wali murid langsung melalui pertemuan di sekolah, pengumuman murid berprestasi dan sebagainya. Kenaikan kelas di Atkinson ini terkesan tenang-tenang saja, dan bukan sesuatu yang musti dirayakan.

Rapor sudah diberikan seminggu sebelum kenaikan kelas. Rapotnya berupa 2 lembar kertas A4 yang dibungkus amplop besar bertuliskan "For Ara Marzie's Parent / Guardian", dan yang bawa Ara sendiri, katanya ini  dari sekolah. Saya kira itu surat biasa, baru setelah saya buka, ternyata isinya gambaran deskriptif tentang pencapaian Ara selama di year 1. Ada angka yang membuat saya bingung yaitu Math = 1B, Reading = 1B, Writing =1B seperti yang tertera di bawah ini. Sampai sekarang saya belum mengerti pasti maksud dari angka dan huruf tersebut.


Saya bertanya pada teman yang memang sudah lama tinggal disini. Teman saya menjelaskan bahwa bentuk raport di sini memang seperti itu, juga tidak perlu ada pertemuan wali murid untuk pengambilan raport, cukup diserahkan lewat anak. Kemudian isinya memang deskriptif singkat perkembangan anak selama di year 1. Untuk kenaikan kelas memang dilakukan seminggu sebelum libur panjang kenaikan, ini bertujuan mengenalkan ke anak tentang suasana baru yang akan mereka hadapi di tahun selanjutnya. Anak-anak sudah ditunjukkan dan mulai menempati kelas barunya, dikenalkan dengan guru barunya, dan teman-teman barunya. Harapannya saat masuk nanti, anak-anak sudah siap secara mental menerima pelajaran baru karena penyesuaian sudah dilakukan sebelumnya. Sayangnya saya lupa menanyakan arti dari angka dan huruf yang tertera.

Suatu hari mbak Ara pulang tanpa membawa tas sekolahnya, hanya pack lunch (kotak bekal makan siang) saja. Ketika saya tanya, dia menjawab kalau hari itu tasnya tertinggal di kelas. Saya hanya mengingatkan agar esoknya tidak lupa mengambil tas sekolahnya. Besoknya lagi mbak ara tetap pulang dengan hanya membawa pack lunch saja. Saya tanya lagi, mbak Ara menjawab jika tasnya diminta oleh gurunya untuk disumbangkan ke adik kelasnya yang naik ke year 1. Saya dan abinya kaget karena merasa tidak diberi surat pemberitahuan sebelumnya. Dan saya merasa kelabakan karena di dalam tasnya ada buku record kemampuan bacanya mbak Ara, serta buku bacaan dari sekolah. Ya Allah, saya merasa benar-benar panik jika memang itu yang terjadi.

Saya tiba-tiba terpikir, benarkah yang disampaikan mbak Ara? Mungkin saja mbak Ara yang bahasa Inggrisnya masih terbatas ini salah paham mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya? Saya dan abinya kembali menanyai mbak Ara pelan-pelan dan memintanya untuk mengingat-ingat apa yang diucapkan gurunya. Mungkin merasa kurang yakin juga atau bagaimana, mbak Ara memberi ide supaya abinya menulis surat yang akan disampaikan mbak Ara ke gurunya langsung. Ide yang bagus.

Esoknya, pulang sekolah, mbak Ara menunjukkan surat balasan dari gurunya. Ternyata penjelasannya, tas sekolahnya bukan diminta untuk disumbangkan, melainkan diminta untuk diberikan pada guru barunya di year 2, agar guru barunya bisa mengecek langsung  record (semacam buku diari) baca tiap anak. Tas dan bukunya akan diberikan lagi nanti setelah libur panjang. Alhamdulillah, lega rasanya. Saya kemudian menjelaskan isi surat itu ke mbak Ara agar dia juga mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi dengan tas sekolahnya. 

Mbak Ara juga bercerita tentang guru dan teman-teman barunya, dia sudah berkenalan dan mulai bermain bersama dengan teman-teman barunya. Bagus juga model sepert ini, jadi ketika anak masuk nanti, mereka sudah tidak tegang atau nervous dengan sesuatu yang serba baru, seperti guru dan teman baru yang mungkin belum pernah mereka lihat.

Oiya, disini tidak mengenal tinggal kelas alias semua anak naik kelas dengan kemampuan yang mereka miliki masing-masing, juga tidak ada sistem ranking. Setiap anak memiliki record yang akan diinformasikan pada guru barunya, sehingga guru barunya mengetahui dan menindaklanjuti perkembangan anak didik barunya. Juga tidak ada standar nilai minimal yang harus ditargetkan pada anak agar bisa naik kelas. Satu hal yang menarik, di year 1 ini tidak ada tes atau ujian term, ujian hanya dilakukan 1 kali saat term akhir, yaitu tes phonic (menguasai ejaan), hanya sekali saja, dan itupun tidak diberitahukan pada murid maupun wali murid jika ada tes. Alasannya karena mereka masih sangat-sangat muda untuk menjalani sebuah tes, jadi suasananya pun dikondisikan menyenangkan bagi anak. Orang tua juga tidak diberi tahu, dikhawatirkan mereka akan menekan anaknya untuk mendapat nilai yang tinggi. Tes ini tujuannya lebih pada sejauh mana keberhasilan seorang guru dalam mengajarkan suatu materi , jadi titik beratnya bukan kemampuan anak tapi kemampuan guru mentransfer ilmunya pada anak-anak. Poin yang sangat bagus menurut saya.


Senin, 15 Juli 2013

Pengalaman Berpuasa 19 Jam



Puasa 19 jam itu memang sesuatu sekali (mengambil istilah dari salah seorang artis). Awal sebelum memasuki puasa sempat merasa cemas, mampukah saya? Karena pengalaman di Indonesia yang puasanya kurang lebih 14-15 jam saja sudah haus dan lapar luar biasa. Saat saya mencoba berpuasa saat winter yang jam puasanya kurang lebih 10-11 jam (magrib jam set 4 sore waktu itu), itu saja rasa laparnya subhanallah, lapar sekali, hausnya tidak karena cuaca sangat dingin jadi saya tidak berasa terlalu haus waktu itu. Seorang teman menceritakan jika puasa saat ramadhan yang tahun lalu jatuh pas summer alhamdulillah ringan, tidak terlalu berat, meski jamnya lama, badan ini ringan rasanya. Ah masak sih? Dalam batin saya penasaran.

Beberapa hari sebelum ramadhan, saya mencari info dan tips-tips menjalankan puasa dengan jam panjang, beberapa informasi saya peroleh dari pengajian, berbagai cerita dengan teman-teman yang sudah lama tinggal disini, beberapa informasi yang lain dari internet. Beberapa tipsnya antara lain:

Saat sahur:
  • makan daging terutama saat awal-awal bulan puasa selama penyesuaian kondisi tubuh karena daging lama dicerna sehingga tidak mudah merasa cepat lapar, tidak lupa dengan sayur dan buah secukupnya.
  • minum susu jika doyan, jangan lupa juga air putih, Tidak minum kopi karena kopi menyebabkan kita jadi sering buang air kecil, khawatirnya siang jadi dehidrasi atau kekurangan cairan.
  • mengkonsumsi yoghurt, beberapa teman menyarankan karena membuat perut nyaman dari asam lambung selama berpuasa, dan menyehatkan pencernaan.
  • tidak sahur dengan makanan instan yang mengandung pengawet.
  • yang terakhir tentu saja mengakhirkan waktu sahur, dan tidak tidur begitu selesai sahur, sebaiknya beri jeda 2 jam jika ingin kembali tidur agar lambung menyelesaikan tugasnya dulu dalam mencerna makanan. Karena itu Rasulullah menyarankan dalam sebuah hadist agar setelah sahur memperbanyak ibadah seperti berdoa dan bertadaraus.

Saat berbuka:
  • seperti yang disabdakan nabi Muhammad saw, sebaiknya kurma karena memiliki rasa manis yang alami dan tidak membuat perut merasa terlalu kenyang sehingga masih bisa diisi dengan makanan yang lain. Bagi yang tidak terlalu suka kurma atau belum sempat beli bisa dengan alternatif lain seperti air madu dan sebagainya.
  • tidak berbuka dengan makanan instan yang berpengawet.
  • makan secukupnya, jangan lupa minum air putih atau susu hangat hemmm

Karena puasanya panjang, otomatis waktu untuk berbukanya hanya sebentar saja, yaitu sekitar 5-6 jam saja. Seperti yang saya alami sekarang ini, berbuka jam 9.45, subuh jam 2.56 jadi sepertinya tidak ada waktu untuk makan berkali-kali. Selama di Indonesia biasanya saya setelah sholat magrib mengemil sepuasnya, setelah sholat tarawih baru makan berat, setelah itu masih ada jeda ngemil, dan baru tidur jam 10, jadi makanan dan minuman yang masuk bisa lebih banyak. Nah selama disini begitu buka jam 9.45, sedikit ngemil seperti buah, kue, dan minum segelas bisa air bisa susu lalu sholat magrib, nah baru makan, lumayan banyak lah seperti makan di hari biasa, habis itu sholat tarawih. Proses ini bisa selesai sampai jam 12 malam, setelah itu baru tidur. nah bangun sahur jam 2 pagi, kadang jam 2.30. Bangun sahur kondisi perut masih kenyang, jadi sahurnya hanya sedikit sekali, perbanyak minum. Jam 3 sudah adzan subuh, perut berasa sangat penuh karena jeda berbuka dan sahur yang pendek.

Biasanya target asupan saya selang-seling, jika yoghurt atau susu belum saya konsumsi saat berbuka maka saya berusaha agar saat sahur bisa masuk. Tapi kalau nasi, biasanya saya cuma ambil sekitar 5 atau 6 sendok makan saja saat sahur karena sudah tidak mampu lagi makan banyak. Beberapa teman sengaja tidak mengkonsumsi nasi saat sahur diganti kentang atau roti karena tidak sanggup makan nasi. Sebenarnya sama saja sih, roti dan kentang juga sumber karbohidrat, tapi bagi saya yang Indonesia banget rasanya tetap beda, belum lega kalau belum makan nasi.

Alhamdulillah cara-cara tersebut manjur bagi saya. Oiya biasanya saat pagi saya merasa sedikit lemas, namun begitu di atas jam 3, badan saya kembali segar dan bisa beraktifitas seperti biasa sampai nanti menjelang berbuka. Maha suci Allah yang senantiasa mempermudah hambanya dalam melaksanakan ibadah kepada Nya.

Minggu, 14 Juli 2013

Anak Hujan

http://static.guim.co.uk/sys-images/Books/Pix/pictures/2008/09/25/rain460.jpg

Hari ini tidak ada kuliah. Kecewa? Ah enggak juga, meski hal ini sudah terjadi beberapa kali, mata kuliah yang sama, oleh dosen yang sama, emmm lama-lama terbiasa juga. Karena itulah aku sudah menyiapkan rencana sama teman baikku, Mala. Jika hari ini kuliah kosong lagi, kita sepakat akan cuci mata, kali ini sasarannya adalah Delta Plaza. Sasaran minggu lalu juga Delta Plaza, sebulan yang lalu juga sama. Ya...iyalah...tempat nongkrongnya itu-itunya juga, cari yang paling dekat, sekali angkot, biar ndak boros, namanya juga anak kuliahan.

Kami segera mencari angkot ke jurusan yang di tuju. "Delta, pak", kataku pada sopir angkot, sembari masuk dan segera duduk, diikuti Mala yang kemudian duduk di sebelahku sambil memegangi rok panjangnya agar tidak terinjak kakinya sendiri. "Surabaya oh Surabaya....panasmu tiada tara...", celetuk Mala sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan tangannya. "Emang Trenggalek ndak panas?", sindirku padanya. Mala hanya hanya melengos, melempar pandangannya keluar jendela.

Masih jam 1 siang. Belum makan siang. "Kemana dulu?", tanyaku. "Toko sepatu lantai 2 ya, yang kemarin aku cerita, kali aja masih ada diskon", jawab Mala sambil menarik tanganku ke arah eskalator. "Sepatu lagi?!", tanyaku heran. "Yah kan yang minggu lalu pas kesini belum jadi beli, uangnya kurang. Nah kemarin mamaku sudah transfer uang bulan ini...", jawabnya sambil mengedip-kedipkan matanya sambil terus menarik tanganku.

Sudah 1 jam lebih 15 menit kami melihat-lihat sepatu di toko itu, tapi Mala belum juga menemukan mana yang cocok. Mbak penjaganya mungkin capek juga melayani mahasiswi yang nggak yakin beli ini. Yang kekecilan lah, yang kemahalan lah, yang mirip sama punya si anu lah....aduh banyak banget alasan Mala. "Ya sudah kalau ndak niat beli ya kita keluar aja sebelum mbaknya sewot tuh...", ujarku sambil menarik tasnya di bahunya untuk segera keluar dari toko sepatu itu. Tak ayal Mala berjalan sempoyonyan karena bahunya tertarik-tarik. "Pede aja gitu, meski nggak bakal beli, kita tanya ini itu, pembeli kan raja..."gerutu Mala. "Raja mana yang ngerasa kemahalan, milih ini itu cari yang murah....nggak ada!!", protesku.

Jam makan siang masih setengah jam an lagi. Yah...aku sama Mala biasanya nunggu jam 3 tepat untuk bisa makan di restoran cepat saji yang menyediakan menu hemat seporsi cuma 5 ribu rupiah plus minum, menu itu hanya tersedia mulai jam 3 sampai jam 5 sore saja. Biasanya sebelum jam 5 menu hemat itu sudah habis, ludes, mungkin oleh mahasiswa semacam kami juga yang menghabiskan waktu di mall ini. Akhirnya kami mengelilingi booth-booth demi menunggu waktu makan. Kurang 5 menit kami segera menuju restoran cepat saji yang dimaksud, untuk mengantri. Nah...kan sudah ada 5 orang yang mengantri juga menunggu jam menu hemat. Begitu jam 3 tepat, pelayan restoran itu segera meneriakkan sesuatu yang menandakan menu hemat telah tersedia. Kami pun merapatkan barisan antrian.

Kami mencari tempat duduk dekat jendela. Tiba-tiba langit mulai mendung. Kami menikmati makan siang "mewah" kami dengan lahap. Sesekali Mala menceritakan seseorang yang aku tidak kenal, sejak 2 hari lalu sebenarnya dia mulai sering menceritakannya, hanya saja aku tidak pernah memperhatikannya, dan malas juga mengomentari tentang si Rudy atau Bagus, entah siapa namanya bagiku tidak penting, poin pentingnya adalah Mala sedang penasaran sama dia, titik.

Hujan mulai turun dengan derasnya, membuat orang-orang yang berada di luar mall berlarian mencari tempat berteduh, banyak yang memilih masuk ke dalam mall, ada juga yang berdiri di luar mall berdiri merapat agar tidak terkena cipratan air hujan.

Aku masih asyik makan dan mengobrol dengan Mala, mencoba mengalihkan perhatian dari hujan dan berharap semoga pas pulang nanti hujan sudah reda. Aku melihat ke arah luar lagi, kali ini yang berteduh semakin banyak. Tapi, eh....kebanyakan dari mereka ternyata anak-anak yang badannya sudah basah kuyup, sambil membaya payung besar di tangannya. Lho membawa payung kok berteduh? Ah ternyata mereka anak-anak pengojek payung. Mala masih nerocos, sementara aku terdiam melihat serombongan anak pengojek payung.

Rata-rata mereka seusia anak SD, mungkin kelas 4 atau 6, ada juga yang remaja, tapi cuma ada 2 orang saja. Mereka mengenakan kaos oblong dan celana pendek, rata-rata mereka tidak memakai sandal, kaki-kaki mereka asyik menyapu-nyapu air dan menciptakan cipratan-cipratan kecil di sekelilingnya, sembari diiringai tawa diantara mereka. Mereka tidak khawatir kebasahan, toh baju mereka sudah basah kuyup sedari tadi.

Terlihat seorang perempuan cantik bersepatu jinjit, menuju pintu keluar mall, segera anak kecil berbaju garis-garis berlari mendekatinya sambil menyodorkan payung besarnya. Perempuan cantik itu segera membuka dompetnya, menyerahkan lembar uang, lalu menerima payung dari tangan kecil itu. Perempuan cantik itu nampak berjalan tergesa-gesa meninggalkan begitu saja anak kecil itu di belakangnya yang ternyata menuju taksi yang sudah menunggu di ujung jalan. Begitu perempuan itu masuk ke dalam taksi, tangan anak kecil itu segera menerima payung dari perempuan cantik itu, menutupnya dan kembali ke depan mall, tempat dia dan teman-temannya sesama pengojek payung menunggu pelanggan.

Datang lagi, kali ini sepasang laki-laki dan perempuan, mereka bergandengan tangan, mungkin pasangan muda yang baru menikah, masih terlihat mesra. Mereka segera disambut oleh anak-anak pengojek payung itu. Kali ini pengojek payung yang mendapat jatah adalah remaja yang paling jangkung tubuhnya diantara mereka. Dia segera menyodorkan payung merah besarnya pada pasangan muda itu. Lalu segera berjalan di belakang keduanya, berhujan-hujan. Aku masih mengamati melalui kaca pembatas restoran, sambil sesekali menjawab obrolan Mala sekenanya saja. Anak-anak itu sesekali memeluk pundaknya sendiri, mengusap-usap rambut mungkin agar air hujan sedikit pergi dari tubuhnya. Entah kenapa mereka tidak memakai jas hujan untuk melindungi dirinya, atau membawa payung kecil untuk dirinya?

"Mungkin nggak dia ada rasa sama aku?", tanya Mala, pertanyaan yang tiba-tiba tertangkap jelas di telingaku. "Yah...bisa jadi...", jawabku mencoba serius, padahal sebenarnya aku tidak tahu siapa yang dimaksud Mala dalam pertanyaannya. Mala tersenyum sambil melayangkan pandangannya keluar, terlihat bahagia sekali rona wajahnya. Sepertinya dia hanya membutuhkan konfirmasi saja, bukan jawaban dariku. Huh...dasar sok yakin, dalam hatiku.

"Pulang yuk...", ajakku. "Eh tapi kan masih hujan?", sanggah Mala. "Nggak papa lah, kita sewa jasa pengojek itu", jawabku sambil memalingkan wajahku ke arah anak-anak itu. "Mahal tau...", sela Mala. "Aku yang traktir.", jawabku sambil menarik tangannya untuk segera keluar dari restoran cepat saji itu.

Kali ini anak yang berambut lurus yang menyambutku. "Payung mbak", tawarnya sambil tersenyum. "Iya dek, tapi masih nunggu angkot P dulu, nggak papa?", "Nggak papa mbak, saya tunggu di sini", jawabnya sambil menutup kembali payungnya yang sempat dibukanya sedikit. "Siapa namamu?", tanya Mala. "Riski mbak", jawabnya. "Umur kamu berapa, untuk apa kamu ngojek payung, uangnya untuk apa?", Mala tiba-tiba melontarkan pertanyaan bertubi-tubi, dengan segera aku menyenggol tangannya. Riski masih tersenyum, "Bantu ibu saya mbak", jawabnya pelan sambil mengusap tetes air hujan yang hampir masuk ke matanya. "Bapak kerja dimana?", tanyaku memberanikan diri, melontarkan pertanyaan yang kuanggap agak sensitif itu. "Bapak dulu kerja di Jakarta mbak, tapi sampai sekarang belum kembali, eh mbak itu ada angkot P..." teriaknya. "Eits...ndak usah dulu dek, nggak papa ya...nanti aku kasih dobel deh ongkos ojeknya ya...", jawabku spontan saja, entah mengapa tiba-tiba aku sangat penasaran ingin mendengar kisah Riski. Riski hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaanku, sementara Mala menghela nafas sambil memandang kecewa angkot yang terlewat sia-sia.

"Oiya namaku Siska, dan ini Mala", lanjutku memperkenalkan diri. "Terus bapak kemana sekarang?", tanya Mala tiba-tiba, entah karena merasa penasaran juga atau biar cepat kelar "wawancara" nya agar tidak melewatkan angkot lagi? "Eh maaf ya Riski", agar Riski tak salah paham. "Nggak papa mbak, teman-teman Riski juga sering nanya itu, kadang mengolok-olok juga karena Riski nggak punya bapak lagi. Kata ibu, mungkin bapak sedang menabung banyak-banyak buat sekolah Riski dan adik, dan bapak nggak akan pulang kalau uangnya belum banyak". "Ibu, kerja?", tanyaku. "Membantu di warung milik tetangga mbak". "Sudah lama ngojek payung?", "Sejak kelas 1 mbak, yah...kalau musim hujan begini saja", jawabnya. "Lho sekarang kamu kelas berapa? Kelas 3. Ooo....kalau ndak lagi hujan biasanya kamu ngapain?, giliran Mala. "Jualan koran pagi-pagi mbak, sebelum sekolah biasanya, tapi sering terlambat sekolah jadinya. Pas hujan begini jualan korannya libur, ngojek dulu", cerita Riski sambil sesekali mengayun-ayunkan payungnya.

"Oo....biasanya emang disini ngojeknya?" selidikku. "Baru seminggu ini aja mbak, sebelumnya biasanya di Mall TP mbak, tapi terakhir kali ngojek disana dimarah-marahi sama satpam baru, mbak, galak banget orangnya, katanya kami mengganggu ketertiban, akhirnya pindah kesini mbak", jawabnya sambil berapi-api. "Tapi ya itu, yang ngojek di sini jadi banyak banget", suaranya memelan. "Mmmm.....berebut dong?", sela Mala. "Ya kami anak baru harus ngalah sama anak-anak yang sudah lama ngojek disini mbak, daripada dimusuhi, nanti malah ndak bisa ngojek lagi.

"Mbak itu angkotnya sudah datang lagi...", kata Riski sambil menunjuk ke arah angkot P yang mendekat. "Oh iya boleh...", jawabku sedikit ragu antara iya dan tidak. Riski mengulurkan payung besarnya. "Oiya...", selaku. "Kalau boleh tau, uang yang kamu dapatkan dari ngojek untuk apa?" "Disimpan mbak, dititipkan ibu untuk tabungan, buat bantu ayah agar tabungannya cepat banyak dan ayah tak perlu lagi berlama-lama pergi jauh mencari uang", jawabnya. Aku tak sempat melontarkan pertanyaan lagi, aku dan Mala segera berlari menuju angkot diikuti Riski yang berlari di belakang kami. Tanganku memberi isyarat agar dia berpayung dengan kami, tapi kepalanya menggeleng. Sesampainya di pintu angkot, aku segera mengambil uang 10 ribu dari angkot dan kuberikan padanya. "Semoga uangmu lekas banyak", ucapku lirih padanya. Riski hanya terdiam menatap uang yang baru saja kuberikan padanya, sampai angkot yang kunaiki meninggalkannya.

Riski, seorang anak hujan, tumbuh diantara hujan, dibesarkan oleh hujan, pada hujan pula Riski berharap agar ayahnya lekas pulang. "Sstt....banyak banget ngasih uangnya...", tegur Mala membuyarkan lamunanku. Aku tak menjawabnya, kualihkan pandangan mataku kembali kepada hujan.