Selasa, 19 Agustus 2014

BBQ Bersama Kawan Pakistan


Beberapa hari yang lalu teman saya dari Pakistan mengundang saya dan keluarga untuk barbeque di rumah barunya. Sebelumnya dia tinggal di area dekat rumah saya, namun beberapa minggu lalu pindah ke area lain, jadilah kita jarang bertemu. Biasanya kita bertemu saat mengantar jemput anak-anak sekolah, seringkali ngobrol bersama, juga sore hari anak-anak kami bermain bersama, entah di rumahnya ataupun di rumah saya.

Sore itu jam setengah 6 sore, saya dan anak saya berangkat ke rumahnya. Suami tidak bisa bergabung karena sedang kurang enak badan. Sesampainya di sana, kami sudah ditunggu oleh kedua anak laki-lakinya. Mereka terlihat sangat senang melihat kedatangan kami. Tak lama kemudian, teman saya pun turun, mempersilahkan kami duduk di ruang tamunya.

Kamipun dipersilahkan melihat-lihat ruangan di rumah barunya yang terdiri dari 2 lantai, lantai bawah ruang tamu, dan dapur, sedangkan lantai atas 2 kamar tidur, dan 1 kamar utama dengan kamar mandi dalam. Saat di dapur, dia menunjukkan panggangan yang baru dibelinya, namun sayangnya belum dirakit sama sekali, teronggok di samping box pembungkusnya dan lembaran petunjuk perakitan. Dia harus menunggu suaminya untuk merakit panggangan yang penuh dengan pernak-pernik kecil itu. Agak ruwet memang kelihatannya, banyak skrup-skrup, dan besi-besi kecil yang harus dipasang di sana-sini. Huft....membayangkannya saja ruwet.

Satu jam kemudian, suami dan temannya datang. Mereka langsung menuju ke dapur merakit panggangan itu. Saya, teman saya, dan istri dari teman suaminya itu kemudian ngobrol di ruang tamu, sementara anak-anak asyik bermain di kamar atas. Ngobrol sana-sini, saya pun jadi tahu beberapa hal, yaitu pertama, bahasa ibu mereka ternyata bahasa India, acha...acha....gitu (baru tahu kalau itu artinya oke...oke...he3....), karena mayoritas mereka beragama Islam jadi salam yang mereka ucapkan adalah assalamualaikum jika bertemu dengan orang lain, bukan halo, atau lainnya, baju tradisional mereka disebut dengan khimar, yaitu baju panjang sebetis dan ada belahan di samping kiri kanannya, lalu memakai celana panjang yang disebut khalwar kalau tidak salah, dan ada selendang yang diselempangkan di pundaknya. Mereka pun menonton filmnya juga film India. Saat saya cerita bahwa film India amat populer di Indonesia seperti Kuch-kuch Hotahai, Kabbi Kushi Kabbi Gum, mereka pun agak terheran-heran sedikit tidak percaya.

Soal baju, saya pernah melihat-lihat baju semacam itu di toko dekat rumah saya. Model yang paling sederhana harganya sekitar £10 sudah terdiri dari 3 bagian itu. Tapi kebanyakan baju-baju itu bermotif ramai, seperti payet-payet maupun beads... dan warnanya pun tak kalah cerah.

Saking asyik ngobrolnya, eh ...sudah jam 8 malam, dan bakar-bakarannya masih belum dimulai karena para suami itu masih menata api. Kamipun meluncur ke dapur, mulai menusuk-nusuk daging ayam yang sudah di marinate dan dikeluarkan dari kulkas. Ehmm.....wangi sekali bumbu ayam ini, teman saya bilang kalau ayam itu dibumbu dengan resep chicken tikka yang khas pedasnya....terdiri dari cabai hijau, merica, garam masala, dan bumbu-bumbu lain khas negaranya. Wah.....sudah ngiler rasanya membayangkan saat ayamnya matang nanti.

Jam setengah 9, api belum juga siap. Saya memutuskan untuk berpamitan karena khawatir anak saya sudah terlalu capek 2,5 jam bermain meskipun penampakannya tidak demikian sih.....namanya juga anak-anak. Dengan berat hati, teman saya pun mengijinkan saya pulang dan berjanji jika ayamnya sudah matang, dia akan mengantarnya ke rumah, diapun berkali-kali minta maaf atas semua keterlambatan. Dia pun menawarkan diri untuk mengantar saya dan anak saya pulang dengan mobilnya, saya pun menolaknya, lha wong deket bingit...pakai s....jarak rumah kami. Memang lebih jauh daripada sebelum dia pindah dulu sih, tapi masih sangat terjangkau dengan kaki he3.....

Sampai rumah, bersih-bersih badan, istirahat, sholat magrib. Tak lama kemudian terdengar pintu rumah di ketok. Nah....dia sudah berdiri di depan pintu sambil membawa 3 box dan 3 kaleng soda.... Bau makanan pun langsung menancap di hidung saya. Begitu dia serahkan box itu, dia langsung pamit. Dengan hati gembira, saya pun mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya.

Hemmmm....begitu dibuka box makanannya, aroma ayam tikka bakar langsung memenuhi ruangan. Tak perlu waktu lama untuk berpikir, langsung tancap dengan cuci tangan, doa sebelum makan dan hap....nyam....nyam....tinggal tambahi saja dengan nasi putih hangat. MasyaAllah chicken tikka yang satu ini rasanya sungguh luar biasa, dibuat langsung oleh pemilik resepnya. Saya jadi penasaran dengan resep ini, kapan-kapan ingin mencoba bakar ayam rasa yang sama juga ah....masih cocok kok dengan lidah Indonesia saya, apalagi bagi orang-orang penyuka pedas, tidak perlu tambah sambal, ayam ini sudah pedas sampai bagian-bagian dalamnya. Alhamdulillah :-)

Update 20-08-2014
Baru saja saja mencari informasi lewat google, apa sih sebenarnya garam masala itu? Ternyata saya punya lho di dapur. Garam masala itu ternyata sama dengan curry powder, lha kalau bumbu itu saya sudah lama punya hi3.... biasanya saya gunakan kalau membuat lumpia atau kari ayam. Nah kalau begini jadi mudah jika mau bikin chicken tikka, eits...ternyata masih harus ada bumbu yang dilengkapi, yaitu plain yoghurt.


#Ayat hari ini:
Surat Al-A'la (Yang Paling Tinggi) ayat 1-5

Bertasbih dan menyucikan diri adalah pangkal dari keberuntungan.

  1. Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi,
  2. yang menciptakan, lalu menyempurnakan (penciptaan-Nya),
  3. yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,
  4. dan yang menumbuhkan rerumputan,
  5. lalu dijadikan-Nya (rumput-rumput) itu kering kehitam-hitaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar