Suara Adzan
Rasanya aneh juga selama disini tidak ada suara adzan yang bersahutan, meski dari rumah kurang lebih 500 meter ada masjid. Suara yang dikumandangkan itu tidak melalui pengeras suara, maklum disini hal itu tidak diijinkan, semoga bukannya tidak diijinkan melainkan belum saja sehingga nantinya diijinkan, amin. Padahal muslim di kota ini lumayan banyak, bisa ditemui setiap kali jalan keluar rumah. Di kota ini lumayan banyak pendatang dari jazirah Arab, jadi banyak muslimnya. Kembali ke soal adzan, jadi jika ingin mengetahui waktu sholat, ya harus melihat jadwal sholat online atau mengambil jadwal sholat yang ada di masjid-masjid, gratis. Ada alternatif lain yaitu mendengar adzan dari hp, yah lumayanlah untuk mengobati kerinduan. Sebelum-sebelumnya saya tidak pernah merasakan kekangenan seperti ini untuk mendengar suara adzan, di Malang, di rumah saya, adzan terdengar bersahut-sahutan, terdengar begitu saja di telinga karena sudah menjadi kebiasaan, jadi ya kesannya lewat begitu saja. Tapi setelah disini, subhanallah, mendengar adzan menjadi kenikmatan tersendiri yang luar biasa. Berbahagialah bagi siapa saja yang bisa mendengar adzan bersahut-sahutan, rasanya dekat dengan Allah, mudah menemukan Allah.
Pengajian
Alhamdulilah di tempat saya tinggal masih ada forum pengajian, baik itu dari sesama warga Indonesia maupun dari komunitas negara lain. Meskipun ada, mungkin tidak sebanyak dan sesering yang ada di Indonesia, pesertanya juga tidak ramai. Berangkat mengaji disini banyak tantangannya, misalnya cuaca yang dingin, rasanya lebih enak tinggal di rumah, meringkuk di kamar dan menyalakan penghangat hemmmm sambil nge-teh atau ngopi. Belum lagi kita harus berjalan kaki, tidak bisa naik motor seperti biasa yang saya lakukan selama di Malang he3.... ya gitu harus jalan kaki dingin-dingin. Alhamdulillah tempat pengajiannya biasanya dekat, kalaupun jauh ya tidak terlalu. Di forum pengajian seperti inilah biasanya kita semua saling melepas rindu dengan saudara-saudara senegara, juga melepas rindu dengan berbagai hidangan nusantara yang sulit ditemukan disini.
Ini mengingatkan saya, sebelum saya disini, di tempat tinggal saya banyak sekali pengajian-pengajian, namun hambatannya tidak lain tidak bukan adalah malas, padahal Allah memberi fasilitas motor untuk saya, cuaca yang cerah dan hangat, tapi ya itu rasa malas begitu menguasai. Dan kalaupun datang ke pengajian, kadang ilmunya kurang masuk ke dalam diri saya, mungkin karena saya sudah menganggapnya biasa, sudah biasa ada pengajian di mana-mana. Sementara disini, karena untuk mendatangi forum pengajian itu membutuhkan perjuangan dan kemauan yang lebih dari diri sendiri, rasanya rugi jika hanya datang namun tidak dapat ilmunya. Berbahagialah mereka yang dimudahkan Allah untuk mendatangi forum-forum pengajian. Saya pernah mengungkapkan kepada teman saya, bahwa saya kangen liqo' seperti di Malang dulu.
Pedagang keliling dan kaki lima
He3...saya kangen suara tukang bakso lewat tok...tok...tik...tok... atau beli pecel di Bumi Asri yang murah meriah dan lezat, beli susu jahe anget dan sate kelinci di alun-alun Batu. Hari minggu biasanya saya sama keluarga keliling naik motor cari sarapan pagi, biasanya sampai ke Batu, sekalian ikut senam paginya he3...setelah sarapan, senam, baru duduk-duduk menikmati pemandangan atau sambil membaca koran...emmm Subhanallah...damai dunia. Malem-malem lapar, tapi males masak, tinggal naik motor nyari tukang nasi goreng pak Bos temen abinya di depan kecamatan Sengkaling sambil ngobrol ngalor ngidul dengan penjualnya yang ramah. Pagi-pagi kalau nggak keburu masak, tinggal ngeeeng....ke warung Mak Mike, atau Bu Asih atau di depannya Lab Brawijaya itu, tapi saya lupa nama penjualnya. Dengan harga murah, rasa wah...bisa untuk seharian pula, ndak perlu masak deh (he3...pada dasarnya saya memang tergolong perserikatan emak-emak males masak).
Kalo disini mau makan yang enak dan murah ya harus masak sendiri. Ndak ada cerita makanan murah disini, atau pedagang bakso lewat depan rumah, tungguin aja sampai Bang Toyyib pulang ke rumah he3...kapan pulangnya yah... Mau ndak mau saya harus nekat masak, kenapa nekat? Ya karena ketrampilan yang satu ini termasuk salah satu kelemahan saya, tes di depan mertua dapat nilai D waktu itu, Alhamdulillah tetep dianggap menantu he3....
Ngobrol dengan tetangga
Disini tetangga sebenarnya banyak, rumahnya dekat-dekat juga, tapi dari berderet-deret tetangga yang kenal cuma 3 rumah itupun karena mereka semua dari Indonesia juga he3.... Jadi nggak ada cerita juga belanja sayur sambil curhat, yang ada begitu masuk rumah, ya sudah, asyik dengan kegiatan di dalam rumah masing-masing. Mbak Ara yang biasanya suka bermain di depan rumah sama anak-anak tetangga juga ndak bisa dilakukan disini. Saya kangen beli krupuk, ketemu temen trus ngobrol. Beli krupuknya bisa jadi nggak sampai 5 menit, tapi curhatnya bisa sampai sore ck...ck...ck....tapi seru he3....
Semua memang harus dijalani, tidak ada yang perlu disesali, bahkan dengan mengingat-ingat yang seru-seru bisa menambah rasa syukur bahwa terlalu banyak hal yang indah di Indonesia untuk dilupakan begitu saja. Semakin kangen dengan Malang. Jika saya tidak beranjak dari Malang mungkin saya tidak merasakan kekangenan yang seperti ini.
Salam kangen untuk semua sahabat, dan pedagang kaki lima
juga para muadzin dan teman-teman liqo'
Semoga Allah mempertemukan kita kembali
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar