Sabtu, 26 April 2014

Ngantri Yuuuk.....Biar Semua Nyaman


Beberapa hari yang lalu, saya pulang naik bisa sendirian. Saat tiba di halte bus, halte masih kosong, belum ada calon penumpang lain yang menunggu di halte itu. Beberapa saat kemudian datanglah sepasang kakek dan nenek, yang kemudian duduk di sebelah saya di tempat duduk halte itu. Sesaat kemudian datang orang-orang lainnya. Mereka menunggu sambil mengobrol, ada juga yang sambil mendengarkan sesuatu dari headset mereka, sementara saya sambil bengong, maksudnya sambil menikmati pemandangan summer di sekitar halte, dan mengamati keunikan gedung-gedung yang berdiri di sepanjang jalan utama itu. Ada cafe, perpustakaan, toko-toko, tanaman dan pohon-pohon yang mulai mekar bunganya.

Beberapa menit menunggu, datanglah bis yang dimaksud. Kami semua segera berdiri berbaris. Kakek nenek itu berdiri di depan saya meskipun sebenarnya saya yang pertama kali datang di halte itu, dan saya pun tidak keberatan karena saya tidak khawatir tidak akan kebagian tempat duduk nantinya. Setelah pintu bis terbuka, kami semua tidak langsung masuk bis, melainkan menunggu semua penumpang yang akan turun keluar dari bis, baru giliran penumpang yang akan masuk.

Saat penumpang yang turun sudah habis, kakek nenek itu tidak langsung naik bis, melainkan menengok ke arah saya dan mempersilahkan saya untuk naik duluan. Saya sempat terkejut, lalu segera bilang terimakasih dan naik bis. Saya tidak menolak tawaran mereka karena saya tidak mau memperlambat antrian, lalu saya segera masuk dan membeli tiket. Di belakang saya baru kakek nenek tersebut dilanjutkan antrian orang-orang yang lainnya.

Selama di perjalanan banyak pikiran yang terlintas. Yang pertama saya terharu dengan sikap kakek nenek itu, meskipun sudah tua, namun mereka tetap bersedia mengikuti antrian sesuai urutan kedatangan. Sebagai warga senior, mereka tidak mengistimewakan diri mereka. Mereka tidak ingin didahulukan, melainkan tetap mau mengikuti aturan dan setara dengan mereka-mereka yang usianya muda-muda.

Kebudayaan antri di sini memang sangat tertib, meski saat menunggu di halte mereka menunggu bis sambil duduk ataupun berdiri dengan posisi yang acak, namun saat akan naik bis mereka bisa antri sesuai urutan kedatangan masing-masing di halte itu. Jadi saat berbaris itulah mereka memperhatikan orang-orang di sekelilingnya, Mereka juga dengan sabar menunggu para penumpang yang akan turun agar turun terlebih dahulu, baru kemudian naik bis satu-persatu.

Sepanjang perjalanan saya merasa bersyukur sekaligus malu. Bersyukur karena merasa bertemu dengan kakek nenek yang baik hati dengan budaya antrinya, serta malu karena selama ini saya belum benar-benar disiplin antri dari dalam lubuk hati. Mau antri hanya jika melihat orang lain antri, dan masih ikutan menyerobot antrian jika orang lain demikian. Jadi antri nya masih karena pengaruh dari luar he3.... Alhamdulillah disini tidak banyak kasus menyerobot antrian. Tapi ada juga kasusnya, biasanya respon orang sekitar hanya tertawa lebih ke arah mencibir, tapi tidak marah. Setidaknya itu kasus yang saya lihat sendiri.

Saat itu bukan antri di halte bis, melainkan antrian di kasir toko penjual sayuran. Waktu itu kasir sedang sibuk melayani antrian pembayaran. Tiba-tiba datang seorang perempuan yang lalu mengambil satu tray telur yang letaknya di sebelah kasir. Saya melihatnya agak aneh juga sih, karena biasanya pembeli tidak perlu mengambil sendiri jika ingin membeli telur, tinggal antri saja dan bilang jika ingin telur, maka kasir akan mengambilkan dan membungkusnya ke dalam kantong plastik.

Kasir waktu itu sempat mengamati sebentar lalu kembali melayani antrian. Saat kasir sedang sibuk menghitung kembalian, tiba-tiba perempuan itu berusaha mengambil kantong plastik dekat kasir, karena kesulitan, kasir membantu mengambilkannya. Saya kira perempuan itu hanya akan mengambil telur, membungkusnya dan akan membayar di kasir yang lain. Rupanya kemudian dia bertanya tentang harga telur pada kasirnya, lalu membayarnya dengan uang pas, selanjutnya langsung pergi. Kasir agak bingung dibuatnya, tapi tidak marah hanya tertawa kecil dan sedikit memberikan komentar. Pengantri yang lain pun mulai riuh tapi tak lama kembali tenang. Saya cuma melongo...heran melihat ternyata ada juga ya orang yang berpikiran bahwa tidak perlu mengantri jika ingin membeli 1 item saja.

Tapi saya maklum juga karena melihat penampilannya, sepertinya perempuan itu bukan warga asli, melainkan pendatang dari negara lain. Bisa jadi masih beradaptasi dengan budaya setempat seperti halnya saya yang kadang masih belum terlalu paham budaya-budaya di sini he3....positive thinking saja.

Dari kejadian itu, saya jadi ingat dengan kejadian lucu di desa saya. Waktu itu ada toko swalayan baru dan pertama kali buka di desa saya. Wah pengunjungnya ramai sekali. Suatu hari saya berbelanja ke sana, dan membeli beberapa item. Di kasir masih belum ada antrian saat saya akan membayar, jadi saya yang membayar pertama kali. Kasir masih sibuk menghitung pembayaran dengan komputer, tiba-tiba datang seorang ibu-ibu langsung datang ke kasir, dan meminta dilayani dulu sebentar karena dia hanya membeli 1 item, dan juga sedang terburu-buru. Dengan terpaksa, kasir mau melayani. Eh satu selesai, datang lainnya lagi dengan alasan cuma membeli 1 item..... Ya Allah, kapan pembayaran saya kelar kalau semua beralasan cuma beli 1 barang saja, cuma susu, cuma permen, cuma snack. Hu...hu...hu...mewek saya.....

Tetep positive thinking, maklum saja masih hal baru, mungkin lama-lama orang akan terbiasa antri juga dengan semakin banyaknya toko-toko swalayan di desa saya, InsyaAllah. Mbak kasir kelihatannya juga masih sungkan untuk menolak pembeli-pembeli yang tidak mau antri, mereka tetap saja dilayani, karena rata-rata pembeli-pembeli seperti itu memang cerewet sih, mungkin dilayani biar urusan segera cepat kelar. Semoga mbak-mbak kasir diberi stok kesabaran dan keberanian dalam menghadapi pembeli-pembeli seperti itu. Amin.

Alhamdulillah ada pengalaman baik dan menyenangkan saat mengunjungi tempat wisata Jatim Park II. Saat itu antrian pengunjung sudah panjang mengular meski jam belum menunjukkan pukul 10 pagi, loket tiket pun belum buka. Semua antri dengan tertib dan sabar, saat loket terbuka, antrian pun mulai bergerak, meski lambat. Yah tahu sendiri, saat liburan, satu orang pengantri bisa membeli puluhan tiket untuk keluarga ataupun rombongan. Alhamdulillah meski sudah mulai kepanasan, semua berjalan lancar, dan tidak terlihat pengunjung yang menyerobot antrian.

# Apapun situasinya, InsyaAllah tetap cinta Indonesia, dan mendoakan yang terbaik untuk Indonesia :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar