Ini adalah lebaran ke-3 kami di Newcastle dan kami sudah mulai dapat me"manage" hati kami untuk berlebaran jauh dari keluarga dan makanan-makanan khas lebaran kampung kami. Suasana Idul Fitri di UK memang tidak sehangat di negri sendiri, dimana kami selalu dikelilingi sanak famili. Namun kami tetap berupaya menghadirkan kebahagiaan yang sama meski dengan suasana yang sangat berbeda.
Malam hari setelah berbuka, kami memperdengarkan suara takbir dari Youtube. Suara merdu almarhum Ustad Jefri yang menjadi favorit kami malam itu untuk meramaikan flat tempat tinggal kami sembari beraktifitas menyiapkan hidangan untuk hari raya esok hari. Tidak ada suara takbir dari masjid ataupun surau sehingga takbir dari Youtube pun lumayan mampu menggantikan suasana malam takbiran, meski tanpa obor dan arak-arakan keliling kampung. Oiya, tahun ini saya memilih menu somay lengkap dengan sambal kacangnya. Saya memutuskan untuk tidak membuat lontong sayur karena pengalaman lebaran tahun lalu, kebanyakan teman sesama Indonesia memasak lontong sayur sehingga saat saling bersinggah rasanya sudah terlalu kenyang dengan menu tersebut.
Nunsmoor Park Dok: Salis Yuniardi |
Pagi harinya, kami bersiap-siap untuk melaksanakan sholat Ied berjamaah di lapangan Nunsmoor Park. Sholat jamaah dijadwalkan pada jam 9.30 waktu Newcastle, diawali dengan takbir pada pukul 8.30 British Summer Time (BST). Pagi itu cuaca gerimis, namun kami tetap bersemangat menuju ke park dengan berjalan kaki, kurang lebih selama 15 menit dari flat. Sesampainya di sana, suasana sudah ramai dengan calon jammah sholat. Mereka berasal dari berbagai negara, rupa-rupa bahasa, dan warna-warni baju lebaran khas negara mereka masing-masing. Sesekali saya bertemu dan menyapa teman-teman kursus dari Irak, Kurdish, Libya, tetangga dari Nigeria, Malaysia, dan juga teman-teman Indonesia yang baru bertemu dan berkenalan hari itu. Suara takbir dari panitia sholat bergema memenuhi taman pagi itu. Tak ketinggalan para polisi setempat turut serta meramaikan lebaran dengan berjaga-jaga di area taman, sambil sesekali menyapa orang-orang yang berdatangan.
Dok: Vita Rumanti |
Sholat Ied pun dimulai, gerimis sudah berhenti. Semua kepala menunduk, memanjatkan doa, bersyukur telah dipertemukan dengan hari kemenangan di tahun ini. Berbagai bangsa, suku, bahasa, warna kulit, dan budaya, semua memohonkan doa kepada Tuhan yang sama, Tuhan yang satu, yaitu Allah SWT. MasyaAllah benar-benar kami merasakan sebagai satu saudara, saudara dalam tauhid dan keimanan di negara yang muslimnya sebagai minoritas ini. Semoga Allah SWT mengumpulkan kami semua di surga-Nya, aamiin.
Selesai sholat dan berdoa, kami saling bersalaman dengan teman-teman yang kami kenal. Ucapan yang paling familiar adalah "Eid Mubarak" lalu kamipun bercipika-cipiki. Beberapa orang membagi-bagikan cookies dan coklat kepada anak-anak. Anak-anak yang tidak kebagian biasanya akan melihat sambil memandang dengan tatapan mata penuh harap hehehe... Tapi tidak perlu khawatir, panitia sholat sudah menyiapkan crisp dan jus kemasan untuk dibagi-bagikan kepada seluruh jamaah. Ada juga stall balon, dan face painting. Hemmm, anak-anak sudah tidak sabar untuk mengantri membeli balon-balon lucu dan menggambar wajahnya dengan hiasan kupu-kupu atau harimau. Alhamdulillah, semua bersuka cita pada hari itu.
Kamipun kembali ke rumah masing-masing, tak lama kemudian kami, warga Indonesia yang tinggal di Newcastle saling berkunjung ke rumah-rumah. Nah kegiatan ini nih yang paling seru, setiap kali berkunjung pasti kerjaannya makan. Tahun ini, menu tiap rumah benar-benar beragam, ada menu wajib opor ayam, lodeh terung, bakso,sate padang, es campur, hemmm menu Indonesia yang selalu bikin kangen pulang. Tak lupa setelah makan-makan dan bersilaturahmi, kamipun foto bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar