Jumat, 07 Februari 2014

Yesss, Ara Berani Berkerudung ke Sekolah


Ini adalah hari ke 3 Ara memakai kerudung di sekolah. Saat saya tanya perasannya, dia senang karena hari ini salah satu teman baiknya juga memakai kerudung ke sekolah, jadilah hari ini tadi ada 2 anak yang memakai kerudung di kelas.

Awal mula....

Sebenarnya beberapa minggu lalu, Ara berulang kali mengungkapkan keinginannya untuk memakai kerudung ke sekolah. Namun masih merasa belum nyaman dan malu. Meskipun di sekolahnya banyak anak yang memakai kerudung, namun semuanya beda kelas, alias tidak sekelas dengan Ara.

Suatu hari dia mengungkapkan jika hari Senin nanti akan ke sekolah berkerudung, Minggu malamnya baru teringat jika dia ada kegiatan klub musik siang harinya sepulang sekolah sehingga niatnya dimundurkan menjadi hari Selasa. Saya iya kan saja niatnya. Ternyata keesokan harinya, yaitu hari Selasa pagi, mulai ragu-ragu. Kali ini saya kuatkan niatnya bahwa dia boleh mencoba untuk sehari dulu.

Hari Selasa pagi dia memilih jilbab berwarna hitamnya untuk ke sekolah, selain agar sesuai dengan warna seragam, juga agar tidak telihat mencolok dan menarik perhatian teman-teman sekelasnya. Saat berangkat sekolah, terlihat ketidaknyamanan yang dia rasakan, beberapa kali dia menempel saya, dan berusaha menyembunyikan wajahnya saat menunggu bel masuk kelas. Begitu bel berbunyi, dia nampak masuk kelas dengan ragu-ragu.

Sepulang sekolah, saat saya jemput di depan kelas, wajahnya terlihat ceria. Alhamdulillah, batin saya, karena merasa hari ini pasti lancar-lancar saja. Sesampainya di rumah, dia protes jika tadi saat di kelas dia ditanyai teman-temannya, dan salah satu pertanyaannya adalah...."Why are you wearing your pijamas hat?"...O..o...dalam hati saya. Dan itulah pertanyaan yang membuatnya sangat malu. Dan meminta ijin jika hari Rabu tidak akan memakainya lagi.

Saya mencoba menenangkan dengan menyarankan agar dia memberi penjelasan pada teman-temannya bahwa itu bukan topi untuk tidur, melainkan head scarf untuk orang muslim. Rupanya cara saya menenangkannya belum berhasil, dia masih merajuk dan meminta ijin agar besok-besok tidak lagi memakai kerudung ke sekolah karena malu.

Saya coba jelaskan lagi jika malu itu untuk mereka yang melakukan kejahatan seperti mencuri, atau merampok, maka orang itu layak untuk merasa malu. Sebaliknya, jika kita melakukan hal yang baik harusnya tidak perlu malu karena Allah pasti akan membantu dan memberikan perlindungan. Dan saya jelaskan lagi bla....bla...bla....kira-kira jika ditulis sudah mencapai 4 lembar A4 penuh dengan ukuran huruf times new roman 12. Begitulah kurang lebihnya. Dan hasilnya....masih belum berhasil.

Keesokan harinya, Rabu, saya masih berupaya membujuk agar dia mau ke sekolah dengan memakai kerudung. Entah mungkin karena saya sedikit emosi (belakangan baru tahu jika emosinya lebih karena PMS he3...), saya merasa marah dan kecewa pada Ara, hingga cara saya mengungkapkannya membuat Ara sedih dan menangis. Abinya pun akhirnya turut tangan dengan menegur saya. "Memakai jilbab itu bukan paksaaan melainkan keinginan dari si anak, jangankan Ara, Umi saja ndak mau kan kalau ada yang menyindir-nyindir Umi gara-gara masih pakai celana, dan belum bergamis? Ingat ndak dulu?".

Saya pun mengalah, meski sebenarnya masih emosi. Akhirnya hari itu, Ara berangkat sekolah dengan topi musim dinginnya. Sepanjang jalan ke sekolah, Alhamdulillah Ara sudah ceria lagi, sepanjang jalan dia menceritakan teman-teman di sekolahnya. Saya,...diam sambil mendengarkan semua ceritanya, juga sambil memikirkan teguran Abinya.

Sepulang sekolah, Ara dengan semangat menceritakan jika hari ini di kelasnya ada 2 temannya yang memakai kerudung. Dan heran saat melihat Ara tidak memakai kerudung hari itu. Dan dia pun memutuskan ingin memakai kerudung keesokan hari. Ok, yesss....dalam hati saya senang dan bahagia, Allah telah memudahkan jalan kami, Alhamdulillah.

Hari Kamis, sepulang sekolah. Ara bercerita kalau hari itu ternyata dia satu-satunya yang memakai kerudung di kelas. Lho...lha dua teman yang kemarin? Mungkin ketika tahu Ara tidak lagi memakai kerudung sehari sebelumnya, maka memakai kerudungnya tidak dilanjutkan lagi. Ara juga bercerita jika bu guru tidak membolehkan keduanya memakai kerudung, alasannya adalah karena kerudung yang dipakai berwarna putih, warnanya sih sudah pas, namun ada bling-blingnya rame itu. Sedangkan yang satunya karena warna kerudungnya pink, yang sama sekali berbeda dengan warna seragam sekolah. Oh....saya manggut-manggut mendengarkan penjelasannya Ara.

Hari Jumat, Alhamdulillah Ara mau memakai kerudungnya lagi karena dia bilang kalau sudah berani dan tidak lagi malu. Teman sekelasnya sudah tidak lagi bertanya yang aneh-aneh yang membuatnya tidak nyaman. Saat saya mengantarnya ke sekolah pagi itu,saya senang sekali karena ada seorang teman yang paling dekat dengan Ara juga memakai kerudung. Akhirnya.....

Sepulang sekolah, saya tanya Ara tentang perasaannya bahwa sahabatnya kini juga memakai kerudung. Dia senang sekali, gurunya juga memperbolehkan temannya itu berkerudung karena warna sudah sesuai dengan seragam sekolahnya, yaitu biru. Dan Ara juga bercerita bahwa orang tua bisa membelikan kerudung seragam melalui office (kantor administrasi sekolah), harganya 3 pound. Begitu penjelasannya, dan efek sampingnya adalah...."Umi, aku besok Senin belikan kerudung warna merah di office ya?". Nah kan....(garuk-garuk kepala sambil tengok kantong jaket). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar