Jumat, 18 Juli 2014

One Morning


Pagi itu hari Kamis, setelah saya mengantar anak saya hingga ke depan kelasnya, saya pun beranjak hendak kembali ke rumah. Tiba-tiba di depan sebuah ruangan yang juga masih bagian dari sekolah anak saya, saya disapa seorang perempuan. "Good morning", sapanya. Saya jawab juga "Good morning", sambil tetap ngeloyor santai, karena saya kira sapaan biasa saja dari seorang guru atau staf sekolah yang biasanya memang suka berdiri di depan ruang itu dan menyapa wali murid yang datang maupun pergi. Tapi kali ini dia berbicara lagi, "Do you want blood pressure check?", tanyanya. "Ehm?", saya agak bengong. "No", jawab saya karena teringat pagi itu harus segera pergi ke tempat kursus untuk mengikuti First Aid Course yang memang cuma satu sesi di hari itu. Saya tidak ingin terlambat karena booking nya saja agak susah karena tempat sebenarnya sudah penuh, namun karena saya bilang "please...please", akhirnya dikasih juga, Alhamdulillah. Selain itu sebulan sebelumnya saya juga sudah melakukan tes serupa di tempat saya kursus.

Tapi rupanya perempuan ini gigih, "Just take 2 minutes". "Ok then", akhirnya saya menyerah juga, "Ah nggak lama kok", dalam hati saya. Selanjutnya saya langsung diminta menyodorkan lengan kiri, dan dia memasang alatnya. "So tiny hand", dia bilang sambil tertawa. "That's also my poblem", jawab saya disambut tawa renyahnya. Beberapa menit kami kemudian terdiam, lalu dia meminta saya untuk mengeja nama. "D...e...v...y", jawab saya, tapi dia menulisnya d-e-f-y. Tak apa lah.

Bunyi tit...tit...dari alat pengukur tekanan darah. Muncul angka, dia mencatatnya. "It's quite low, are you alright?". "Yes I am fine, I am okay." Kemudian perempuan itu meminta saya untuk menimbang badan sambil menunjuk timbangan yang ada di pojok ruangan. Segera saya naik ke atas timbangan tersebut. "42 point 6, do you remember your height?". "Yes, last month 162 cm", jawab saya. Kenapa saya jawabnya last month? karena saat di Indonesia tinggi badan saya sekitar 159 cm, nah waktu bulan lalu pemeriksaan di tempat kursus tinggi saya jadi 162 cm, wah saya senang juga sih, ternyata saya masih muda karena dalam tahap pertumbuhan he3.... 

"Let's check your blood sugar." ajaknya yang lalu saya sambut dengan mulut terbuka saya saking kagetnya. "What? Blood sugar?", wah berurusan dengan per-jarum-an nasional nih. "Oh....I hate needle", jawab saya spontan. "It's unlike injection", kata perempuan itu menjawab kekhawatiran saya. "Oh...ok", jawab saya. Jujur saya memang belum pernah mengecek gula darah saya. Selama ini saya hanya menemani suami cek yang begituan, katanya sakit sedikit saat jarum menyentuh jari, dan agak kaget sedikit. Makanya saya agak sedikit ngeri ih.....

Perempuan itu kemudian dengan lincah memasang jarum kecil pada sebuah alat, sambil masih tersenyum melihat wajah cemas saya. Lalu saya ulurkan jari tangan kanan saya, tak lama kemudian dia mendekatkan alat di ujung jari tengah saya, dan cklik...darah keluar sedikit dari jari saya, segera dioleskannya pada sebuah kertas yang tertempel di alat lain lagi. Oh....cuma begini to rasanya, tidak sakit sih, pantesan dia tidak berhenti tersenyum melihat ekspresi saya, lha memang tidak sakit. Aduh malunya diri ini. 

"Do you have diabetic case in your family?" tanyanya. "Yes, my father", jawab saya. "Four poin seven, it's save. It's normal when blood sugar between 3 and 5, so you don't needt o worry". Alhamdulillah, batin saya. "Let's see your BMI", lanjutnya kemudian sambil mengambil sebuah kertas berbentuk bulan seperti chart yang bisa diputar-putar ke kiri dan ke kanan. "You are too thin, but not underweight", kali ini sambil tertawa kecil. "I never ask someone to gain more weight, but now you need about 7 pound. You still healthy but better if you have normal weight according to your BMI", sarannya. Yah...itu memang masalah saya juga buk....saya memang mudah sekali turun berat badan namun untuk menaikkannya lagi amat susah. Lalu dia pun menyarankan agar saya sering-sering nyemil dan mengkonsumsi susu dan keju. Oh...akhir perbincangan ini sangat riuh karena kami berdua tertawa, perempuan-perempuan lain yang saat itu mengantri di belakang saya pun ikutan tertawa juga melihat kekurusan saya. Lumayan lah, saya mensyukuri nya paling tidak kekurusan saya bisa sangat mencairkan suasana pagi itu.

Saya pun bermaksud pamit, "Ok thank you very much, bye....". "Bye....", jawabnya lalu dia pun kembali tenggelam dengan alat-alat pengukur tekanan darah, kertas dan bolpoinnya. Saya pun pulang dengan hati lega karena tahu gula darah saya normal. maklum saya juga cemas dengan kemungkinan diabetes, mengingat kasus-kasus yang ada di keluarga saya maupun keluarga suami saya yang dekat sekali dengan keluhan ini. Alhamdulillah ya Allah.


Ayat hari ini:
Surat Al-Insyiqaq (Terbelah) ayat 6-10

6. Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui Nya.
7. Maka adapaun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya,
8. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,
9. dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.
10. Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar