mbak Ara menghias kupu-kupu |
Kali ini acara NUSU untuk anak-anaknya bertema alam mengenalkan proses metamorfosis pada anak-anak. Rencananya kegiatan ini akan diadakan out door di depan museum Hancock, berhubung cuaca kurang mendukung alias hujan dan suhu sangat dingin, maka kegiatan ini dilakukan di dalam gedung. Nah saya penasaran nih, gimana caranya mengenalkan proses yang ruwet ini pada anak-anak dengan berbagai keterbatasan semacam ini.
Umi dan mbak Ara bekerjasama, Abi yang motret |
Awalnya anak-anak diminta duduk berkumpul, nah ada satu tutor bapak-bapak kemudian duduk di depan mereka membacakan cerita tentang telur katak, dan caterpillar yang kemudian berubah menjadi katak dewasa dan kupu-kupu. Ceritanya khas anak-anak, ringan dan kata-katanya berrima jadi anak-anak dengan mudah menirukan setiap akhir kalimat karena akhir kalimatnya selalu sama. Oiya tutornya menyela saat menceritakan tentang kupu-kupu, ulat tidak membuat cocoon,binatang lain lah yang membuat itu tapi yang jelas kepompongnya kupu-kupu disebut dengan chrysalis. Itu yang betul, beliau juga mengkritisi penulis bukunya, seharusnya menyampaikan ke anak-anak itu harus berhati-hati. Hmmm.
Setelah dibacakan buku, anak-anak ditunjukkan hiasan gantung dari kayu dan kertas yang isinya tentang proses metamorfosis, lalu anak-anak diarahkan untuk membuat hiasan itu. Ini sebenarnya alat bantu untuk lebih mengenal metamorfosis itu sendiri, dan akan lebih menarik jika anak-anak diminta membuat sendiri. Ada proses menggunting, mengelem, menempel-nempel hiasan, dan menggantungkan pada batang yang sudah diikat secara silang (cross stick).
ini dia cross stick metamorfosis |
Jika semua proses sudah selesai, anak-anak memainkannnya bersama-sama. Kepercayaan diri anak juga meningkat ketika hasil buatannya dipuji oleh tutor atau orang tua anak lain, atau ada anak lain yang melihat hasil karyanya dengan rasa kagum. "that's colourful". Oiya abinya Ara juga dipuji lho sama tutornya " You are the real maestro" he3.....langsung besar kepala ) big headed kalau istilah Jenny.
membuat paper pot |
Sampai sini belum selesai lho. Anak-anak juga diajarkan cara menanam tanaman. Bagian ini yang paling saya suka karena saya merasa menemukan hal baru. Menanam bunga ternyata tidak selalu di taman, di pot bunga yang terbuat dari plastik atau tanah liat, tapi juga bisa menggunakan koran bekas??? Masak sih....
dialasi gelas plastik agar tidak tumpah saat membawanya pulang |
Begini caranya, ambil koran bekas, ukur ujungnya kurang lebih lebarnya 8 cm setelah itu gunting memanjang. Lalu ambil alat penggulung kertas seperti yang ada di gambar. Gulung kertas koran menggunakan alat tersebut. Bagian bawah yang memang dibiarkan tersisa ditekuk ke bagian dalam lalu tekan-tekan menggunakan alat yang satunya, tekan-tekan hingga kertas tersebut menjadi rapat. Setelah itu lepas kertas dari alat tersebut, nah jadi pot kecil yang bagus bukan. Tinggal isi tanah dan pupuk, masukkan biji yang kita suka deh, jangan lupa siram dengan air tapi jangan terlalu banyak agar kertas tidak lembek, boleh dialasi dengan gelas plastik jika khawatir kertas lembek. Jika tanamanannya sudah tumbuh, tanaman bisa dipindah ke wadah lain yang lebih besar. Gampangkan caranya...kita jadi bisa memanfaatkan barang bekas di sekitar kita dengan maksimal.
"the real maestro" |
Acaranya selesai deh, nggak sabar menunggu acara yang lainnya lagi. Ternyata banyak proses belajar yang bisa dilakukan dengan mudah bagi anak-anak, dan alat bantu belajarnya juga bisa dengan mudah ditemukan di sekitar kita, yang perlu digaris bawahi, alatnya tidak mahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar