Selasa, 23 Juli 2013

Gangguan Perilaku Pada Anak : Enuresis



Apakah yang dimaksud dengan enuresis? Enuresis biasa disebut dengan mengompol (bedwetting) yang biasanya terjadi pada malam hari saat anak-anak sedang tidur. Secara istilah, enuresis adalah ketidakmampuan dalam mengontrol urin. Mengompol dianggap masih dalam tahap wajar jika terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun. Berdasarkan penelitian, kasus enuresis terjadi dua kali lipat lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. 

Istilah enuresis ini dibagi 2, yaitu:

  1. Primary nocturnal enuresis, yaitu anak selalu mengompol setiap malamnya, atau sering sekali mengompol.
  2. Secondary nocturnal enuresis, yaitu anak awalnya sudah tidak lagi mengompol, namun suatu saat kembali mengompol lagi.
Hal apa saja yang menyebabkan terjadinya mengompol?
Pada sebagian besar anak, mengompol terjadi begitu saja tanpa ada sebab yang jelas. Mengompol juga bukan kesalahan langsung pada anak, biasanya ini terjadi karena produksi urin pada malam hari lebih banyak daripada yang mampu ditahan oleh kandung kemih anak. Namun sensasi dari penuhnya kandung kemih ini ternyata belum mampu membangunkan anak yang sedang terlelap, maka terjadilah mengompol.

Pada kasus yang lain, mengompol pada anak akan semakin parah dan memburuk. Bisa jadi hal ini adalah ujung dari pertanda suatu masalah yang mungkin terjadi pada anak, antara lain;

  • Stress yang berulang-ulang. Bisa jadi anak awalnya sudah tidak lagi mengompol namun kembali muncul perilaku ini dikarenakan anak mengalami sesuatu yang membuatnya sangat tidak nyaman, misalnya awal masuk sekolah, kedatangan adik baru, menderita suatu penyakit, mendapatkan perlakuan yang buruk dari teman (bullying), atau anak mengalami pelecehan.
  • Makanan maupun minuman yang mengandung kafein. Makanan atau minuman itu antara lain teh, kopi, cola, dan coklat. Kafein ini menyebabkan produksi urin yang dihasilkan oleh ginjal meningkat.
  • Sembelit (konstipasi). Jumlah feses yang berlebih bisa saja menekan dan mengirutasi bagian belakang kandung kemih. Anak yang sering mengalami konstipasi cenderung memiliki masalah mengompol juga.
  • Anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Anak yang mengalami gangguan ini akan memiliki resiko lebih besar menderita bedwetting atau mengompol.
Mengompol juga bisa dikarenakan kondisi medis tertentu yang dialami anak, seperti;
  • Infeksi urin
  • Sleep apnea, yaitu berhenti bernafas sesaat ketika anak sedang tidur akibat dari terhalangnya jalan udara
  • Diabetes
  • Gangguan pada ginjal
Namun demikian, angka kejadian di atas bisa dibilang sangat jarang sekali. Dan untuk mengetahuinya tentu saja dibutuhkan bantuan dari seorang ahli medis.

Lantas apa saja yang perlu dilakukan oleh orang tua jika mengetahui anak mereka mengalami gangguan mengompol ini? 

Berikut ini adalah beberapa tip yang perlu dicoba, antara lain;
  • Penggunaan nappi atau diaper. Jika anak terbiasa menggunakan nappi di malam hari, cobalah untuk memulai melepasnya, dengan harapan memberi motivasi anak agar mau bangun di malam hari jika tidak ingin merasa basah di malam harinya. Resiko tentu saja tetap terjadi, namun dengn motivasi diharapkan anak kembali berusaha agar tetap kering di malam hari tanpa nappi. Pada anak yang lebih kecil usianya jika usaha tersebut dirasa kurang berhasil, maka orang tua bisa kembali memakaikan nappi padanya untuk sementara, dan kembali dicoba lagi setelah beberapa waktu.
  • Kesabaran, kenyamanan, dan kasih sayang. Teruslah berusaha jika si anak tetap mengompol, namun bagi anak di bawah usia 3 tahun, orang tua bisa kembali menghentikan proses pembiasaan, dan diulangi lagi beberapa bulan kemudian. Motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan anak dalam proses ini, meski kadang masih terjadi sesekali mengompol tertutama bagi anak di atas usia 3 tahun dan usia sekolah. Orang tua hendaklah tidak menyalahkan atau memberi hukuman pada anak, fokuskan pada pemberian hadiah jika anak tidak mengompol, sehingga anak tidak merasa stress.
  • Memberikan penjelasan sederhana pada anak. Ada baiknya orang tua menjelaskan bagaimana terjadinya proses buang air kecil dan kenapa bisa terjadi mengompol. Sesuaikan bahasa dengan bahasa yang dipahami anak, diharapkan jika anak mengerti maka bisa semakin berusaha mengontrol pengeluaran urine pada malam hari.
  • Beri tanggung jawab pada anak. Jika suatu malam anak mengompol, bangunkan anak, dan ajaklah merapikan bekas ompolnya sendiri, misalnya ajaklah anak mengganti sprei yang basah, menjemur kasur esok harinya, atau mencuci bersama bajunya yang basah. Hal ini memberi motivasi dan tanggung pada anak agar besok-besoknya tidak lagi mengompol agar tidak mendapat tugas ekstra ini. Pemberian tanggung jawab ini bisa diterapkan pada anak yang sudah memasuki usia sekolah, yaitu usia 5 atau 6 tahun ke atas.
  • Membiasakan bangun pada malam hari. Pastikan anak tidak takut untuk bangun dan menuju kamar mandi pada malam hari. Pada beberapa anak, bisa saja mereka mengompol karena enggan bangun akibat merasa cemas dengan gelap, laba-laba, atau suara-suara di malam hari. Sehingga mereka lebih nyaman untuk menahan kencingnya.
  • Menghindarkan minuman tertentu. Beberapa jam sebelum tidur hendaknya orang tua menghindari memberikan minuman yang mengandung kopi, teh, atau cola.
  • Mengangkat anak. Mengangkat anak pada malam hari untuk mengeluarkan urin di kamar mandi, namun cara ini  dirasa kurang efektif, karena tidak mengajarkan tanggung jawab pada diri anak. Lebih baik bangunkan sehingga anak secara sadar berjalan ke kamar mandi dan buang air kecil.
  • Mendatangi medis. Jika mengompol dikarenakan anak mengalami sembelit, maka orang tua perlu meminta bantuan dokter untuk mengatasi masalah sembelitnya terlebih dahulu.
  • Tidur menginap. Biasanya anak akan merasa malu jika tiba-tiba mengompol saat tidur di rumah saudara maupun teman. Hal ini akan membuat anak lebih waspada terhadap stimulus buang air kecil di malam hari. Terutama bagi anak usia sekolah.
Alternatif lain yang mungkin bisa dilakukan antara lain:


  • Alarm mengompol. Alarm ini semacam bantalan (pad) yang akan berbunyi begitu anak mulai mengompol tujuannya agar anak terbangun, dan melanjutkan buang air kecilnya di kamar mandi. Untuk lebih detailnya bagaimana bentuk dan cara penggunaannya, orang tua perlu mencari informasi lebih lanjut karena saya sendiri belum pernah mengetahui alat ini secara langsung.
  • Konsumsi obat. Obat ini bekerja untuk mengurangi produksi urin di malam hari.

  • Bedwetting reward system. Yaitu orang tua memberikan reward pada anaknya jika mampu melakukan hal-hal kongkrit atas usahanya agar tidak mengompol. Misalnya saat anak berani bangun pada malam hari, berani ke kamar mandi, dan sebagainya.









Sumber:
  • www.patient.co.uk


Tidak ada komentar:

Posting Komentar