Rabu, 28 Mei 2014

Di Balik Kenangan Film Postman Pat


Malam ini masih asyik menikmati film Postman Pat sambil mengingat-ingat masa bahagia di masa kecil. Awal melihat filmnya ini saat saya masih kelas 2 SD, dan televisi yang menyiarkannya saat itu adalah TPI alias Televisi Pendidikan Indonesia. Biasanya saya melihat film ini saat jam istirahat sekolah, kebetulan orang tua saya menempati rumah dinas di sekolah tempat saya belajar dan bapak juga mengajar di sekolahan itu, jadi rumah dan halaman sekolah sudah satu paket alias menyatu, kalau pas istirahat sekolah bisa dipastikan saya pulang. Teman-teman saya biasanya juga ikut nongkrong di depan televisi jika saya sedang menikmati film yang satu ini.

Yang saya sukai dari film ini adalah soundtrack nya, Jess si kucing yang selalu ikut ke mana saja Pat pergi, dan suasana pedesaan tempat tinggal Pat, rasanya indah, tenang,semua tetangganya baik, pokoknya desa yang ideal lah menurut saya saat itu. Rasa-rasanya sangat ingin tinggal di sana. Saya juga membayangkan memiliki kucing yang patuh seperti Jess, dan mau mengikuti saya ke mana saja, bulunya juga selalu bersih. Saya pernah punya kucing, saat itu saya masih SD juga, sebenarnya kucing liar yang selalu mengikuti saya gara-garanya pernah saya kasih makan sekali waktu dia sangat-sangat kelaparan. Ceritanya waktu saya sedang disuruh ibu membeli ikan asin di toko sebelah, saat pulang ada seekor kucing yang mengeong-ngeong dan mendekati kaki saya, otomatis saya pun kesulitan berjalan karena dia terus-terusan mengikuti kaki saya berjalan. Akhirnya saya ambil lah barang 1 ekor ikan asin di bungkusan kertas yang saya bawa, kucing itu makan dengan lahapnya. Lalu dia mengikuti saya pulang ke rumah. Di rumah saya bermain-main dengan kucing itu, saya gendong, saya elus-elus, saya ajak main boneka, tapi di luar rumah, biasanya di bawah pohon Bugenvil di depan kelas.

Saat malam tiba, bapak tidak mengijinkan kucing itu tidur di dalam rumah, jadi saat itu saya suruh dia tidur di depan keset depan pintu, saat pintu saya tutup, lumayan lama dia mengeong-ngeong, duh sedihnya waktu itu. Malam itupun jadi sulit tidur, tapi lama-lama ketiduran juga sih, yah namanya juga anak-anak. Keesokan harinya, si kucing sudah tidak ada, sempat sedih sih. Eh...tapi siangnya waktu saya bermain-main di depan rumah, dia tiba-tiba datang dan langsung menghampiri kaki saya, duh....seneng sekali. Langsung saya kasih makan, dan bermain sama-sama lagi. Begitulah hari-hari saya bersama si kucing  beberapa hari kemudian, berpisah saat malam hari, dan bertemu lagi keesokan harinya. Tapi entah kenapa kucing itu tidak pernah datang lagi, meski sudah saya panggil-panggil, dan mencoba untuk keliling di sekitar rumah, tetap tidak ada tanda-tanda kemunculannya. Ah... jadi kangen sama si kucing.

Sejak kecil sebenarnya saya sangat ingin sekali memiliki kucing, banyak usaha yang saya lakukan agar bisa memeliharanya. Tapi orang tua belum percaya sih kalau saya bakalan bisa merawat kucing, iya juga sih memang, namanya juga anak SD. Tapi selalu ada usaha biar bisa dekat-dekat sama kucing, kebetulan tetangga punya kucing, dan beranak 4, anaknya gemuk-gemuk sekali. Sekalinya main ke rumah, saya beri makan nasi sama lumatan pindang, yess berhasil, anak-anak kucing itu setiap hari datang ke rumah he3....

Suatu hari pernah juga meminta info ke teman-teman kira- kira kalau mau memelihara kucing mintanya ke mana ya....kalau beli jelas nggak mungkin lah, mana punya uang saat itu. Akhirnya saya dan kakak saya diantara salah seorang teman ke rumah seorang nenek, lupa neneknya siapa waktu itu, yang jelas teman itu bilang kalau nenek itu punya banyak sekali kucing. Wiuh....jadi tidak sabar untuk segera ke sana. Di hari yang sudah direncanakan, kami pergi rumah nenek itu, benar sekali banyak sekali kucing di rumah nenek itu, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Kucing nongkrong di sana-sini, juga berseliweran ke sana kemari Surganya kucing lah pokoknya. Saya merasa kerasan sekali berlama-lama di sana.

Tanpa basi-basi teman saya bilang ke nenek itu kalau saya ingin minta kucing. Saya sih maunya kucing yang sudah besar, tapi si nenek menyarankan yang kecil saja biar mudah membiasakan dan menyesuaikan diri di rumah yang baru, begitulah kurang lebih inti nasehatnya. Akhirnya nenek membawakan kami 1 ekor anak kucing yang ditaruh di dalam karung tertutup. Kenapa demikian? Menurut sang nenek agar kucing itu tidak tahu jalan pulang sehingga tidak kembali ke rumah nenek lagi. 

Kami bertiga pun jalan pulang. Selama di jalan, anak kucing itu meronta-ronta. Karena kasihan, saya minta kakak saya untuk membuka karung itu, khawatir kucing itu tidak bisa bernafas. Saya coba buka pelan-pelan karung itu, eh anak kucingnya segera melompat keluar dan meninggalkan bekas cakaran di tangan saya. Larinya cepat sekali, kami pun tak sanggup mengejarnya. Mau kembali ke rumah si nenek, takut dimarahi karena tidak mengikuti nasehatnya. Nggak jadi deh bawa kucing pulang, rasanya mau menangis.

Setelah saya menikah, kebetulan rumah saya dekat dengan rumah seorang teman yang beternak dan menjual kucing-kucing Angora. Sekalinya main ke rumahnya, senang sekali melihat kucing-kucing dengan bulu lebat dan hidung pesek berseliweran ke sana kemari, ada juga yang malas, kerjanya tidur melulu meski sudah digelitikin. Tapi sekarang saya tidak lagi terpikir untuk memelihara kucing meski sebenarnya kesempatannya akan lebih besar. Saya merasa belum mampu merawat kucing-kucing lucu itu dengan baik, saya juga ragu apakah hidup mereka akan lebih bahagia jika saya rawat?


# Ayat hari ini
Surat An-Naba (Berita Besar) ayat 36-40

36. Sebagai balasan dan pemberian yang cukup banyak dari Tuhanmu.
37. Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pengasih, mereka tidak mampu berbicara dengan Dia.
38. Pada hari, ketika ruh, dan para malaikat yang berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan dia hanya mengatakan yang benar.
39. Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.
40. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (orang kafir) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya, dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar