Selasa, 27 Mei 2014

Masih Seputar Sekolah


Free Reading

Hari Kamis, sepulang sekolah, Ara terlihat senang sekali, alasannya adalah mulai hari itu dia termasuk Free Reader. Saya bingung apa maksudnya dengan istilah Free Reader, ternyata dia termasuk murid di kelasnya yang dibebaskan untuk memilih segala jenis buku di perpustakaan sekolah untuk dibaca di rumah selama 1 minggu. Jadi sejak saat itu dia tidak perlu lagi memilih stage book dalam pelajaran literacy.

Sebelumnya anak saya berada pada stage 9 dalam hal baca-membaca. Stage book berisi sebuah cerita pendek dan gambar yang berwarna-warni di dalamnya. Jumlah halamannya bervariasi sesuai dengan stage nya, mulai dari hanya 9 halaman dengan tulisan yang besar-besar hingga 32 halaman dengan tulisan yang lumayan banyak dan lebih kecil-kecil dari stage yang lebih rendah. Sedangkan buku untuk free reading sudah berupa chapter-chapter, dan gambarnya tidak lagi berwarna.

Kenapa Ara sangat senang sekali masuk  dalam kategori ini, tidak lain karena dia bisa bebas memilih buku cerita yang mana saja, pilihannya lebih banyak. Namun di sisi lainnya, banyak kosa kata yang sulit dia mengerti, saya juga masih kesulitan dengan beberapa kosa katanya yang jauh lebih bervariasi daripada kosa kata-kosa kata dalam stage book. Namun Ara jadi lebih bersemangat lagi untuk membaca.

PR dari Sekolah

Tugas membaca ini diberikan setiap hari Kamis oleh guru di sekolahnya, setiap anak tentu memiliki stage yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan kemampuannya. Jadi dalam 1 kelas level baca yang dimiliki anak-anak bisa bermacam-macam, alias tidak harus sama. Dan bukunya ini cukup di baca di rumah, hanya tiap hari Kamis, Ara di cek kemampuan bacanya lalu dipinjamkan buku yang lain. Anak pergi ke sekolah tidak perlu membawa tas yang berisi penuh buku. Setiap hari yang di bawa anak saya adalah packed lunch untuk makan siang. Jika anak membeli packed lunch di sekolah atau mendapatkan gratis dari sekolah dengan syarat-syarat tertentu, maka dia tinggal berangkat badan saja, tidak perlu bawa apa pun. Kamis bawa buku membaca, dan Jumat membawa PR yang biasanya diberikan hari Senin untuk dikumpulkan hari Jumat, PR nya pun tidak banyak, hanya 2 lembar, 1 lembar untuk numeracy, dan 1 lembar untuk literacy. Tas murid-muridnya pun tipis seperti map.


Ujian di Sekolah

Beberapa hari lalu saat berangkat sekolah pagi hari, Ara juga cerita kalau hari itu dia dan teman-teman sekelasnya akan menjalani tes SAT, semacam tes untuk mengetahui potensi akademik anak. Ara santai saja tuh, saya nya malah yang agak panik, karena sama sekali tidak tahu informasi tentang kapan dilaksanakannya tes itu. Seminggu sebelumnya sudah ada pemberitahuan dari sekolah sih, tapi isinya singkat, kurang lebih begini artinya "Tes SAT akan diadakan minggu ini", dan tidak ada tanggal, juga harinya.

Menurut guru kursus bahasa Inggris saya, memang SAT untuk anak-anak year 2 tidak diberitahukan ke murid maupun wali muridnya, suasana tesnya pun tidak seperti ujian melainkan dibuat serileks mungkin agar anak-anak tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang diukur kemampuan akademiknya. Hal ini karena anak-anak di year 2 atau kelas 2 masih sangat kecil untuk menghadapi tes yang serius, mereka hanya anak-anak yang seharusnya banyak bergembira. Tes yang serius baru diperuntukkan nanti jika anak-anak sudah duduk di kelas 6 atau year 6.

Liburan Sekolah

Hingga saat ini hasil tes SAT belum keluar, biasanya akan ditunjukkan pada orang tua saat Parent Evening. Semoga saja dalam waktu dekat ini, penasaran juga dengan hasilnya. Mungkin setelah liburan ini. Oiya minggu ini libur lagi selama 1 minggu, kalau tidak salah libur half term. Jam sekolah disini tidak banyak. Setiap hari masuk mulai jam 08.45 am - 03.15 pm mulai hari Senin hingga hari Sabtu. Sering libur, hampir setiap bulannya ada liburan. Jadi total selama setahu itu, anak-anak hanya bersekolah selama 190 hari....wow amajing to? Dari 365 hari, hanya setengahnya saja bersekolah he3.... Tapi jangan salah, soal bolos atau ijin, di sini sangat ketat lho.

Ijin Sekolah

Waktu itu Ara dapat appointment ke dokter gigi pas di tengah-tengah jam belajar, sekitar jam 12.30. Awalnya saya putuskan untuk pagi harinya Ara tetap mengikuti pelajaran seperti biasanya, tapi sepulang dari dokter gigi langsung sekalian pulang saja karena jam pulang sekolah juga sudah dekat, yaitu jam 03.15 pm. Tapi ternyata itu tidak diijinkan, gurunya ngotot agar Ara kembali ke sekolah setelah treatment, padahal jarak antara lokasi dokter gigi dan sekolahan lumayan lho, naik bis sekitar 20 menitan, belum lagi bis datangnya tiap 30 menit sekali, aduh bayangin betapa ribetnya hari itu. Eh ternyata itu pun sudah dihitung tidak masuk sekolah 1/2 hari, biarpun sudah ijin, tapi tetep keterangannya tidak hadir di sekolah. Di hari yang lain pas Ara ada keperluan yang harus segera diselesaikan terkait kepindahan sekolahnya, pun juga ditulis tidak hadir selama 1/2 hari. Pas sudah 1 hari penuh hitungannya tidak masuk sekolah. Tapi saya agak lega karena ijin itu pas di sekolah yang lama, eh ternyata waktu parents evening di sekolah yang baru, di keterangan raportnya, Ara tidak hadir di sekolah selama 1 hari di term itu. Jadi absen di sekolah yang lama tetap masuk di data sekolah yang baru ho...ho...ho....

Bolos = Bayar Denda

Bahkan si sebuah koran yang terbit di sini, kalau tidak salah di koran Metro diberitakan bahwa seorang wali murid menghadapi ancaman untuk membayar denda karena telah mengijinkan kedua anaknya tidak masuk sekolah selama 1 minggu an dengan alasan berlibur keluar kota bersama keluarga, selama libur sekolah wali murid ini tidak bisa mengajak liburan anaknya karena keduanya bekerja, nah saat dapat cuti dari tempat bekerjanya inilah, sebenarnya jadwal sekolah anaknya sudah masuk. Apa boleh buat, orang tua akhirnya memaksakan tetap liburan ke luar kota dan mengajak anak-anaknya meski bukan liburan sekolah. Peraturan penerapan denda ini sebenarnya baru diresmikan, dan orang tua ini merasa bahwa peraturan itu belum disosialisasikan sepenuhnya sehingga tidak mengetahui informasi tersebut, tapi pemerintah tidak mau tahu, akhirnya orang tuanya memutuskan banding. Saya tidak tahu lagi kelanjutan kasusnya.

Yang jelas peraturan semacam ini masih pro dan kontra di kalangan masyarakat di sini. Ada yang tidak setuju karena mempertanyakan alokasi dan pemanfaatan uang denda itu sendiri, ada juga yang setuju dengan syarat jika sekolah terlambat membuka gerbang saat masuk ataupun pulang sekolah harusnya pihak sekolah juga membayar denda ke wali murid he3.... Di sini kalau gerbang terlambat di buka beberapa menit saja, efeknya sudah luar biasa, kalau pas hari cerah terlambat sedikit sih tidak apa-apa, tapi kalau pas musim dingin dan hujan, wah terasa banget anak-anak dan orang tua sudah kedinginan menunggu di luar kelas bbbrrrr.... karena apapun kondisi cuaca yang terjadi di luar, entah hujan lebat, atau salju, guru tidak akan membuka pintu kelas sebelum bel berbunyi. Nah kadang guru belum selesai menyiapkan keperluan di kelas, jadi saat bel masuk berbunyi, guru masih sibuk di dalam kelas, begitu kelas siap, baru deh guru membuka pintu kelas.


#Ayat hari ini
Surat An-Naba ayat 31-35

31. Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan,
32. (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur,
33. dan gadis-gadis remaja yang sebaya,
34. dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
35. Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar