Jumat, 19 Juli 2013

Kenaikan Kelas dan "Raportan"

Alhamdulillah minggu lalu mbak Ara sudah naik kelas ke year 2. Kenaikan kelas ini 1 minggu sebelum libur panjang,awalnya saya agak bingung dengan kenaikan kelas seperti ini karena merasa tidak ada gebyar kenaikan kelasnya yang ditandai dengan penerimaan raport ke wali murid langsung melalui pertemuan di sekolah, pengumuman murid berprestasi dan sebagainya. Kenaikan kelas di Atkinson ini terkesan tenang-tenang saja, dan bukan sesuatu yang musti dirayakan.

Rapor sudah diberikan seminggu sebelum kenaikan kelas. Rapotnya berupa 2 lembar kertas A4 yang dibungkus amplop besar bertuliskan "For Ara Marzie's Parent / Guardian", dan yang bawa Ara sendiri, katanya ini  dari sekolah. Saya kira itu surat biasa, baru setelah saya buka, ternyata isinya gambaran deskriptif tentang pencapaian Ara selama di year 1. Ada angka yang membuat saya bingung yaitu Math = 1B, Reading = 1B, Writing =1B seperti yang tertera di bawah ini. Sampai sekarang saya belum mengerti pasti maksud dari angka dan huruf tersebut.


Saya bertanya pada teman yang memang sudah lama tinggal disini. Teman saya menjelaskan bahwa bentuk raport di sini memang seperti itu, juga tidak perlu ada pertemuan wali murid untuk pengambilan raport, cukup diserahkan lewat anak. Kemudian isinya memang deskriptif singkat perkembangan anak selama di year 1. Untuk kenaikan kelas memang dilakukan seminggu sebelum libur panjang kenaikan, ini bertujuan mengenalkan ke anak tentang suasana baru yang akan mereka hadapi di tahun selanjutnya. Anak-anak sudah ditunjukkan dan mulai menempati kelas barunya, dikenalkan dengan guru barunya, dan teman-teman barunya. Harapannya saat masuk nanti, anak-anak sudah siap secara mental menerima pelajaran baru karena penyesuaian sudah dilakukan sebelumnya. Sayangnya saya lupa menanyakan arti dari angka dan huruf yang tertera.

Suatu hari mbak Ara pulang tanpa membawa tas sekolahnya, hanya pack lunch (kotak bekal makan siang) saja. Ketika saya tanya, dia menjawab kalau hari itu tasnya tertinggal di kelas. Saya hanya mengingatkan agar esoknya tidak lupa mengambil tas sekolahnya. Besoknya lagi mbak ara tetap pulang dengan hanya membawa pack lunch saja. Saya tanya lagi, mbak Ara menjawab jika tasnya diminta oleh gurunya untuk disumbangkan ke adik kelasnya yang naik ke year 1. Saya dan abinya kaget karena merasa tidak diberi surat pemberitahuan sebelumnya. Dan saya merasa kelabakan karena di dalam tasnya ada buku record kemampuan bacanya mbak Ara, serta buku bacaan dari sekolah. Ya Allah, saya merasa benar-benar panik jika memang itu yang terjadi.

Saya tiba-tiba terpikir, benarkah yang disampaikan mbak Ara? Mungkin saja mbak Ara yang bahasa Inggrisnya masih terbatas ini salah paham mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya? Saya dan abinya kembali menanyai mbak Ara pelan-pelan dan memintanya untuk mengingat-ingat apa yang diucapkan gurunya. Mungkin merasa kurang yakin juga atau bagaimana, mbak Ara memberi ide supaya abinya menulis surat yang akan disampaikan mbak Ara ke gurunya langsung. Ide yang bagus.

Esoknya, pulang sekolah, mbak Ara menunjukkan surat balasan dari gurunya. Ternyata penjelasannya, tas sekolahnya bukan diminta untuk disumbangkan, melainkan diminta untuk diberikan pada guru barunya di year 2, agar guru barunya bisa mengecek langsung  record (semacam buku diari) baca tiap anak. Tas dan bukunya akan diberikan lagi nanti setelah libur panjang. Alhamdulillah, lega rasanya. Saya kemudian menjelaskan isi surat itu ke mbak Ara agar dia juga mengetahui apa yang sebenarnya yang terjadi dengan tas sekolahnya. 

Mbak Ara juga bercerita tentang guru dan teman-teman barunya, dia sudah berkenalan dan mulai bermain bersama dengan teman-teman barunya. Bagus juga model sepert ini, jadi ketika anak masuk nanti, mereka sudah tidak tegang atau nervous dengan sesuatu yang serba baru, seperti guru dan teman baru yang mungkin belum pernah mereka lihat.

Oiya, disini tidak mengenal tinggal kelas alias semua anak naik kelas dengan kemampuan yang mereka miliki masing-masing, juga tidak ada sistem ranking. Setiap anak memiliki record yang akan diinformasikan pada guru barunya, sehingga guru barunya mengetahui dan menindaklanjuti perkembangan anak didik barunya. Juga tidak ada standar nilai minimal yang harus ditargetkan pada anak agar bisa naik kelas. Satu hal yang menarik, di year 1 ini tidak ada tes atau ujian term, ujian hanya dilakukan 1 kali saat term akhir, yaitu tes phonic (menguasai ejaan), hanya sekali saja, dan itupun tidak diberitahukan pada murid maupun wali murid jika ada tes. Alasannya karena mereka masih sangat-sangat muda untuk menjalani sebuah tes, jadi suasananya pun dikondisikan menyenangkan bagi anak. Orang tua juga tidak diberi tahu, dikhawatirkan mereka akan menekan anaknya untuk mendapat nilai yang tinggi. Tes ini tujuannya lebih pada sejauh mana keberhasilan seorang guru dalam mengajarkan suatu materi , jadi titik beratnya bukan kemampuan anak tapi kemampuan guru mentransfer ilmunya pada anak-anak. Poin yang sangat bagus menurut saya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar