Jeng...jeng... dengan kamera zoom in, zoom out, hidung bergetar, mata menyipit, melebar, menyipit, melebar. Mungkin seperti itulah respon orang tua saat mendengar anaknya minta dibelikan mainan lagi. Apalagi saat tahu kalau mainan di rumah banyak dan menumpuk di box mainan. Namanya juga anak-anak, sebanyak apapun mainan yang sudah dimilikinya pasti merasa kurang.
Daripada melarang anak yang berujung pada tantrum atau emak yang jadi rebut sendiri sama bapak. Mungkin bisa dicoba cara-cara berikut. Ini adalah pengalaman pribadi saya dan suami saya menghadapi anak perempuan kami yang berusia 8 tahun. Mungkin tips ini dapat dimodifikasi sesuai dengan usia anak dan kemampuan memahaminya.
1. Meminta untuk menghitung jumlah mainan yang sudah dimilikinya.
Harapannya anak jadi tahu jumlah sebenarnya mainan yang sudah dimilikinya saat ini. Biasanya anak memang tidak menyadari jumlah persis mainan yang dia miliki sehingga selalu merasa perlu membeli yang baru. Tanyakan pada anak apakah dia telah memanfaatkan mainan-mainannya itu atau hanya sekedar disimpannya saja. Tanyakan apakah jumlah mainan itu masih belum cukup dan tanyakan juga alasannya. Tanyakan juga pada anak apakah dia membutuhkan mainan itu atau sekedar faktor ingin karena melihat di TV, majalah, atau saat bermain di rumah temannya. Ajak anak berdiskusi tentang ini sehingga dia mulai berfikir, lalu tanyakan lagi keputusan akhirnya. Jika keputusan akhir anak tetap memutuskan untuk membeli, mungkin perlu dibikin syarat, syarat ini harus disetujui kedua belah pihak, yaitu orang tua dan anak.
2. Memintanya untuk menyedekahkan beberapa mainannya.
Dalam Islam diajarkan jika kita membeli baju baru, maka sedekahkan baju yang lama sehingga jumlah baju yang kita miliki jumlahnya tetap sama, dan tidak bertambah banyak yang menyebabkan kesia-siaan. Begitu juga saat anak minta mainan baru, mungkin bisa kita setujui permintaannya dengan syarat anak harus memilih mainannya untuk disedekahkan. Jika tidak setuju, maka tidak ada mainan baru.
3. Menunggu hingga tiba hari ulang tahunnya.
Orang tua bisa mencoba meminta anak untuk bersabar menunggu beberapa waktu sampai tiba hari ulang tahunnnya untuk mendapatkan mainan yang dimaksud. Mungkin anak akan berdalih atau khawatir jika mainan yang dimaksud akan habis jika menunggu terlalu lama. Tapi orang tua tidak perlu terpancing dengan alasan satu ini. Karena jika alasan ini berhasil saat sekali percobaan, maka anak akan mengulanginya lagi. Dengan menggunakan alasan ini, anak mencoba memunculkan kekhawatiran pada orang tua. Saya pun sempat merasa khawatir, terus terang sebagai ibu saya mudah terpengaruh hehehe... Alhamdulillah abinya tegas dalam hal ini. Jelaskan pada anak bahwa akan ada mainan-mainan terbaru yang lebih bagus, lebih menarik, lebih canggih yang akan terus membuat anak tertarik sehingga tidak perlu khawatir jika di toko sudah tidak ada lagi mainan yang dimaksud. Percayalah, ketertarikan anak terhadap mainan itu selalu berubah-ubah, jadi orang tua tidak perlu merasa bersalah untuk sekedar menunda waktu membelikannya mainan baru.
4. Mengajaknya menabung.
Sarankan anak untuk menabung agar anak terbiasa berusaha sebelum mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Melalui hal ini anak juga belajar tentang proses dan jangka waktu. Bahwa semua hal tidak bisa tersedia begitu saja hanya dengan sekedar minta. Ayah dan ibu perlu bekerja dan menabung untuk membeli rumah, laptop, baju, perlu memasak jika ingin makan dengan menu yang sedap. Jelaskan dan ajak anak untuk merasakan dan terlibat dalam proses itu. Buatkan tabungan dari kaleng atau bahan apapun yang bisa dibuka sehingga anak bisa menghitung jika dia menginginkan, sehingga anak pun dapat memperkirakan sendiri kira-kira berapa lama lagi dia akan bisa membeli mainan baru.
5. Melihat tayangan yang inspiratif.
Saya suka menunjukkan anak saya tayangan "Si Bolang" atau "Anak Pinggiran" melalui YouTube. Kami berdiskusi saat melihat tayangan tersebut bahwa mainan tidak harus selalu kita dapatkan dengan membeli, namun bisa kita coba untuk membuatnya seperti yang Bolang lakukan bersama teman-temannya. Mengajak anak kita untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan segala mainan yang telah dimilikinya karena diluar sana masih banyak anak yang tidak terbersit sedikitpun untuk bermain dan membeli mainan karena mereka harus bekerja keras membantu orang tua mereka. Melalui cara ini kita bisa menanamkan empati dan rasa peduli pada anak kita. Alih-alih membeli mainan baru mungkin bisa kita ajarkan untuk menginfakkan sebagian uangnya.
Membiasakan anak untuk berdiskusi dalam setiap pengambilan keputusan insyaAllah akan sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri kelak. Anak jadi terlatih untuk bersabar dan memunculkan inisiatif berusaha jika ingin meraih sesuatu. Semoga kita selalu diberi hidayah Allah SWT dalam mendidik anak-anak kita, amin.
#Ayat hari ini;
Surat Al-Baqarah (Sapi Betina) ayat 81-85:
81. Bukan demikian! Barangsiapa berbuat keburukan dan dosanya telah menenggelamkannya, maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
82. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surge. Mereka kekal di dalamnya.
83. Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, "Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat." Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu (masih menjadi) pembangkang.
84. Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu, "Janganlah kamu menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampong halamanmu." Kemudian kamu berikrar dan bersaksi.
85. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu), dan mengusir segolongan dari kamu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka dalam kejahatan dan permusuhan. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal kamu dilarang mengusir mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab (Taurat) dan ingkar kepada sebagian (yang lain)? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus