Kamis, 01 Mei 2014

Percakapan Menjelang 1 Mei


Hari ini tanggal 1 Mei dikenal sebagai hari buruh. Di Indonesia kabarnya dijadikan sebagai hari libur nasional, tapi di Newcastle sepertinya tenang-tenang saja, kegiatan masih berjalan seperti biasa, kantor-kantor dan anak sekolah tidak libur. Tidak juga terdengar kabar ada demo atau semacamnya. Atau bisa jadi Newcastle saja yang sepi tapi di kota lain dirayakan, saya kurang tahu.

Bicara soal buruh dan pekerja, saya jadi teringat dengan percakapan yang saya lakukan dengan salah seorang teman perempuan yang berasal dari Baghdad, Irak. Saat itu kami sedang berada dalam satu kelas yaitu kelas craft, hari itu kami membuat anting-anting dari bahan flanel. Kebetulan kami duduk bersebelahan, jadilah kami mengobrol sambil tangan kami tetap sibuk. Dia bertanya apakah di Indonesia banyak pabrik? Karena dia melihat banyak barang yang dia temukan bertuliskan "made in Indonesia". Saya jawab memang demikian adanya. Selanjutnya dia menyimpulkan bahwa jika banyak pabrik otomatis banyak lapangan pekerjaan yang ada di sana. Em....saya agak ragu untuk membenarkannya, saya hanya bilang kalau tidak semudah itu untuk mendapatkan pekerjaan di Indonesia, apalagi jika menginginkan gaji yang bagus.

Dia semakin penasaran dan bertanya kenapa? Apalagi dia juga melihat bahwa banyak orang Indonesia yang juga bekerja di Irak meskipun kondisi di sana kurang aman, bahkan dia sendiri sebenarnya ingin tetap tinggal di luar negeri jika bisa. Karena bom dimana-mana, kerusuhan bisa terjadi kapan saja, jika pagi ini berangkat bekerja, jangan berhaap terlalu banyak bisa pulang dengan selamat. Terus berdoa saja, percaya pada Allah, dan selalu meminta pertolongan kepada Nya. Begitulah ceritanya panjang lebar, lalu terdiam menunggu jawaban saya.

Saya menarik nafas agak dalam, lalu saya mencoba menjawab satu-persatu. Memang benar bahwa banyak pabrik di Indonesia, namun sayang sekali bahwa sebagian besar pabrik-pabrik itu bukan milik pemerintah Indonesia, melainkan milik negara-negara lain. Mengapa mereka membangun pabrik di Indonesia, karena upah karyawannya rendah, dan negara asing itu menyukainya. Dan orang Indonesia banyak sekali yang bekerja di luar negeri karena mereka butuh gaji lebih untuk hidup yang lebih layak. Karena itulah mereka pergi ke berbagai negara untuk mendepatkan segala jenis pekerjaan, seperti sopir, pengasuh bayi, ataupun aisiten rumah tangga, dan cleaner, semua pekerjaan, orang Indonesia mau melakukannya.

Saya juga menceritakan bahwa paman saya juga pernah bekerja di Arab sebagai sopir, dan sepupu saya saat ini juga sedang bekerja di Kanada. Dia masih terheran-heran, dan membandingkan kondisi negaranya dengan Indonesia. Dia bercerita bahwa di Irak tidak punya pabrik, sebagian besar barang yang ada di Irak adalah hasil import, Irak punya banyak uang tapi setiap hari perang, tidak ada banyak lapangan pekerjaan di sana, bahkan untuk warga Irak sendiri persaingannya sangat ketat untuk mendapatkan pekerjaan, dan anehnya orang Indonesia masih pergi ke sana untuk mencari pekerjaan. Saya tersenyum mendengar penjelasannya., lalu kami pun tenggelam dengan anting-anting kami masing-masing.

Pertanyaan kenapa dan kenapa terus berada di kepala saya. Kenapa begitu banyak pabrik di Indonesia, namun warganya masih kesulitan menemukan pekerjaan yang layak? Kenapa banyak pabrik namun masyaraktanya masih banyak yang berada di bawah garis kemiskinan? Mengapa kita punya banyak pabrik namun masih tergantung negara lain? Kenapa kita belum bisa mandiri? Kenapa Indonesia masih amat tergantung negara lain?

Semoga dengan dijadikannya hari buruh sebagai hari libur nasional bisa lebih menjadikan bangsa Indonesia semakin menyadari segala sumber daya yang dimilikinya, dan memberi penghargaan yang tinggi pada alam dan manusianya.

#Apapun yang terjadi tetap cinta Indonesia dan mendoakan yang terbaik untuk Indonesia#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar