Bulan April identik dengan perayaan Hari Kartini, hari nya para perempuan. Biasanya di sekolah-sekolah, ataupun di balai desa-balai desa sangat ramai dengan berbagai peringatan ke-Kartini-an. Apa coba biasanya acaranya? Yang paling umum adalah lomba bergaya dengan mengenakan kebaya plus sanggulnya, lomba ber make-up, lomba memasak. Lomba memasak, masih setuju saya. tapi yang dua hal lainnya saya pikir kok kurang berhubungan dengan Kartini ya? Kartini tidak terkenal karena kebaya dan sanggulnya, pun bukan pula karena make-up nya. kartini tersohor karena keinginan kuatnya untuk belajar, dan belajar. Serta menularkan semangat belajarnya kepada orang lain, yang nota saat itu kesempatan belajar bagi perempuan masih sangat sulit atau kalau boleh dibilang sebagai Mission Impossible 0 (sebelum adanya film Mission Impossible 1 dan 2 he3...).
Nah jadi intinya yang perlu kita tiru dan lestarikan saat ini adalah semangat belajarnya dari Kartini. Program pendidikan di Indonesia yang kita kenal di masa ini adalah wajar 9 tahun atau wajib belajar 9 tahun, yang meliputi jenjang SD, SMP, dan SMA. Sebagai perempuan, yang kelak akan berperan sebagai seorang ibu (insyaAllah), program itu sangatlah minim, sangat kurang. Program yang diperlukan bagi perempuan-perempuan Indonesia menurut saya adalah WAJAR SAHID, apa artinya? Yaitu wajib belajar sepanjang hidup. Walah....repot amat ya....berarti setelah SMA, wajib sarjana, master, doktor, dan seterusnya gitu? Aduh mana sempat......butuh banyak biaya lagi, belum kapasitas otak yang pas-pas an. Eits.....belajar tidak harus melulu mengejar gelar keduniawian lho. Belajar itu luas maknanya, dan tidak harus mahal. Belajar apa dan di mana?
Sekarang ini, internet sudah ada di mana-mana, jadi kita bisa belajar sambil berselancar di dunia maya, tidak melulu nengokin socmed, melainkan berkunjung di google, atau youtube. Kita bisa belajar banyak hal melalui internet, misalnya belajar memasak dengan mencoba aneka resep mulai dari yang mudah sampai resep yang rumit. Bisa juga belajar agama, kita bisa mendengarkan pengajian di youtube jika kita tidak sempat keluar rumah karena sibuk mengurusi keluarga. Bisa juga menonton film dokumenter di situs itu, insyaAllah pengetahuan menjadi bertambah. Dengan internet, kita juga bisa belajar menulis, menulis cerita, menulis resep, menuangkan pengalaman, berbagi ilmu yang kita miliki dengan membuat blog, atau menuliskannya dalam note di facebook. Siapa tahu bakat menulis kita yang terpendam berpuluh-puluh tahun bisa tergali di sini.
Jika masih kesulitan berkawan dengan internet, kita bisa belajar dengan membaca majalah, koran, cerita pendek, novel, fiksi, maupun non-fiksi. Bisa juga dengan membaca terjemahan Al-Qur'an, banyak sekali ilmu yang Allah SWT ajarkan melalui kitab itu, ilmu terlengkap malah, mulai dari ilmu pengetahuan alam, sosial, ekonomi, psikologi, keluarga, dan banyak sekali. Lengkap Allah memberikannya sebagai pedoman hidup manusia.
Cara yang paling populer adalah dengan menonton televisi, tapi tunggu dulu, kita juga harus selektif dengan tayangan-tayangannya, agar kita dapat mengambil lebih banyak manfaatnya daripada sekedar hiburan semata. Mendengarkan radio juga sangat menyenangkan, misalnya saat anak-anak sekolah, suami bekerja, kita di rumah sibuk menyapu, menyetrika baju, memasak, bisa kita lakukan sembari mendengarkan radio, entah program berita, atau ceramah agama, atau mendengarkan lirik nasyid juga termasuk belajar karena biasanya di dalamnya biasanya terdapat nasehat-nasehat bagi kita.
Ternyata belajar itu mudah dan fleksibel kan. Jika segala yang kita lakukan diniatkan untuk belajar karena Allah SWT, insyaAllah apa yang kita pelajari bisa bermanfaat bagi diri, keluarga, dan orang di sekitar kita, amin.
Memangnya kalau sudah jadi ibu-ibu tetap harus belajar? Apalagi kalau cuma sekedar ibu rumah tangga. Wow......justru menjadi ibu rumah tangga itu diperlukan multiple intelligences, alias kecerdasan majemuk, apa saja? Mari kita kupas satu-persatu agar lebih jelas.
- Kecerdasan Matematika-Logika. Perlu banget ini, sebagai ibu, kita harus bisa menjadi manajer dalam keluarga, mengurus pemasukan yang diberikan oleh suami, dan membelanjakannya dengan penuh amanah. Mengatur pengeluaran hingga jangan sampai besar pasak daripada tiang. Jika ternyata ada pengeluaran ataupun kebutuhan yang mendadak maka ibu tidak perlu panik dan segera menemukan jalan keluar, sehingga cek-cok masalah keuangan dalam keluarga dapat terhindari. Mensyukuri rizki yang diberikan oleh Allah, sehingga banyak maupun sedikit rizki yang kita terima menjadi berkah bagi keluarga.
- Kecerdasan Bahasa. Yaitu kemampuan mengungkapkan perkataan dan berkomunikasi secara lembut, sopan, tidak menyakiti, namun maksud bisa tersampaikan dan diterima dengan jelas oleh suami dan anak-anak kita. Misalnya saat anak melakukan kesalahan, ibu bisa memberikan saran pada anak dengan kata-kata yang sederhana dan diterima sesuai dengan usia dan daya pikir anak. Begitu pula saat hendak menyampaikan suatu masalah pada suami yang baru pulang kerja misalnya, saat suami masih capek, lelah, namun ada permasalahan yang harus segera diselesaikan. Dengan gaya komunikasi yang baik dan efektif serta pemilihan timing yang tepat, insyaAllah suami akan memahami. Misalnya sebelum mengarah ke masalah, ibu membuatkan minuman terlebih dahulu, mengajak ngobrol yang ringan-ringan baru agar suami yang capek merasakan rileks terlebih dahulu kemudian baru masuk ke inti permasalahan.
- Kecerdasan Musikal. Perlu sekali kemampuan ini, ibu-ibu biasanya akan bersenandung untuk menidurkan anak-anaknya. Atau mengajari anak-anak bernyanyi saat mereka sudah mulai berbicara. Seperti pengalaman saya pribadi, saat anak saya mengikuti club recorder, mau tidak mau saya juga harus bisa dan belajar recorder agar bisa mengajari anak saya. Nah kalau ibu tidak memiliki kecerdasan ini, akan sulit kan mengajari anak bernyanyi, sekedar bintang kecil, pelangi-pelangi, atau bahkan sholawat nabi, juga membaca Al-Quran dengan merdu sehingga anak dan suami betah mendengarkan seorang ibu dan istri yang mengaji dengan suara yang indah dan menyejukkan hati.
- Kecerdasan Visual-Spasial. Agar rumah tampak selalu rapi dan bersih, dibutuhkan kemampuan ini untuk menata dan mendekorasi rumah senyaman mungkin, sehingga anak-anak betah di rumah, dan suami merasa senang sepulang bekerja. Pokoknya membuat suasana rumah menjadi benar-benar syurga bagi keluarga.
- Kecerdasan Kinestetik. Menjadi ibu juga harus tangkas dan cekatan. Jika ada baju yang robek atau kancing yang lepas, segera dijahit sendiri, tidak perlu kan hal sekecil itu meminta bantuan penjahit? Atau jika mainan anak-anak ada yang rusak, sebelum beli yang baru berusaha memperbaiki sendiri dulu, atau malah membuat mainan sendiri bersama anak-anak akan lebih menyenangkan, dengan memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang mudah di dapat. Kemampuan ini juga meliputi bermain fisik dengan anak-anak, misalnya bermain petak umpet, berolah-raga bersama keluarga dan mengembangkan quality time bersama keluarga.
- Kecerdasan Interpersonal. Menjadi ibu juga harus peka terhadap suasana hati dan perasaan anak dan suaminya. Dengan demikian akan semakin mudah menjalin komunikasi yang efektif dalam keluarga. Jika ada masalah, mampu menempatkan diri dan mencari waktu yang tepat untuk mengajak diskusi serta memberikan solusi yang terbaik. Bukan malah sebaliknya memperburuk situasi dikarenakan kurangnya empati terhadap apa yang dialami anggota keluarga yang lain.
- Kecerdasan Intrapersonal. Terkadang sebagai seorang ibu, kita juga memerlukan waktu untuk diri sendiri, sekedar merenung dan berintrospeksi diri agar dapat meningkatkan kualitas diri sebagai ibu rumah tangga. Tak perlu menyandarakan kulitas diri pada orang lain melainkan berusaha menjadi diri sendiri dengan versi yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan demikian, hidup terasa tentram karena lebih fokus pada diri sendiri, terhindar dari rasa iri hati maupun dengki pada orang lain karena kita lebih disibukkan untuk memperbaiki diri sendiri.
- Kecerdasan Naturalis. Perlu halnya seorang ibu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan alam seperti merawat halaman rumah dan menanaminya dengan tanaman serta merawatnya. Selain untuk menambah keindahan halaman rumah juga mengenalkan anak-anak kita dengan makhluk ciptaan Allah seperti tumbuhan dan binatang yang perlu kita sayangi seperti halnya kita menyayangi mahkluk ciptaan Allah yang lainnya. Dengan semakin mengenal ciptaan-ciptaan Allah maka kita akan semakin mengenali kebesaran Nya dan harapannya semakin menumbuhkan rasa syukur keluarga kepada Allah atas segala rizki yang telah dilimpahkanNya.
Wah ternyata menjadi ibu rumah tangga tidak segampang yang dibayangkan ya, apalagi jika ingin menjadi sosok ibu rumah tangga yang spesial, yang maksimal. Tidak perlu berkecil hati untuk "sekedar" menjadi ibu rumah tangga karena justru kita menggenggam amanah Allah yang besar, yang tidak semua orang mampu menjalaninya. Seorang ibu harus terus belajar dan belajar, program menjadi ibu tidak lain harus mengikuti Wajar Sahid atau wajib belajar sepanjang hidup agar bisa mencapai dan mengantarkan keluarga kepada kesuksesan dunia dan akherat, InsyaAllah.
# Ayat hari ini
Surat An-Naba ayat 16-20
# Ayat hari ini
Surat An-Naba ayat 16-20
وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا
يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا
وَفُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا
Sumber tulisan:
- http://belajarpsikologi.com/multiple-intelligences-atau-kecerdasan-ganda/
- http://quran.telkomuniversity.ac.id/?sid=78&pid=arabicid&vid=2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar