Sabtu, 29 Agustus 2015

Prasangka Dan Masa Lalu


Terkadang masa lalu memang tidak selalu indah untuk dibicarakan. Lebih elok mungkin jika disimpan rapat-rapat karena bisa jadi masa lalu itu adalah aib bagi si empunya cerita. Di sisi yang lain, masa lalu yang kita anggap tidak indah itu bisa menjadi pelajaran yang kita ambil hikmahnya. Seperti halnya dengan sekelumit kisah yang akan saya ceritakan berikut ini.
 
Suatu siang, tiba-tiba Mas Kos ( anak dari ibu kos tempat saya nge-kos saat SMA) memberitahu saya bahwa salah seorang adik kelas perempuan di SMA saya sedang teler alias nge-fly di trotoar jalan karena obat terlarang. Saya sempat kaget dan memastikan informasi yang dia dapatkan. Namun si Mas ini meyakinkan saya karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sayang sekali, saya tidak terlalu dekat hubungan pertemanan saya dengan adik kelas yang dia maksud ini, tapi saya tahu nama dan wajahnya. Sesekali saja ngobrol dengan si adik kelas ini.
 
Setelah cerita yang saya dapatkan itu, pandangan saya terhadap adik ini sedikit berubah. Otomatis berita tidak bagus itu mempengaruhi pemikiran saya dan sudut pandang saya. Namun karena merasa tidak dekat sehingga perubahan pandangan itu tidak membuat sikap saya berubah terhadapnya, hanya saya merasa jadi sedikit lebih tahu tentang sisi buruknya. Tanpa sadar dalam hati saya melabelinya dengan "bukan anak perempuan baik-baik".
 
Tahun demi tahun berlalu. Saya sudah lulus SMA, dan melanjutkan kuliah di sebuah universitas. Begitupun dengan adik kelas saya ini, pastinya dia juga sudah lulus dan entah kemana.
 
Suatu hari, organisasi keislaman di kampus sedang mengadakan sebuah acara yang mengundang seluruh mahasiswa dari universitas manapun untuk mengikuti acara ini. Saya melihat sesosok wajah yang sangat mirip dengan wajah adik kelas saya. Saya penasaran, dan tanpa sadar mengamatinya begitu lama. "Hei mbak gimana kabarnya?", tiba-tiba wajah yang saya pandangi dari tadi melihat ke arah saya dan menyapa dengan hangatnya. Senyumnya yang lebar, dan balutan kerudung yang lebar pula menambah saya semakin kaget dan sejenak terpaku.
 
Sekilas ingatan masa lalu itu kemudian berputar-putar di atas kepala. Berbagai macam pertanyaan timbul, benarkah ini dia? Bagaimana bisa dia berubah? Apa kira-kira yang terjadi padanya? "Baik, gimana kabarnya? Kuliah di mana?" Tanya saya sambil mencoba menghapus bayangan-bayangan yang berputar-putar di benak. Dan pertanyaan-pertanyaan itupun saya tahan agar tidak keluar dari mulut ini. Kamipun mengobrol seputar kuliahnya, tidak berani lebih jauh dari itu.
 
MasyaAllah, sungguh transformasi yang sangat luar biasa bagi saya. Penampilannya yang dulu dan yang sekarang sudah sangat berbeda 180 derajat. Jika saya yang sudah berjilbab sejak SMA hingga kuliah dengan model jilbab dan perilaku yang itu-itu saja. Sebaliknya, dia yang dulu penampilannya belum berjilbab dan kini berbalut rok lebar, baju longgar, dan kerudung yang terjulur menutupi lebih dari separuh badannya. Sungguh saya merasa mendapatkan suatu pelajaran dari pertemuan dengan adik kelas yang satu ini.
 
Betapa kita tidak dapat menilai seseorang dari masa lalunya. Jika saja saya tidak pernah bertemu lagi dengannya, mungkin cerita buruknyalah yang akan tetap menempel di kepala ini. Mungkin hanya prasangka-prasangka buruk saja yang kulekatkan pada dirinya, astaghfirullah. Tanpa sengaja rupanya saya sudah terperosok ke dalam sikap suudzon. Beruntung sekali saya dipertemukan Allah dengannya agar hati saya ini kembali bersih dari berprasangka buruk, dan kembali belajar bahwa bisa jadi orang yang kita anggap kurang baik di masa lalu, dapat berubah menjadi baik dan mungkin bahkan jauuuuuuh lebih baik dari diri kita. Bisa jadi orang yang kita prasangkai selama ini ternyata kini hatinya lebih mudah menerima hidayah Allah dan lebih disayang Allah melebihi sayangnya Allah kepada kita, wallahualam.
 

Kamis, 20 Agustus 2015

Cara Mendapatkan Vaksin Meningitis di UK

Menunggu di Farah Chemist

Bagi siapapun yang ingin melaksanakan ibadah haji atau ingin bepergian ke sebuah negara dengan resiko meningitis tinggi, maka disarankan untuk mendapatkan vaksin ini. Sayang sekali vaksin ini berbayar, alias tidak gratisan, jadi kita perlu mengeluarkan biaya yang lumayan mahal. Tapi demi keselamatan, insyaAllah uang yang dibayarkan tidak akan sia-sia. Lantas apa dulu nih yang perlu kita lakukan untuk mendapatkan vaksin meningitis?
 
1. GP (General Practice)
Tempat pertama yang wajib dituju pertama kali adalah GP. Jika GP kita menyediakan vaksin macam ini, maka kita tinggal apply saja dan menanyakan berapa jumlah biaya yang harus kita bayar. Di GP tertentu ada yang menyediakan vaksin ini, bersertifikasi halal, dan harganya relatif lebih murah dari apotik. Oiya jangan lupa memilih vaksin yang halal terlebih dahulu, namun jika sulit di dapat, dengan sangat terpaksa mungkin tetap dapat dimanfaatkan. Atau berkonsultasi dahulu dengan seseorang yang lebih mengetahui ilmu agama lebih dalam, baru mengambil keputusan.
 
2. Apotek
Jika ternyata diketahui bahwa GP kita tidak menyediakan vaksin jenis ini, maka saatnya hunting dari apotek satu ke apotek lain. Yang perlu ditanyakan biasanya harga, halal tidaknya vaksin, yang menyuntik laki-laki atau perempuan. Saya biasanya lebih prefer jika yang menyuntik perempuan, banyak orang khususnya perempuan pun demikian. Di apotik biasanya tidak perlu membuat appointment, bisa langsung datang dan langsung vaksin. Jika kurang yakin, bisa telepon lebih dahulu farmasi yang hendak kita tuju. Jangan lupa meminta sertifikat vaksin dari apotek sebagai tanda bukti yang harus ditunjukkan pada lembaga yang membutuhkan nantinya.
 
Pada kasus saya, saya mendapatkan vaksin ini di apotek karena GP tempat saya terdaftar sebagai pasien di sana ternyata tidak menyediakan vaksin jenis ini. Kebetulan saya tinggal di Newcsatle, dan salah seorang teman menyarankan untuk pergi ke Farah Chemist di daerah Benwell. Akhirnya saya dan suami pun memutuskan pergi ke sana pada suatu siang. Setelah menanyakan informasi ini dan itu, serta meminta agar perempuan saja yang menyuntik, eh...ternyata saya dipertemukan dengan salah seorang wali murid satu kelas dengan anak saya. Wajahnya sudah sangat saya kenal, cuma kami hanya pernah satu kali mengobrol saat mengantar anak ke sekolah.
 
Alhamdulillah, kami dipertemukan dengannya di saat yang baik, pada saat yang tepat. Ternyata dia seorang ahli kesehatan, entah bidang detailnya apa. Dan ternyata namanya adalah Farah yang tak lain nama dari apotek itu sendiri, walah....ternyata temen saya ini pemilik Farah Chemist. Selama proses vaksinasi itu kami berdua sempat mengobrol kesana-kemari, termasuk soal anaknya yang satu kelas dengan Ara.
 
Selesai vaksin, kamipun bertanya-tanya tentang produk kosmetik yang dapat dipakai untuk ibadah haji. Alhamdulillah, dia sangat membantu sekali. Dia mulai menunjukkan produk-produk yang tanpa mengandung alkohol dan fragrance seperti sabun, pelembab wajah, shampoo, pasta gigi dan lain sebagainya. Namun ada juga beberapa produk yang tidak dia miliki, akhirnya dia menawari kami apakah mau menunggu beberapa hari untuk dia pesankan. MasyaAllah...kami sangat senang sekali karena merasa sangat dibantu. Mencari barang seperti itu di UK ini lumayan sulit. Jika di Indonesia, kita tinggal membeli produk paket haji, maka sudah banyak yang menyediakan, seperti merk Wardah misalnya. Hari itu kamipun pulang dengan hati lega karena sudah vaksin, mendapatakan sertifikat vaksin, dan tidak bingung lagi mencari perlengkapan kosmetik untuk haji.
 
Jika ingin info yang lebih lanjut tentang Farah Chemist maupun vaksin meningitis, boleh bertanya di kolom komentar. insyaAllah saya akan menjawab sebisa saya. Atau anda bisa juga googling melalui internet, insyaAllah sudah banyak informasi tersedia di sana. Semoga segala hal baik yang kita niatkan akan dimudahkan Allah SWT, aamiin yaa robballalamiin.
 

Rabu, 19 Agustus 2015

Yang Membuat Mata dan Hati Meleleh

 
Hari ini saya berkali-kali dibuat meleleh alias terharu oleh perilaku anak saya. Awal ceritanya begini. Siang tadi, jam set 3, saya dan suami saya ada appointment dengan GP atau istilahnya dokter umum untuk mencari tahu tentang vaksin apa saja yang kira-kira dibutuhkan sebagai persiapan untuk pergi ke Saudi Arabia. Setelah dijelaskan ini dan itu oleh nurse yang bertugas hari itu, kami pun setuju untuk divaksin saat itu juga. Meski dalam hati saya deg-deg an membayangkan jarum.

Drama dimulai, anak saya mulai gelisah, ingin keluar dari ruangan. Matanya mulai berkaca-kaca, setelah kami tanya, ternyata dia tidak mau melihat kami berdua disuntik. Dia ngotot untuk menunggu di luar ruangan meski sendirian. Dia sempat menangis sesenggukan. Nurse sempat bingung dengan reaksinya itu, setelah kami jelaskan, nursenya pun paham.

Kami berdua pun disuntik sebanyak 4 kali dengan 4 jenis vaksin yang berbeda (mantab sekali kan?). Saya pun merasa bangga dengan diri saya sendiri, sebagai salah seorang yang beraliran takut jarum tulen, Alhamdulillah bisa melewati 4 kali suntik dalam waktu kurang dari 1 menit (rekor). Setelah selesai, nurse pun mewanti-wanti bahwa efek samping dari vaksin yang akan dialami adalah lengan akan kaku dan agak nyeri jika digerakkan, plus mungkin sedikit demam. Kamipun tersenyum-senyum saja sambil membayangkan jika efek sampingnya terasa hehehe.... Anak kami waktu itu sudah kembali ke dalam ruangan, dan turut mendengarkan perkataan nurse.

Sesampainya di rumah, nah...nyeri-nyeri mulai semriwing. kami pun berkali-kali mengingatkan anak kami agar hati-hati untuk tidak menyenggol lengan kami berdua, tidak minta gendong, ataupun tidak bermain gelitikan. Alhamdulillah dia nurut sekali. Saya dan suami pun berselonjoran di atas tempat tidur sambil menikmati cenut-cenutnya bahu kami, sementara anak kami bermain sendirian. Karena merasa kasihan melihat dia yang bingung dengan aktivitas, saya pun meminta dia untuk mengambil Al-Qur'an. Dia pun mengaji sambil saya simak, dilanjutkan hafalan. Setelahnya lagi, dilanjutkan dengan mengerjakan PR dari summer school nya di masjid Tauhid.

Waktunya makan malam pun tiba. Suami bilang jika nasi telah habis. "Ow...harus masak nasi nih, aduh", keluh saya sambil memegangi bahu kanan yang memang terasa lebih nyeri daripada bahu sebelah kiri. "Umi, aku ndak usah makan nasi. Aku dibikinin milkshake pisang aja sama es krim", kata Ara. "Nah tuh, itu sudah bikin kenyang", kata suami saya.

Saya dan Ara pun pergi ke dapur. Tanpa disuruh, waktu itu Ara dengan cekatan membantu mengambil es krim dan memasukkan ke dalam blender, mengambil sendok, mengembalikan susu, dan mengambil gelas, tanpa saya suruh sama sekali. Setelah milkshake siap, tanpa membutuhkan waktu lama, dia sudah menghabiskan 2 gelas milkshake, masyaAllah, dan diakhiri dengan sendawa yang besar. Alhamdulillah, kenyang rupanya. Kemudian saya minta dia untuk sholat Ashar sendirian karena saya sedang tidak sholat, dan abinya sudah sholat terlebih dahulu. Kali ini dia melaksanakan sholat tanpa menunda atau menunggu saya menyuruhnya untuk yang kedua kalinya.

Selesai sholat, saya minta dia untuk ke kamar mandi dan gosok gigi. Kemudian bersiap untuk tidur. Sebelum tidur, dia bertanya "Umi, do you need my help?" "No", jawab saya sekenanya sambil membuka laptop. "If you need my help, you can splash my face with water, I will wake up and help you." Perkataannya yang terakhir inilah yang paling membuat saya meleleh hik...hik... Rupanya dia sangat memperhatikan rasa sakit yang saya alami. Saya pun memeluk dan menciumnya, mengucapkan terimakasih berulang-kali karena telah menjadi anak yang solehah hari. Saya tata letak selimutnya, dan tak lama kemudian dia sudah terlelap. Terimakasih Ya Allah telah mengaruniakan kepada kami seorang anak yang baik hati :-)
 
 

Negara Kaya Vs Kemiskinan

Newcastle City Centre

Suatu hari, saya, suami dan anak saya sedang berjalan-jalan ke Newcastle city centre. Menjelang siang, anak saya pun merasa kelaparan karena memang tidak membawa bekal hari itu. Jadilah kita memutuskan untuk membeli sesuatu di Greggs (toko roti dan sandwich) yang sekiranya halal untuk kita konsumsi. Kamipun memasuki toko dan mulai memilih-milih menu vegetarian atau paling tidak menu kelautan (baca: ikan-ikanan).
 
Nah...ini dia, kami menemukan pizza vegetarian, bismillah. Kamipun menuju kasir, mengantri untuk membayar. Di depan kami ada 3 atau 4 orang yang juga mengantri bersama kami. Di tengah heningnya mengantri, tiba-tiba si mbak-mbak kasir berteriak, "Please pay for your sandwich... hey... please pay for your sandwich!" Sambil melihat ke arah laki-laki memakai topi yang sedang berjalan dengan tenang keluar dari toko. Kami dan para pengantri lain hanya bengong saja sambil berdiri di tempat yang sama. Tidak ada seorang pun yang mengambil tindakan untuk turut mencegah pencurian itu. Si mbak kasir itupun hanya tersenyum kecut sambil kembali melanjutkan melayani pelanggan yang sudah mengantri. Dan melenggang bebaslah si pencuri makanan itu.
 
Posisi mbak kasir itu memang tidak memungkinkan untuk berlari mengejar pencuri itu karena tidak ada pintu di dekat area dia berdiri. Jika ingin berlari maka harus memutari etalasi kue yang panjang di depan dia. Sementara saya dan suami tidak berani berbuat apa-apa. Kami jadi berfikir, pencurian itu jika terjadi di Indonesia, tidak perlu repot-repot, si mbak tinggal teriak maling aja, mungkin pria pencuri tadi sudah jadi semacam "tahu gejrot". Sebaliknya, situasi waktu itu sungguh tenang, tidak ada orang-orang yang berbuat anarkis. Mungkin bisa jadi mereka tinggal lapor polisi, cek kamera CCTV, beres deh. Mungkin jika orang-orang main hakim beramai-ramai, malah tidak baik buat diri mereka sendiri ke depannya. Bisa-bisa mereka masuk dalam catatan polisi, akibatnya akan sangat fatal buat karir dan masa depan mereka. Di sini aturan mainnya begitu soalnya.
 
Kamipun akhirnya makan kue di sebuah bangku panjang yang ada di sekitar city centre sambil terus membicarakan kejadian yang sedikit membuat kami shock. "Kok bisa ya orang itu mencuri kue dengan tenangnya, kok bisa ya orang-orang hanya diam saja, kok bisa ya si mbaknya akhirnya cm senyum kecut aja, kok bisa ya...kok bisa ya..." Dari pertanyaan kok bisa tadi, saya pun tiba-tiba terpikir hal lain. "Untung yang dicuri cuma satu ya bi", kata saya kepada suami. "Jadi ya kalau kasirnya harus mengganti ya nggak banyak lah, tapi jengkel sih pastinya".
 
"Ya Allah bi....orang itu pastinya sangat kelaparan sampai-sampai harus mencuri". Berganti perasaan merasa bersalah dalam hati, padahal sejak tadi saya merasa gemes dan geram dengan si pelaku. Kini saya malah merasa kasihan, dan menyesal, kok kenapa tadi tidak terfikir untuk membayar sandwich yang dicuri orang itu. Ya Allah...kini perasaan kami jadi bercampur aduk.
 
Masak sih ada orang kelaparan di negara besar dan kaya seperti Inggris ini? Mata uangnya aja nilainya paling tinggi di dunia. Eits jangan salah, meskipun Inggris adalah salah satu negara yang sudah berkembang (developed bukan developing lagi) namun ternyata permasalahan perekonomian masih tersu menerpa dengan hebatnya, mulai dari pengurangan benefit untuk kesehatan, naiknya tarif transportasi, sampai naiknya harga bumbu dapur di pasar. Di jalan-jalan dengan mudah kita temukan orang-orang yang tidur di depan pertokoan dengan bermodal sleeping bag dan tas ransel, sesekali mereka bilang "Change please", yang artinya mereka meminta uang receh pada kita. Ironis memang. Padahal kebanyakan mereka masih muda, kulitnya putih (lha iyo mesthi lha wong londo kok), ganteng, dan bahasa Inggrisnya bagus (nguk). Mereka kalau di ekspor ke Indonesia bisa jadi artis, menggeser pemeran GGS. Hush..kembali ke topik.
 
Beberapa komunitas sosial, termasuk komunitas tempat saya mengikuti kursus, mereka menggalang food bank. Apa itu? Yaitu semacam menggalang bantuan berupa bahan makanan mentah tapi yang awet, seperti makanan kaleng, dan makanan instan. Mereka akan susun dalam wadah seperti parcel lalu dibagi-bagikan setiap pekan sekali. Guru saya pernah bercerita bahwa antrian untuk mendapatkan parsel gratis itu bisa sangat panjang. Di lain tempat juga pernah di adakan pembagian makanan siap konsumsi yang gratis, itupun antriannya juga panjaaaang sekali, subhanallah.
 
Intinya, biarpun negara berkembang, biarpun negara maju, berperang melawan kemiskinan itu memang sudah bukan hal yang aneh. Yang dapat kita lakukan sebagai warga mungkin meningkatkan rasa welas asih kita terhadap sesama, rasa kepedulian kita kepada orang lain. Paling tidak jangan sampai tetangga kiri dan kanan kita kelaparan sampai harus mencuri demi untuk makan (nabok diri sendiri). Semoga Allah selalu mengalirkan hidayah kepada kita semua sehingga kita menjadi orang-orang yang peka dan berhati welas asih kepada sekililing kita, amin.
 

Indonesia Independence Day Celebration in Newcastle

Sack race

Yesterday, 17 August 2015, was the 70th year of Indonesia independence day celebration. This is my 3th time I celebrate my country's independence day in another country, in England. I have been living in Newcastle for nearly 3 years. My family and I really miss our country. We miss the warmth of the people, the beautiful sceneries, the delicious dishes, the weather, and also my big family.
 
Indonesian community in Newcastle held Independence Day celebration in the Leazes Park. Many people came to the park. They brought various Indonesian dishes from various regions. You know, Indonesia has many regions, and island. Every regions has its own special dishes for example; Gudeg from Yogyakarta (Central Java), Rendang from Padang (Sumatra), Rawon from Surabaya (East Java), etc.

Marble race
On that day, we could find Mie Goreng (fried noodle), Empek-empek (fish cake) which is from Palembang, Es Cendol (jelly with coconut milk), Lapis (layers jelly), Beef Rendang, and also krupuk (the most favourite Indonesian crackers hemmmm yummy....). Before we eat, all people gathered to sing national anthem, Indonesia Raya. I though, it was long time ago the last time I sing that song, maybe when I was in the university, fortunately I did it well haha...
 
The singing was finish, after that, we prepared for the games. The first game was marble race. Put a marble into the spoon, and bite the spoon tightly so it won't wobbly and run as fast as you can to the finish line. It was little bit hard for little children, but they were all very happy.
 
The second game was sack race, and the last one was taking the plastic balls race. Some children feel sad and very upset when they lost in the race, we tried to make sure that its only a fun game, not a real competition. After all the games were finish, we gave the prizes to all the children. The last, we took their pictures complete with their big...big...smiles... Happy Independence Day Indonesia...