Jumat, 22 Mei 2015

Aku Rindu Guru Lamaku

 
Begitulah kira-kira isi hati anak saya. Akhir-akhir ini dia memang kurang begitu bersemangat jika diantar mengaji di masjid. Sejak guru kelasnya yang lama harus kembali ke Tanah airnya di Mesir, dia jadi kurang semangat belajar mengaji.
 
"She is not funny", "We have to stay quite in our hard chair for hour", itulah beberapa jawabannya setiap kali saya tanya tentang kesan-kesan terhadap guru barunya. "Kalau Miss A dulu mengajarnya lucu, sambil becanda, kita juga boleh make a mess di kelas kalau pas makan. Kalau Miss B, boleh makan di kelas tapi kita harus diam, duduk di tempat, dan nggak boleh make a mess. Miss B ngajarnya juga sulit umi..." Sebenarnya guru yang dia gambarkan itu kok karakteristiknya sama kayak saya ya hihihi... galak-galak gimana gitu.
 
Saya berupaya menjelaskan mungkin dia perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan cara mengajar guru barunya. "Lama-lama akan terbiasa juga", kata saya kepada anak saya berharap dia tidak terlalu cemas saat mengaji di masjid.
 
Tapi yah... sudah beberapa kali pertemuan, masih saja dia merasa enggan. Saya jadi belajar dari anak saya, bahwa posisi guru memang sangat penting dalam memotivasi dan menciptakan kenyamanan dalam suasana belajar anak. Kepiawaian guru dalam menyampaikan materi juga sangat utama. Bagaimana anak saya merasa diajar Miss A sangat mudah, dan saat diajar Miss B dia merasa mengaji jadi hal yang sulit. Padahal anak saya masih berada di level yang sama dan silabusnya juga tetap. Miss B ini hanya menggantikan posisi Miss A saja dikarenakan Miss A ini harus kembali ke negaranya for good. 
 
Saat hari terakhir belajar bersama Miss A, anak saya berangkat mengaji dengan mata sedikit berkaca-kaca. Dia sangat sedih, berkali-kali pula dia mengingatkan saya ataupun abinya untuk tidak lupa sepulang mengaji nanti memotret dia bersama Miss A. Dia berkali-kali mengingatkan tentang hal itu karena waktu itu adalah kesempatan terakhir bertemu dengan Miss A.
 
Kini setiap kali pulang mengaji, dia selalu menceritakan betapa enaknya dulu diajar Miss A. Oh anakku rupanya engkau rindu kepada guru lamamu.
 
 
 
 
 
 
 
Surat Al-Baqarah (Sapi Betina) ayat 191-195:
 
191. Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang kafir.
 
192. Tetapi jika mereka berhenti, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
 
193. Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim.
 
194. Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
 
195. Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jauhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar