Minggu, 30 Maret 2014

Tempe Mendoan



Camilan favorit saya adalah tempe mendoan. Dulu ART saya pandai sekali membuat tempe mendoan, saya dan almarhumah ibu mertua saya sangat cocok dengan tempe mendoan hasil bikinan mbak Iik, begitu nama panggilan ART saya.

Setiap pagi, saat menginap di Malang, rumah saya, ibu mertua saya belanja di warung dekat rumah, dan tidak lupa selalu beli tempe 1 atau 2 potong seharga @ Rp 1.000,00 saat itu. Lalu meminta tolong mbak Iik untuk mengolahnya menjadi tempe mendoan, setelah siap mendoannya, kita menyantapnya beramai-ramai dengan segelas teh hangat atau kopi. Heeemmm rasanya saat-saat seperti itu akan selalu dirindukan. Rasanya damai dunia, jauh dari hiruk pikuk kampanye politik yang memusingkan kepala seperti saat-saat seperti ini.

Tinggal di Newcastle tidak membuat kecintaan saya pada tempe mendoan beralih, justru semakin menjadi. Maklum di sini tidak bisa semudah itu membeli tempe yang setiap pagi selalu tersedia di setiap warung-warung sayur di dekat rumah. Namun alhamdulillah nya, ada beberapa teman yang berinisiatif menjual tempe. Tempe ini tidak dibikin sendiri, melainkan beli dari luar kota yaitu dari Manchaster. Ada seorang kawan yang tinggal di sana mendatangkan atau membuat sendiri tempe itu, saya kurang tahu.

Tempe di sini tahan lama. Jika masih segar alias tidak dimasukkakn freezer, tempe bisa bertahan sekitar 2 minggu an. Tapi jika sudah dimasukkan ke dalam freezer, tempe ini bisa bertahan selama 6 bulan. Oiya harga 1 potong tempenya berkisar £ 2.25 jadi silahkan di hitung sendiri dengan kurs rupiah he3.... Oleh karena itu tempe menjadi makanan yang sangat mewah bagi saya. Sebelum mengolah tempe harus dipikir dulu kira-kira resep apa yang paling pas, lalu dimasak hati-hati agar hasil rasanya maksimal, dan menikmatinya dengan sangat meresapi (lebay amat ya...wkwkwk...)

Meskipun harganya mahal dan bisa tahan lama, tetap saja tempe sulit dijumpai, biasanya baru bisa membeli tempe paling cepat sebulan sekali. Kadang stok tempe kosong dalam jangka waktu agak lama, entah kenapa, mungkin lekas habis begitu diproduksi, atau memproduksinya menunggu cuaca yang pas. Maklum di UK ini matahari sangatlah mahal.

Saya jadi penasaran kenapa tempe di sini bisa bertahan sangat lama. Jika teknologinya bisa dikembangkan di Indonesia bisa jadi pengusaha tempe bisa menghemat banyak hal, menghemat stok kedelai, tenaga kerja, waktu, dan bisa memperluas pemasaran. Karena tempe tidak mudah berubah busuk sore harinya, dan tentu masih bisa dijual keesokan harinya. Selain itu pengrajin tempe bisa memproduksinya tiap sebulan sekali misalnya, sisa harinya digunakan untuk memperluas jaringan, dan pemasaran. Karena tempenya awet, jadi bisa dikirim ke tempat-tempat yang sangat jauh. 

Dengan demikian juga tidak akan terjadi krisis kedelai yang membuat harga tempe jadi selangit, dan bahkan stok kosong seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, karena masih ada jeda waktu antara panen kedelai dengan proses pembuatan tempenya. Masak negara produsen tempe kesulitan memproduksi tempe gara-gara krisis kedelai ckckck.... 

Oh tempe, semoga nasibmu berjaya di tempat asal mu lahir. Jangan sampai engkau menjadi warga asing mengubah nama dari tempe mendoan menjadi tempe nippon atau tempe meneer. Luv U Full.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar