sumber ilustrasi: http://senikerajinan.files.wordpress.com/2008/09/patung-jawa.jpg |
Seandainya saja aku bisa tahu isi hatimu, pasti kita bisa dengan segera menjadi akrab, menjadi teman yang sangat dekat, bahkan menjadi saudara yang kemesraannya melebihi dari saudara kandung.
Seandainya saja aku bisa tahu isi hatimu, semuanya menjadi lebih mudah, karena aku tahu bahwa kita memiliki banyak persamaan, engkau menyukai caraku tersenyum, akupun menyukai caramu tersenyum, engkau menyukai caraku tertawa, aku juga, engkau menyukai caraku mengolok-olok dunia, aku pun mengagumi caramu menyinisi kehidupan. Semuanya akan begitu terasa nyaman, dan akan selalu baik-baik saja. Sekarang ataupun nanti.
Seandainya saja aku bisa tahu isi hatimu, tentang engganmu, tentang bencimu, tentang semua yang tak kau sukai, termasuk kehadiranku, dengan alasan apapun itu. Engkau tak kan perlu berpayah-payah, berupaya menyadarkanku tentang kebencianmu. Aku akan dengan senang hati berlalu. Tak perlu engkau menghabiskan nafasmu hanya sekedar mengungkapkan kegerahanmu kepadaku dengan berbelit-belit. Tak perlu engkau bermuka masam dalam senyuman. Karena aku sudah tahu, tentu.
Tapi tak apa, meski kenyataannya aku tak bisa menyelami isi hatimu, tak mengetahui jelas maksudmu, hanya kebimbangan demi kebimbangan yang melaju, aku bisa merasakan getaran itu. Hanya karena aku tak tahu pasti. Maafkanlah saja aku, atau bencilah sesuka hatimu, karena aku akan tetap begini, seperti ini, tak bergeming seperti patung yang tidak tahu diri. Sadari saja bahwa apapun yang kau lakukan hanya berbuah kesia-siaan. Pesanku, kasihani saja dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar