Sabtu, 12 Juli 2014

"Ya Allah..................................."

Ya Allah tidak terasa hari ini sudah memasuki hari ke-14 di bulan Ramadhan. Ini adalah tahun kedua Ramadhan kami sekeluarga di perantauan. Mendampingi suami atau abi menuntut ilmu, maksudnya mencari ilmu. Maaf saya koreksi, khawatir jika ditegur Cak Lontong, ilmu tidak salah apa-apa karenanya tidak sepatutnya kita tuntut.

Ya Allah, tidak ada kegelisahan seperti sebelumnya-sebelumnya yang saya rasakan. Bukan gelisah tentang Ramadhan, bukan gelisah tentang baju baru dan aneka camilan untuk lebaran. Kali ini tentang Pemilu Ya Allah. Sebelum ini saya tidak pernah peduli tentang pemilu, saya tidak pernah mengikuti perkembangan-perkembangan politik di negeri saya sendiri. Bagi saya permainan politik adalah permainan tingkat tinggi yang otak saya tidak mampu mengikutinya. Bagi saya politik tidak sesederhana 1+1 = 2 selalu ada formula yang mengandung misteri di sana, karena itu saya tidak pernah peduli. Bagi saya biarlah mereka-mereka yang cerdas berpolitik mengurusi politik di negeri ini. Tapi bukan berarti saya tidak peduli dengan bangsa saya sendiri. Biarlah tak mengapa saya dikatakan makhluk paling bodoh karena saya termasuk buta dalam politik oleh orang-orang di luar sana, orang-orang di facebook terutama Ya Allah.

Ya Allah, ijinkan saya mengadukan ini kepada Engkau. Pemilu kali ini membuat umat manusia terpecah belah, entah menjadi berapa bagian. Yang jelas dan nampak sekali di sosial media dan berita-berita, antara satu dengan yang lain merasa menjadi pihak yang paling benar, merasa menjadi pihak yang paling teraniaya, merasa menjadi pihak yang sering dicurangi. Kebenaran menjadi kehilangan arah, dihembus angin kebencian kian kemari.

Saya cemas Ya Allah dengan apa yang terjadi di negeri kami, negeri yang konon sebenarnya kaya raya. Koes Plus bilang, bahkan tongkat dan batu pun bisa jadi tanaman. Buminya melimpah ruah dengan kekayaan alam, gali di mana saja, akan ada emas, intan, batu bara, minyak bumi di sana. Sungainya selalu penuh ikan yang menari-nari. Tanahnya penuh tumbuhan berwarna-warni.

Namun satu hal, manusia-manusia yang menghuni sangat rakus, mereka merusak hutan, menggali sepuas-puasnya isi perut bumi, mereka juga korupsi, dan kini saat pemilu yang konon sebagai wujud demokrasi juga dikuasai manusia-manusia yang rakus dan tamak akan kekuasaan, akan harga diri, akan ego pribadi. Ya Allah, saya sebagai rakyat yang buta politik ini, hanya bisa ndomblong mendengarkan argumentasi orang-orang yang cerdas itu.

Kata-kata orang alim di negeri saya pun tak lagi menyejukkan hati. Mereka tak lagi mengundangkan panggilan dakwah yang lembut dan menyentuh hati. Mereka lebih suka mengobral jari telunjuk mereka, mengarahkan ke orang-orang yang tidak sama dengan pemikiran mereka sambil meneriakkan kata-kata "kafir", "PKI", "haram" jika tak satu selera. Ya Allah sebenarnya manusia-manusia macam apa yang menghuni negeri saya ini. Mengghibah kian menjadi budaya, dipelihara dan disebarluaskan.

Ya Allah, hamba ini khawatir jika Engkau murka. Lalu tidak lagi mempedulikan negeri hamba, membiarkan orang-orangnya berbuat sekehendak hati, sepuas-puasnya melewati batas hingga Engkau jatuhnya azab sebagai hukuman. Ya Allah ngeri sekali, ngeri Ya Allah.

Hamba mohon ampunilah hamba, dan orang-orang yang menghuni negeri hamba. Berikan hamba dan kami semua hidayah agar senantiasa memperbaiki diri, dan menahan diri dari hal-hal yang tidak terpuji. Ya Allah lindungilah Indonesia, lindungilah rakyatnya, lindungilah anak-anak yang kelak menjadi penerus kami semua. Ya Allah Indonesia hanya di tangan Mu, ampunilah kami, ampunilah kami, ampunilah kami Ya Allah.................. "Robbana aatinaa fid dunyaa hasanatan wa fil aakhirati hasanaatan wa qinaa 'azaaban naari." Amin Ya Robbalaalamiin.


Ayat hari ini:
Surat Al-Mutaffifin (Orang-orang yang curang) ayat 11-15

11. (yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).
12. Dan tidak ada yang mendustakannya (hari pembalasan) kecuali setiap orang yang melampaui batas dan berdosa,
13. yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, "Itu adalah dongeng orang-orang dahulu".
14. Sekali-kali tidak! bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.
15. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar