Rabu, 09 April 2014

Nasi Biryani = Ramadhan

Masya Allah, Alhamdulillah beberapa hari lalu saya mendapat kiriman dari seorang teman berupa nasi ayam biryani. Ini adalah kiriman biryani yang kedua kalinya, gara-garanya pas saya berkunjung ke rumahnya, kami saling cerita tentang makanan tradisional dari negara masing-masing (dia berasal dari Pakistan). Saat dia menyebut biryani, langsung spontan saya bilang kalau itu makanan favorit saya. Eh tak lama kemudian dia datang ke rumah sambil membawa senampan nasi biryani....wah....betapa senang hati ini, berpesta deh.

Teman saya juga menyukai beberapa menu Indonesia, yang dia sebutkan adalah nasi goreng. Tapi sayangnya hingga hari ini saya belum sempat membuatkan nasi goreng untuknya. Karena memang saya membuat nasi goreng bukan karena diniatkan bikin, tapi lebih karena dalam rangka menghabiskan nasi sisa kemarin, masak nasi goreng dari nasi kemarin mau dihantarkan buat tetangga, nggak sopan he3....

Oiya yang paling senang karena ada nasi biryani adalah Ara, dia makannya lahap sekali. Meski rasanya agak pedas, tapi Ara semangat makannya, sambil tidak lupa membawa sebotol air air putih untuk menetralisir rasa pedasnya. Entah sejak kapan dia suka nasi biryani.

Awal kami sekeluarga berkenalan dengan nasi biryani adalah semenjak bulan Ramadhan tahun lalu, yaitu tahun 2013. Abinya Ara sholat magrib di masjid At-Tauhid di jalan Greinger Park, ternyata di sana disediakan ta'jil berupa makanan ringan yaitu samosa, dan makanan beratnya, yaitu nasi biryani dengan daging kambing. Karena abinya Ara tidak begitu suka dengan daging kambing selain faktor hipertensi, maka biasanya dibawa pulang. Nah dari situlah awal mula saya dan Ara ketagihan dengan menu yang satu ini.

Biasanya saat berbuka puasa, saya akan makan nasi sedikit, lalu sholat magrib di rumah sambil menunggu abinya Ara pulang dari masjid, setelah itu baru buka puasa yang sebenarnya. Meski setiap hari menunya sama, yaitu biryani daging kambing, saya tidak pernah bosan lho. Oiya beda masjid, meskipun menu sama, tapi biryani nya beda rasa.

Jadi ada beberapa hal yang membuat saya jadi menyukai menu yang satu ini, antara lain pertama karena saya suka dengan daging kambing tapi bukan masakan sendiri. Kalau saya sendiri yang masak daging kambingnya, biasanya kurang selera, lebih terasa nikmatnya kalau sudah tinggal santap he3.... Yang kedua menu ini mengingatkan saya akan bulan Ramadhan, jadi kangen dengan suasana hiruk pikuk Ramadhan, meski tidak seramai Indonesia, namun menu ini sudah sangat identik sekali. Yang ketiga, saya juga tidak bisa membuat nasi biryani, belum pernah mencoba sama sekali karena saat melihat resep dan instruksi pembuatannya saja saya sudah putus asa duluan ha3..... Yang keempat, Ara lebih suka nasinya saja, jadi ayam atau kambingnya akan disisihkan, nah itulah kesempatan saya menghabiskan lauknya he3....

Makan menu yang satu ini membuat memori saya langsung terbang ke kenangan-kenangan indah Ramadhan tahun lalu, meski dijalani saat summer dengan waktu puasa yang lama, yaitukurang lebih 19 jam, namun Alhamdulillah tidak insyaAllah tidak mengurangi indahnya ibadah di bulan suci. Sambil makan biryani, sambil melamun, sesekali bercerita tentang kisah berbuka, sahur, sholat tarawih, dan lain sebagainya. Semoga Allah mempertemukan kami kembali dengan bulan-bulan Ramadhan berikutnya, amin.

Karena itulah, saat ada seseorang yang menghantarkan menu yang satu ini, masyaAllah rasanya sungguh senang luar biasa. Alhamdulillah ya Allah, yang telah memberikan rizki kepada kami, semoga kami dijadikan sebagai hamba yang pandai bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar