Saya mendengar kata-kata dari sebuah film berjudul Di Dalam Mihrab Cinta, yah kurang lebih begitulah ungkapan yang mengena bagi saya. Ternyata nekat juga diperlukan ketika kita berniat ingin menjadi orang baik. Saya mengira bahwa kata nekat itu identik dengan perilaku yang kurang baik, misalnya yang sering saya dengar adalah bondo nekat dalam hal ingin menonton pertandingan sepak bola meski ndak ada duit buat beli tiket maupun transportasi, sehingga memaksa masuk stadion meski tak bertiket. Atau contoh lain nekat maling, nekat nyopet, subhanallah.
Nekat menjadi orang baik. Dalam hati saya bertanya, seperti apakah wujudnya? Terutama dalam kondisi sehari-hari ini saja, tidak perlu muluk-muluk karena dalam keseharian saya saja, saya masih sering mengomel terhadap sesuatu, berpanjang-panjang pikiran jika mengambil keputusan, bahkan dalam hal senyum atau sapa sekalipun masih mikir dulu antara iya dan tidak. Lho kok?
Misalnya saja suatu hari saya mengajak senyum dan mencoba menyapa orang lain, eh ternyata orang itu cuek bebek, padahal saya yakin sekali bahwa orang itu kemungkinan besar melihat saya, dan tahu saya. Akhirnya di pertemuan berikutnya saya jadi ragu antara menyapa orang itu atau tidak, meski orang itu bisa jadi posisinya saat itu sedang berdekatan dengan saya, tapi saya jadi enggan menyapanya. Khawatir sakit hati aja, karena embel-embelnya jadi panjang, saya jadi menggerutu, dosa lagi.
Atau misalnya saja saat sedang berjalan bertiga bersama kawan. Kebetulan kedua kawan itu sedang terlibat pembicaraan seru, dan entah sengaja atau tidak, mereka tidak melibatkan saya dalam pembicaraan itu, meski sudah mencoba nimbrung ternyata belum mampu "masuk" juga, jadilah outgroup secara sengaja ataupun tidak. Hal kecil itu seperti itu saja bisa membuat enggan ngobrol lagi, dan memunculkan berbagai macam pikiran, astaghfirullahaladzim.
Hal-hal kecil seperti itu saja sudah membuat ciut nyali saya, bagaimana dengan hal-hal besar? Sungguh teladan Rasulullah belum masuk dalam sanubari saya, kesabaran beliau sungguh luar biasa. Betapa beliau masih sanggup menyuapi dengan lembut seorang tua yang dengan terang-terangan menjelek-jelekkan beliau di depan mata. Betapa beliau masih sanggup menanyakan kabar seorang tetangga terang-terangan membenci beliau. Sungguh kecil diri ini, karena kecilnya, sering terjatuh hanya karena sebutir kerikil.
Batin saya bertanya lagi, mampukah saya berbuat nekat menjadi orang baik? Dimulai dari hal kecil saja dulu, misalnya tetap tersenyum dan menyapa meski ada kemungkinan tidak berbalas, tetap nekat. Atau tetap nekat menjaga silaturahmi meski kemungkinan besar tetap dicueki. Tersenyum, menyapa, dan bersilaturahmi karena Allah saja, biar Allah yang menilai kita. Saya jadi ingat sebuah quote "Biar saja orang lain tidak menyukai kita, asal Allah menyukai dan menyayangi kita". Allahumma anna.
Tetap tersenyum....smile.....seperti kalau mau difoto "klik" (;-p)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar