Liqo, Jumat 22 Maret 2013
Apa yang sebenarnya ingin dicari manusia saat menjalani hidupnya di dunia ini? Jika dirunut, setiap jawaban yang diberikan akan berujung pada kebahagiaan. Kebahagiaan seperti apakah yang ingin diraih? Bagaimana bentuk nyata dari konsep kebahagiaan yang diinginkan manusia itu? Disinilah jawabannya akan beraneka ragam.
Jawaban-jawaban yang diberikan tentu saja bergantung dari persangkaan mengenai pemahaman kebahagiaan yang dimiliki dan tentu saja akan mempengaruhi proses usahanya.. Misalnya, beberapa orang merasa bahagia jika memiliki harta yang berlimpah maka mereka akan berupaya bekerja keras, megumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Ada juga yang menyangka kebahagiaan itu dalam bentuk memiliki kekuasaan dan jabatan yang tinggi, maka ke arah sanalah mereka akan berusaha. Sedang yang lain menganggap kesehatanlah yang paling bisa membuat dirinya merasa bahagia. Dan lain-lain, dan lain-lain.
Dari sekian banyak persangkaan manusia tetntang kebahagiaan, Islam memiliki pandangan tersendiri tentang konsep ini. Kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Hal ini seperti yang dicontohkan oleh para sahabat Nabi dan tabi'in, antara lain;
* Bilal bin Rabah
Beliau merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa.
* Imam Abu Hanifah
Merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari karena menolak diangkat menjadi hakim negara.
* Para sahabat Nabi
Mereka rela dan merasa bahagia meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman.
Cara-cara Meraih Kebahagiaan:
1. Rela terhadap ketetapan Allah SWT
" Diantara kebahagiaan anak Adam adalah istikharahnya (memohon pilihan dengan meminta petunjuk kepada Allah) kepada Allah, dan diantara kebahagiaan anak Adam adalah kerelaannya kepada ketetapan Allah, sedangkan diantara kesengsaraan anak Adam adalah dia meninggalkan istikharahnya kepada Allah dan diantara kesengsaraan anak Adam adalah kemurkaannya terhadap ketetapan Allah" (HR. Ahmad)
2. Memiliki istri shalehah, tempat yang baik, dan kendaraan yang baik
Rasul bersabda,
"Tiga indikasi kebahagiaan anak Adam, dan tiga indikasi kesengsaraan anak Adam: indikasi kebahagiaan anak cucu Adam adalah istri yang shalehah, tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang baik. Sedangkan indikasi kesengsaraan anak Adam adalah istri yang berakhlak buruk, tempat tinggal yang buruk, dan kendaraan yang buruk" (HR. Ahmad)
3. Berpegang teguh pada agama
"Sesungguhnya Islam diawali dalam keadaan asing, akan kembali dalam keadaan asing seperti awal mulanya, maka berbahagialah bagi orang-oarng asing". Dikatakan, siapakah orang-orang asing itu? Beliau menjawab, "Yaitu orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah". (HR. Ahmad)
4. Rajin berpuasa
"Sesungguhnya Allah azza wajalla melipatgandakan satu kebaikan anak Adam menjadi sepuluh hingga tujuhratus kali lipat kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Akulah yang membalasnya. Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan pada hari kiamat. Dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada wewangian misik" (HR. Ahmad)
5. Panjang umur disertai taubat
"Janganlah kalian mengharap kematian karena kejadian pencabutan nyawa sangatlah mengerikan, dan termasuk kebahagiaan adalah panjangnya umur seorang hamba dan Allah selalu memberi karunia taubat padanya". (HR. Ahmad)
6. Memiliki tetangga yang baik
"Termasuk kebahagiaan seseorang adalah tetangga yang baik, kendaraan yang menyenangkan, dan tempat tinggal yang luas". (HR. Ahmad)
7. Mensyukuri nikmat
"Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, "sesungguhnya juka kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nkmat-Ku) maka sesungguhnya azabKu sangat pedih" (S. Ibrahim:7)
Imam Al-Ghazali seorang yang bermahzab syafi'i, beliau memberikan gambaran kebahagiaan sebagai berikut; puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah / telah mengenal Allah.
Ma'rifatullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mengantarkan manusia kepada keyakinan bahwa tiada tuhan selain Allah. Oleh karena itu cara untuk meraih kebahagiaan tidak lain dengan cara mengenal Allah lebih dekat lagi, yaitu dengan mengenal ayat-ayatNya, baik kauniyah maupun qauliyah.
Berikut adalah berbagai macam definisi kebahagiaan menurut Psikologi:
Psikologi Positif
Kebahagiaan adalah emosi positif, bukan merupakan sesuatu yang ingin dituju melainkan adalah suatu proses. Merupakan manfaat bukan hal yang ingin dirasakan.
Freud ( seorang tokok Psikoanalisa)
Kebahagiaan merupakan kebutuhan sekunder karena hanya sebuah mekanisme pertahanan diri
(defense mechanism)
Ed Diener (seorang penulis Unlocking the Mysteries of Psychological Wealth)
"Happiness is subjective well-being as a combination and having more positive emotions than negative emotions"
Martin Seligman (seorang pemimpin peneliti di bidang Psikologi Positif)
Kebahagiaan merupakan kombinasi dari 3 hal, yaitu;
1. pleasure (kesenangan)
2. engagement (keterikatan)
3. meaning (keberartian)
Lantas definisi apa yang anda miliki tentang kebahagiaan? Persangkaan yang kita miliki tentang apa itu bahagia akan menuntun bagaimana cara kita untuk meraih kebahagiaan itu. Semoga persangkaan kita bisa semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, amin.
Sumber:
www.Pesantrenvirtual.com
www.motivasi-islami.com
www.edilkons10.wordpress.com
http://www.pbs.org/thisemotionallife/topic/happiness/what-happiness
Sebuah percakapan di ujung sunyi:
Tanya: Untuk siapakah nasehat ini, dan kepada siapakah nasehat ini kau lontarkan?
Jawabku: Untuk aku dan kepada aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar