Kamis, 29 Agustus 2013

Retardasi Mental vs Jatuh Cinta


Ketika saya SMA, salah seorang guru saya bercerita tentang seorang gadis berusia 20an ke atas, berparas cantik. Dia juga sudah memiliki calon suami. Sepanjang masa pendekatan dan pertunangan, semuanya lancar-lancar saja, hingga akhirnya terjadilah sebuah pernikahan. Gejala yang sedikit di luar dugaan adalah saat malam pertama, si gadis, yang kini telah menjadi istri, tidak mau "dipeluk-peluk" oleh pria yang kini adalah suaminya. Awalnya si pria menduga bahwa si gadis ini hanya menggodanya, namun semakin agresif si pria, semakin marah pula si gadis.

Beberapa waktu berlalu dengan kejadian yang sama, si gadis sangat marah sekali tiap kali "didekati". Akhirnya si pria memberanikan diri bertanya kepada ibu si gadis terkait peristiwa malam pertama dan malam-malam selanjutnya. Si ibu dengan agak berat hati akhirnya menceritakan bahwa sesungguhnya anak perempuannya mengalami retardasi mental, namun tidak berani mengungkapkan sebelum-sebelumnya karena khawatir, si pria akan menolak menikahi anak gadisnya jika mengetahui kondisi yang sebenarnya. Akhirnya si ibu merasa bersalah dan menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada si pria, apakah akan melanjutkan mahligai perkawinannya atau menceraikan anak perempuannya.

Si ibu juga perupaya melakukan komunikasi dengan anak perempuannya. Si Ibu bertanya, apakah dia kini membenci pria yang telah menjadi suaminya. Si anak menjawab, bahwa dia tetap menyukainya. Lalu si ibu juga menanyakan mengapa dia selalu marah jika suaminya mendekatinya. Anak perempuannya menjawab, bahwa suaminya mendekatinya saat dia ingin tidur, dia tidak ingin diganggu, dia ingin bersantai seperti biasa, seperti hari-hari sebelum menikah. Menurutnya, pria yang disukainya itu kini sering mengganggu dirinya. Lalu ibunya bertanya lagi tentang apa itu pernikahan menurutnya, si anak menjawab bahwa pernikahan itu adalah memakai gaun yang cantik, berdandan, dan duduk di pelaminan dan tidak lebih dari itu. Si ibu juga berupaya memberikan gambaran tentang pernikahan serta hak dan kewajiban suami istri, namun anaknya bersikeras bahwa dia tidak mau dan tidak mengerti kenapa harus begitu. Si ibu pasrah mendengarkan jawaban putrinya.

Selanjutnya guru saya tidak menceritakan lagi kelanjutan kisah suami istri, apakah kemudian bercerai, atau harus berjuang menjalani hari demi hari.

#################################################################

Kejadian selanjutnya saat saya magang di sebuah sekolah khusus bersama teman-teman kuliah. Sekolah itu terdiri dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Dengan kondisi murid yang bermacam-macam keunikannya, serta guru-guru yang sabar dan selalu ceria menghadapi tingkah polah murid-muridnya.

Waktu kami di briefing oleh guru, saat saya sedang konsentrasi mendengarkan arahan dari guru sekolah tersebut, tiba-tiba teman saya menyodorkan selembar kertas terlipat 2. Lalu spontan saya membukanya, tidak ada tulisan di sana, hanya ada gambar bulat, segituga, dan beberapa persegi panjang dan lingkaran di ujungnya. Saya menanyakan apa maksudnya, teman saya menjawab kalau kertas itu dari anak yang duduk di ujung sana, katakanlah namanya Radit, selanjtnya baru aku tahu bahwa Radit berusia 15 tahun dan mengalami retardasi mental. Ketika saya melihat ke arahnya, Radit segera melambaikan tangannya. Spontan teman-teman saya senyum-senyum.

Ternyata maksud gambar yang ada di kertas itu adalah gambar tentang saya yang dibuat Radit, lingkaran itu wajah saya, segitiga diluar lingkaran itu kerudung saya, dan persegi panjang itu adalah badan, tangan, dan kaki saya he...he...he....

Saat saya mau pulang dari sekolah itu, tiba-tiba saja Radit mendekati saya, apakah saya ada waktu luang malam minggu nanti. Dia berencana mengajak saya menonton di bioskop. Saya tidak langsung menolak, namun semakin ingin tahu dan penasaran apa saja rencananya. Lalu saya melontarkan beberapa pertanyaan lagi, seperti naik apa kesana. Dia menjawab pergi ke bioskopnya naik mobil. Apakah Radit bisa menyetir, lalu dia menjawab tidak. Papa nya lah yang nanti akan menyetir, nonton bioskopnya juga ramai-ramai, menurutnya nanti akan ada papa, mama, dan kakak-kakaknya. Dan rencananya saya akan dikenalkan oleh semua anggota keluarganya.

Saya bertanya, kenapa harus berkenalan, dia menjawab karena dia sudah menceritakan tentang saya sebagai seseorang yang disukainya, dan ingin agar keluarganya tahu tentang saya. Dalam hati antara penasaran dan cemas. Akhirnya saya memilih untuk berinteraksi secara aman dengan Radit, alhamdulillah lama-kelamaan Radit tidak lagi sering menghampir-hampiri saya dan mengajak nonton bioskop karena selalu saya alihkan pembicaraan ke topik yang lain. Hingga magang selesai, alhamdulillah semuanya lancar.

#################################################################

Dari kedua gambaran di atas terlihat bahwa anak dengan retardasi mental juga memiliki ketertarikan dengan lawan jenisnya. Mereka juga ingin mengekspresikan rasa ketertarikannya terhadap lawan jenisnya. Kebutuhan akan hal ini tetap tumbuh seiring pertumbuhan fisiknya. Hanya saja tentu ada perbedaan-perbedaan antara apa yang dialami mereka yang normal dan mereka yang mengalami retardasi mental, diantaranya yaitu;

~Pemahaman
Pada remaja retardasi mental pemahaman akan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis tentu saja berbeda dengn orang normal. Perbedaan ini salah satunya dipengaruhi oleh kemapuan berfikirnya. Penderita retardasi mental akan sulit memahami sesuatu yang sifatnya sangat konseptual dan rumit. Padahal dalam sebuah hubungan hal yang biasa dan mudah saja bisa sangat menyulitkan buat orang yang normal. Permasalahan yang sebenarnya mudah solusinya bisa menjadi rumit jika perasaan sudah mengambil peranan. Seperti misalnya contoh pada peristiwa yang pertama bahwa si gadis hanya memahami pernikahan sebagai sebuah prosesi belaka dan tidak ada lagi proses di belakangnya seperti melayani suami, berperan sebagai seorang istri, menantu, dan lain sebagainya.

~Ekspresi
Pemahaman yang mereka terima tentu saja akan mempengaruhi dalam berperilaku, hal ini bagaimana seorang penderita ini mengungkapkan perasaan atau rasa suka yang muncul terhadap lawan jenisnya ataupun bagaimana cara mereka memperlakukan orang yang mereka sukai. Pada kasus Radit, remaja 15 tahun yang duduk di bangku kelas 1SMP itu memilih menggambar orang yang dia sukai lalu memberikan hasilnya kepada seseorang itu. Radit tidak merasa rendah hati dengan hasil karyanya. Sedangkan di lain pihak ada saja remaja yang mengambil jatah SPP nya untuk membelikan sesuatu yang "wah" bagi seseorang yang disukainya. Sementara Radit cukup dengan mempersembahkan karya sederhananya, yang menurutnya sudah cukup untuk mewakili rasa sukanya.

Dalam kehidupan bermasyarakat seperti di negara kita ini, dimana norma-norma kesopanan dan kesusilaan masih melekat, diharapkan mereka juga dapat menaati dan tidak melanggar norma-norma ini. Sebenarnya bukan hanya mereka saja yang diharapkan demikian, namun pada kasus retardasi mental ini dikawatirkan karena ketidaktahuan mereka tentang nilai-nilai dan kemampuan anggota tubuhnya sehingga mereka terjerumus dalam pergaulan bebas, atau hamil di luar nikah. Atau bisa saja mereka menjadi korban pelecehan seksual yang tidak mereka sadari akibat pemahaman mereka yang rendah.

Oleh karena itulah pendidikan seks dibutuhkan lebih intens bagi mereka, terutama dari orang tua dan orang-orang di sekeliling mereka. Mereka banyak belajar dari apa yang mereka amati sehari-hari, seperti contoh kasus di atas, si gadis melihat pernikahan sebagai pesta, memakai gaun indah, dan duduk di pelaminan, selebihnya tidak tahu apa yang ada di balik konsep perkawinan itu sendiri. Sementara Radit memilih mengajak menonton bioskop bersama keluarga, karena si kakak juga pernah melakukan hal yang demikian, sehingga menurutnya begitulah cara berperilaku jika dia menyukai seseorang.

Pendidikan seks juga dibutuhkan agar mereka mampu mengontrol dorongan-dorongan seksual yang dianggap tabu jika harus dipertontonkan di depan umum dan menyalurkannya secara tepat. Dikarenakan banyak media-media yang dengan gampangnya mempertontonkan adegan-adegan yang kurang terpuji atau yang sebaiknya tidak perlu digambarkan secara detail dan gamblang sedemikian rupa yang dapat menyebabkan salah paham. Artinya bisa saja mereka meniru adegan tersebut karena ada contoh di "depan mata", dan tidak "terjadi apa-apa". Padahal kenyataannya tidak demikian.

#################################################################

Saya tidak tahu lagi kabar tentang Radit selanjutnya setelah saya tidak lagi magang di tempatnya bersekolah, dia apakah patah hati? Atau sudah melupakan saya? Atau bisa jadi dia menemukan kakak magang lain yang lebih disukainya. Karena belakang saya mengetahui bahwa sebelum Radit menyukai saya, ternyata dia juga menyukai teman saya yang sebelumnya juga magang di sana, nah lho....benar kah? Kok jadi saya yang patah hati hik...hik... :-p

Minggu, 25 Agustus 2013

Keciput Salah Arah


Kemarin saya memutuskan untuk membuat keciput, kue zaman saya kecil dulu. Ide ini muncul dari obrolan saya dengan seorang teman tentang makanan kecil, akhirnya muncullah kata keciput, dan kata gampang, gampang membuatnya maksudnya. Selain itu semua bahan sudah tersedia di rumah, terutama wijen yg beberapa bulan lalu saya beli di sebuah toko China.

Langkah berikutnya adalah mengunjungi mbah google, mencari resep di internet. Resep pertama yang saya temukan sedikit ribet karena cara memasaknya harus digoreng 2 kali agar hasil keciputnya renyah. Saya memutuskan untuk mencari resep lain, akhirnya saya menemukan resep dan cara memasak yang sederhana.
Saya mengambilnya dari majalah Femina,
Bahannya antara lain:
~ tepung beras ketan 200 gr
~ telur 3 butir
~ gula 4 sendok makan
~ garam 1/2 sendok teh
~ wijen
~ minyak untuk menggoreng

Setelah menyiapkan dan mencampur semua bahan kecuali wijen dan minyak, mulailah saya menguleni adonan, tapi setelah dirasa, hasilnya sangat encer sekali sehingga tidak mungkin untuk dibentuk bulat. Karena merasa hanya mengandalkan resep saja kurang berhasil, berikutnya menggunakan kekuatan insting, semoga instingnya benar ya...

Saya memutuskan untuk menambahkan tepung ketan dan gula hingga adonan kalis dan mudah dibentuk. Nah selesai, giliran menyiapkan wajan dan minyak, serta taburan wijen. Adegan dilanjutkan dengan membentuk adonan bulat-bulat seperti kelereng. Mbak Ara ikut membantu, tapi bulatannya sebesar bola bekel, awalnya saya biarkan, lalu saya ingatkan lagi agar bulatannya kecil-kecil saja, tentu saja saran saya diselingi beberapa pertanyaan dengan awalan "mengapa", mengapa begini, mengapa begitu, wah urusan bisa jadi seribet bikin KTP di kelurahan nih.

Ok proses bulat-bulat lancar, sekarang menggoreng. Setelah minyak cukup panas, saya masukkan adonan demi adonan, setelah tak lama kemudian, satu persatu adonan mulai mengambang tanda matang. Lha, setelah dilihat penampakannya, tuh kenapa keciputnya tersenyum ya? Alias merekah seperti kue onde-onde ketawa. Dalam hati, ndak papa lah, toh cuma penampakannya saja barangkali.

Setelah matang, saya angkat keciput dari wajan, lalu saatnya mencoba. lalu apa yang terjadi? Ternyata rasanya pun seperti onde-onde ketawa, tidak renyah, melainkan sedikit lunak. Wah keciputnya salah arah nih, tujuan akhirnya kan harusnya jadi keciput, kenapa jadi onde-onde ketawa mini? Ehm...lain kali resep memasaknya tambah GPS, biar tidak salah arah.

Alhamdulillah dua customer setia saya bilang enak.....tanpa syarat he3....

Sabtu, 24 Agustus 2013

Menjadi Orang Baik Itu Harus Berani Nekat


Saya mendengar kata-kata dari sebuah film berjudul Di Dalam Mihrab Cinta, yah kurang lebih begitulah ungkapan yang mengena bagi saya. Ternyata nekat juga diperlukan ketika kita berniat ingin menjadi orang baik. Saya mengira bahwa kata nekat itu identik dengan perilaku yang kurang baik, misalnya yang sering saya dengar adalah bondo nekat dalam hal ingin menonton pertandingan sepak bola meski ndak ada duit buat beli tiket maupun transportasi, sehingga memaksa masuk stadion meski tak bertiket. Atau contoh lain nekat maling, nekat nyopet, subhanallah.

Nekat menjadi orang baik. Dalam hati saya bertanya, seperti apakah wujudnya? Terutama dalam kondisi sehari-hari ini saja, tidak perlu muluk-muluk karena dalam keseharian saya saja, saya masih sering mengomel terhadap sesuatu, berpanjang-panjang pikiran jika mengambil keputusan, bahkan dalam hal senyum atau sapa sekalipun masih mikir dulu antara iya dan tidak. Lho kok?

Misalnya saja suatu hari saya mengajak senyum dan mencoba menyapa orang lain, eh ternyata orang itu cuek bebek, padahal saya yakin sekali bahwa orang itu kemungkinan besar melihat saya, dan tahu saya. Akhirnya di pertemuan berikutnya saya jadi ragu antara menyapa orang itu atau tidak, meski orang itu bisa jadi posisinya saat itu sedang berdekatan dengan saya, tapi saya jadi enggan menyapanya. Khawatir sakit hati aja, karena embel-embelnya jadi panjang, saya jadi menggerutu, dosa lagi.

Atau misalnya saja saat sedang berjalan bertiga bersama kawan. Kebetulan kedua kawan itu sedang terlibat pembicaraan seru, dan entah sengaja atau tidak, mereka tidak melibatkan saya dalam pembicaraan itu, meski sudah mencoba nimbrung ternyata belum mampu "masuk" juga, jadilah outgroup secara sengaja ataupun tidak. Hal kecil itu seperti itu saja bisa membuat enggan ngobrol lagi, dan memunculkan berbagai macam pikiran, astaghfirullahaladzim.

Hal-hal kecil seperti itu saja sudah membuat ciut nyali saya, bagaimana dengan hal-hal besar? Sungguh teladan Rasulullah belum masuk dalam sanubari saya, kesabaran beliau sungguh luar biasa. Betapa beliau masih sanggup menyuapi dengan lembut seorang tua yang dengan terang-terangan menjelek-jelekkan beliau di depan mata. Betapa beliau masih sanggup menanyakan kabar seorang tetangga terang-terangan membenci beliau. Sungguh kecil diri ini, karena kecilnya, sering terjatuh hanya karena sebutir kerikil.

Batin saya bertanya lagi, mampukah saya berbuat nekat menjadi orang baik? Dimulai dari hal kecil saja dulu, misalnya tetap tersenyum dan menyapa meski ada kemungkinan tidak berbalas, tetap nekat. Atau tetap nekat menjaga silaturahmi meski kemungkinan besar tetap dicueki. Tersenyum, menyapa, dan bersilaturahmi karena Allah saja, biar Allah yang menilai kita. Saya jadi ingat sebuah quote "Biar saja orang lain tidak menyukai kita, asal Allah menyukai dan menyayangi kita". Allahumma anna.

Tetap tersenyum....smile.....seperti kalau mau difoto "klik"  (;-p)




Mother and Doughter's Day


Hari ini abinya Ara sedang rapat di Nottingham. Berangkat pagi-pagi sekali. Jadilah seharian ini saya hanya berdua saja dengan mbak Ara. banyak obrolan antara saya dengan mbak Ara yang menurut saya agak membingungkan dan cukup menghibur bagi saya, kadang lucu, kadang juga sedikit memusingkan jika obrolan berlanjut dengan pertanyaan yang dilontarkannya, karena pertanyaan itu nanti jika dijawab akan berujung pada pertanyaan selanjutnya yang tiada akhir, yah mungkin seperti sinetron Tersanjung zaman dulu wkwkwkwk....

Berikut beberapa cuplikan seputar obrolan kami berdua.

Ara: Umi, kenapa mbah pergi? Kataya sudah sembuh?
Saya: Iya sekarang sudah sembuh.
Ara: Ya harusnya sekarang ada disini
Saya: Mbah di akherat, sekarang sudah ndak sakit lagi
Ara: Kenapa mbah kok meninggal Mi kalo sudah ndak sakit?
Saya: Karena Allah sayang sama mbah.
Ara: Kalau sayang kenapa meninggal Mi?
Saya: Karena mbah sudah tua
Ara: Lha tapi mbah Kasembon juga tua tapi masih ada
Saya: Ya...itu sudah kehendak Allah
Ara: Diam sambil melanjutkan makan
##############################################################

Ara: Mi, orang jahat itu banyak ya Mi?
Saya: Banyak...
Ara: Berarti yang masuk surga itu nanti sedikit?
Saya: Iya, kata Qur'an cuma 2 persen nanti orang yang masuk surga
Ara: Wow.... dikit amat 
Saya: (Dalam hati, emang tahu berapa banyak 2 persen itu? Wkwkwkwk....)
Ara: Temanku juga akan masuk neraka mi kayaknya
Saya: Lha Kenapa?
Ara: Menceritakan kronologi kejadian di sekolah dengan si anu secara panjang kali lebar,
intinya "He is ruin the game when we play at school"
Saya: Oh...
Ara: Iya kan Mi?
Saya: (Tidak menjawab karena bingung apakah itu kategori bisa masuk neraka??? Wallahualam)
############################################################

Tiba-tiba mbak Ara teringat lagu ini



Ara: Mi mbak Nisa (teman baiknya di TK di Indo) itu sudah menerima pesan dari nabi Mi?
Saya: Sudah, semuanya juga sudah, mbak Ara juga
Ara: Lho tapi aku kan masih 6 year, lha mbak Nisa kan sudah seven...
Saya: Oiya ya...berarti nanti mbak Ara nunggu tujuh tahun ya....
Ara: Nanti aku juga dapat message nabi ya Mi?
Saya: (Mengangguk)
Ara: Kapan itu Mi?
Saya: (Menghela nafas mencoba meberi jawaban yang lebih serius). Sebenarnya nabi sudah mengirim pesan ke semua anak pada zaman dulu kala kepada semua anak yang berusia 7 tahun agar mengerjakan sholat 5 waktu.
Ara: Ke aku juga Mi?
Saya: Iya
Ara: Lha aku kan belum 7, katanya untuk anak 7 tahun
Saya: Oiya...(mulai pening karena obrolan muter ke awal lagi kayak gasing, saya juga yang salah asal bilang iya dan asal ngangguk fyuh....)
############################################################

Ara: Mi bapaknya Syamil itu namanya siapa?
Saya: Ya (sambil mikir)...sebut aja bapaknya Syamil, kan nggak pernah disebut namanya
Ara: Iya bapaknya Syamil...(agak heran)
Saya: (tiba-tiba pengen iseng ngasih jawaban) Mungkin namanya Syamilun
Ara: Kok mirip dengan nama anaknya?
Saya: Ya nggak papa kan, kan memang bapak sama anak
Ara: Lho namaku Ara, nama Umi, Devy, padahal aku anaknya umi, lha kok namanya nggak sama?
Saya: (Mencoba mencari jawaban lain) Oiya....mungkin bapaknya Syamil namanya Supono
Ara: Kayaknya namanya Sulono Mi, Side Sulono namanya
Saya: ???? (ngambil namanya siapa itu?)


Di beberapa obrolan, saya memang sering menanggapi santai, asal jawab karena mbak Ara memang sering sekali bertanya, kadang saya merasa capek memberi jawaban, apalagi biasanya dia bertanya sepanjang waktu, entah ketika saya sambil memasak, mencuci piring, menggoreng ayam yang minyaknya muncrat-muncrat, atau pas konsentrasi menikmati sarapan atau makan siang. Ehm....harus multitalent dan multitasking jadi emak.

Asal Klik Link Itu.....Bikin Pening


Hari ini, saya sebenarnya berniat menuliskan sesuatu yang lama belum sempat saya tuliskan, yaitu tentang retardasi mental dan perkembang seksual. Namun hari ini pun saya tidak jadi menuliskannya, alasannya karena saat membuka blog, tiba-tiba ada iklan semacam pelangsing tubuh yang gambarnya tidak senonoh. Berkali-kali saya utak-atik laptop berharap ada jalan keluar untuk menyingkirkan gambar-gambar yang mengganggu itu.


Setelah beberapa menit, saya lalu konsultasi dengan kakak saya yang kebetulan jago dibidang perkomputeran. Alhamdulillah segera direspon, lalu kakak meminta email beserta password agar bisa mengakses blog saya. Tak lama kemudian, datang pesan melalui fb, ternyata setelah dibuka dari Indonesia, semua baik-baik saja, tidak ada iklan aneh-aneh yang muncul. 


Berpindah ke hal yang lain, kali ini laptop ditengarai terkena virus karena browsernya tiba-tiba berubah sendiri. Pesan berikutnya muncul, kakak saya memberikan petunjuk bagaimana cara menangani virus yang satu ini. Berhubung saya juga agak gaptek dengen teknologi yang satu ini, jadilah saya bagai nenek-nenekberjalan pelan dengan tongkat di tangan berupaya meraba-raba apa maksud tiap-tiap instruksi yang harus dilakukan. Puyeng karena instruksi dan gambar sama sekali berbeda dengan yang tersedia di laptop saya. Usut punya usut ternyata browsernya beda tahun kelahiran, jiah...alias yang digambar lebih jadul. Pantesan ndak nyambung-nyambung....


Akhirnya saya coba browsing sendiri sambil terus berkonsultasi dengan kakak lewat fb. Akhirnya ketemu juga yang sesuai. Dengan penuh ketegangan saya coba menerapkan instruksi demi instruksi yang diberikan lewat tayangan you tube. Maklum saya cemas juga karena jika ada yang keliru, waduh kemana lagi saya harus mengadu, maklum konon katanya disini segala macam perbaikan itu mahal harganya, ampuuun. Bismillahirrohmaanirohiim, klik. Sudah,.....saya cek lagi, loh kok tidak ada perubahan? Padahal sudah berkali-kali laptop saya restart. Browser yang muncul tetap berbeda, bukan chrome, dan gambar-gambar iklan tetap saja muncul. Ya Allah.....urusan begini bisa jadi darah tinggi nih lama-lama. Astaghfirullahaladziim.


Saya browsing lagi, akhirnya nemu program yang namanya adblock (untuk mengeblok iklan-iklan), setelah saya instal, Alhamdulillah iklan buruk rupa itu tidak lagi muncul, tapi space kosongnya masih ada? Mengganggu tampilan juga. Lho kok?? Dan browsernya juga tidak mau ganti. Yang penting iklan sudh hilang, sekarang perbaiki browser dulu. Akhirnya saya masuk ke setting chrome, saya utak-atik dan mendelik buat baca yang njlimet-njlimet di situ, bahasa inggris lagi, triple puyeng....


Aha....nemu nih dengan masalah yang sedang saya alami, akhirnya saya terapkan instruksi yang ada, beres, re-start lagi, dan wow....tetep ndak ada perubahan, chrome ndak mau nongol juga. Utak-atik lagi, bismillah, semoga yang ini. Saya re-start lagi, Alhamdulillah berhasil. Google chrome telah kembali seperti semula...... eh sekarang kembali lagi ke space iklan kosong yang menganggu.Kenapa mengganggu? karena setiap kali saya mau entri blog, space iklan itu menutupi space entri, jadi saya tidak bisa mengetik, weleh....weleh...


Saya memutuskan untuk menambah adblockplus, berharap iklan pergi beserta space-space nya. Setelah saya add adblockplus, space tetep muncul. Ada tombol filter di adblockplus itu, saya coba klik ini itu, akhirnya....blog saya yang hilang karena dianggap sebagai iklan juga....masyaAllah, kuartet puyeng nih... Lalu saya putuskan untuk menghilangkan blocknya, alhamdulillah blog saya bisa muncul, tapi syaratnya ya itu, adblockplus harus disable, kl dimunculkan hilang semua tulisan saya :-( Ndak papa lah, sementara masalah sudah bisa teratasi. Kendala space iklan masih ada, namun kadang space itu muncul, kadang juga tidak, makanya akhirnya bisa menulis curahan melow ini.


Saatnya meregangkan tubuh, dan menengok jam, wow....jam 7 malam, padahal saya mulai mengutak-atik laptop ini mulai dari jam 10 pagi ck..ck...ck.... tapi memang kegiatan utak-atik diselingi momong, makan, sholat, dan lain-lain. Alhamdulillah.


Awal mula kisah......

Beberapa hari lalu muncul keinginan untuk mendownloadkan film kartun untuk Ara, agar dia sedikit terhibur dengan kepergian mbah. Nah disitulah awal mulanya. Saya mulai search situs-situs download film gratis, disetiap situs yang saya buka selalu ada gambar film yang saya cari dan tombol download di bawahnya. Dengan lugunya, saya klik aja tulisan download, lalu muncul tombol download yang lain, lalu tiap kali klik muncul yang lain pula, bukan film yang terdownload tapi entah bermacam-macam program yang kebanyakan tidak begitu saya kenal, kebanyakan sih program untuk download film juga. Entah berapa link yang sudah saya klik. itulah kata kakak saya yang mungkin menyebabkan masuk virus ke laptop saya. Anehnya padahal berkali-kali saya coba scan dengan antivirus, kenapa ndak mau pergi juga ya? Akhirnya saya uninstall satu-persatu. 

Saatnya istirahat, insyaAllah nanti malam atau besok pagi saya sempat mengutak-atiknya lagi. Ada yang bersedia memberi pertolongan gratis? Emmm akan sangat dengan senang hati saya terima :-)