Kamis, 31 Januari 2013

KOREKSI DIRI


Sukemi bilang bahwa hidup itu cuma sekali. Tak ada lain kali. Jika berkeinginan, segeralah wujudkan. Jangan ditunda-tunda lagi, berusahalah sekuat tenaga untuk mewujudkannya. Siapa tahu jika usahamu yang hari ini belum membawa hasil akan membuka peluang untuk esok hari. Jangan lekas menyerah, sepanjang kaki ini masih bisa ringan melangkah, tuntunlah jiwamu meraih cita-citamu. Lakukan apapun yang kau bisa, apapun itu. Jangan sampai terenggut oleh penyesalan. Optimis menghadapi hidup meski terhampar batu-batu terjal, jurang-jurang menganga, atau padang pasir yang tiada akhir. Itulah Sukemi, dirinya tergambarkan dengan tepat sesuai dengan kata-katanya. Iya bagai belalang yang berlompatan kesana-kemari, tidak lagi berjalan, tidak lagi berlari, namun melompat tinggi, jauh berkali-kali lipat panjang tubuhnya. Bukankan belalang demikian?

Supini lain lagi, menurutnya hidup itu cuma sekali, maka selalu berhati-hatilah. Pikirkanlah dulu sebelum bertindak, ataupun berucap. Pikirkanlah baik-baik sebelum mengambil keputusan, timbanglah dulu baik-buruknya.Salah melangkah, membawa nasib buruk dalam hidupmu, sesal kemudian tiada guna meski engkau menangis meronta-ronta. Begitu kakimu berpijak, kau tak bisa menariknya lagi ke belakang, tak ada waktu untuk itu, karena waktu senantiasa berlalu, bukan berhenti menunggumu.

Suratmi, temanku yang lain lagi. Seingatku aku tak pernah tahu, ia mengucapkan sesuatu tentang hidup. Setiap kutanya gambarannya tentang hidup, dia hanya tersenyum. Pernah aku memaksanya untuk memilih antara prinsip Sukemi atau Supini, harus memilih. Selama beberapa hari dia menghindari aku. Sekarang akupun tak berani menanyakannya lagi. Aku mencoba mencari tahu sendiri, dengan mengamati setiap gerak-geriknya, atau menyimpulkan pendapat-pendapatnya. Barangkali aku bisa menyimpulkan sendiri, kemana kecenderungannya.

Kenapa aku begitu penasaran? Yah yang pertama, jelas karena aku merasa paling dekat dengan Suratmi di antara yang lain-lain. Yang berikutnya aku merasa Suratmi lah yang paling tenang dan tegar dalam menjalani hidup. Aku begitu kagum dengan caranya mengambil keputusan, caranya berbicara. Dan aku merasa sangat nyaman jika berada di dekatnya. Dia seperti berada di tengah-tengah Sukemi dan Supini. Ketika aku coba sampaikan penilaianku itu, dia hanya berpesan "Lihatlah dirimu", itu saja, tak ada kelanjutannya, dan tak ada penjelasannya.

Aku punya teman yang lain lagi. Tak perlulah kusebutkan namanya. Aku berteman dengannya hanya sekedar iseng saja, jika aku merasa begitu kesepian. Aku bahkan sepertinya lupa dengan nama aslinya. Terlalu sering aku memanggil sekenanya, kadang Tun, Min, Sar, suka-suka aku aja. Dia terlalu cuek aku rasa sehingga tak mempedulikan bagaimana aku memanggilnya. Toh dia akan menyahut juga karena dia tahu aku bermaksud memanggilnya, karena tidak ada orang lain lagi.

Suatu hari aku iseng bertanya kepadanya, "Menurutmu, bagaimana pendapatmu tentang Sukemi, Supini, dan Suratmi, Sar?". "Buat apa?" jawabnya. "Bukan buat apa, tapi bagaimana mereka bertiga?" memperjelas pertanyaanku. Sambil tersenyum " Buat apa kau mengurusi mereka? Penting? Seberapa penting? Hidupmu?......." dan seterusnya-dan seterusnya. Malah dicecarnya aku dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting. Satu hal, " Menurutmu kau penting di mata mereka?" Itu pertanyaan yang membuatku tidak bisa "ngeyel" lagi untuk minta jawaban kepada si Min. Dia lalu pergi, lalu berbalik, lalu telunjuknya menunjuk ke arah kepalanya, lalu telunjuknya mengarah ke diriku., lalu dia berbalik lagi berjalan. Lalu...................aku masih balum habis fikir..

Lalu, aku menemukan seribu kemungkinan atas diriku. Mungkinkah aku terlalu sibuk terhadap orang lain? Mungkinkah aku terlalu sibuk menilai orang lain? Mungkinkah aku terlalu tenggelam dengan yang orang-orang lain lakukan? Mungkin aku cemas terhadap diriku? Mungkin aku terlalu cemas menjalani hidup? Mungkin aku terlalu cemas berdiri di atas kakiku sendiri? Mungkin....mungkin....

"Lihatlah dirimu". Sepertinya aku mulai bisa membaca kemana arah kata Suratmi itu. Mungkin ini saatnya aku harus lebih peduli terhadap diriku sendiri, menata hidupku sendiri, menjalani masa depanku sendiri. Berhenti dari kesibukan mengurusi orang lain. Karena jika saat ini aku menengok ke belakang, aku tidak melihat apa-apa, karena ternyata aku memang belum melangkah sama sekali. Selama ini ternyata aku hanya diam di tempat, menghabiskan waktu tanpa beranjak. Sukemi, Supini, Suratmi...aku akan mengejar ketertinggalanku. Sar, Min, Tun, atau siapalah....terimakasih telah melontarkan pertanyaan "tidak penting"mu. Oiya maaf karena tidak pernah mengingat namamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar