Graphology.
Saat saya menempuh kuliah S1, saya tidak mendapatkan mata kuliah tentang ini, saya hanya membacanya sesaat di buku, namun belum cukup tertarik. Ditambah lagi ada pengalaman buruk yang saya alami terkait dengan ilmu menganalisa tulisan tangan ini maka semakin benci saya dengan ilmu ini.
Awalnya waktu itu ada seorang teman lelaki, entah dia benar-benar menguasai ilmu itu atau entah dia sok tahu karena hanya pernah membaca buku tentang analisa tulisan tangan atau entah bagaimana dia mendapatkan informasi itu. Saat itu saya sedang menyalin catatan kuliah saya, dia yang sedang duduk di depan saya tiba-tiba mengomentari tulisan saya, yang katanya miring ke kiri, ujung tulisan runcing, dan sebagainya, dan sebagainya. Awalnya saya biarkan saja, namun begitu mulai mencoba menganalisanya, yang menurut saya sudah masuk ranah dalam pribadi saya, saya mulai tersinggung nih. Yah pasti dong tersinggung lha wong isi analisanya nggak ada yang positif, saya merasa marah untuk menutupi malu dan gengsi. Saya cuma komentar "sok tahu", titik, padahal dalam hati, ini orang nglunjak banget mengungkap kelemahan-kelemahan orang di depan orangnya langsung, meski cara mengungkapkannya sopan sih, tapi menusuk.
Saya masih tidak percaya dengan analisa itu, meski waktu itu saya merasa ditelanjangi kelemahan dan kekurangan saya. Masih dalam rangka tersinggung, saya mencoba merubah tulisan tangan saya dengan pandangan bahwa karena ilmu ini berhubungan dengan tulisan tangan, maka kalau tulisan tangan saya rubah, maka otomatis hasil analisanya pasti berubah dong. Berhari-hari kemudian saya berlatih menulis dengan model tulisan yang baru, agak kaku sih, dan menulisnya jadi agak lama, tapi tulisan saya jadi lebih bagus dan lebih rapi daripada tulisan saya yang sebelumnya (minimal menurut saya).
Ternyata tidak semudah itu, tulisan berubah, otomatis hasil analisa berubah, justru perubahan itu bisa memunculkan pertanyaan dan analisa baru. Begini, karena saya sudah terbiasa bertahun-tahun dengan gaya tulisan yang lama, maka saat saya menulis cepat maka gaya tulisan yang lama yang dominan, meski ketika saya sadar, saya segera mengubah ke gaya tulisan yang baru, namun tetap saja ada kecenderungan kembali lagi ke gaya tulisan lama, apalagi saat saya menulis dengan tergesa-gesa, sudah lupa dengan gaya tulisan yang baru. Nah saat dilihat hasil tulisan keseluruhan, jadilah tulisan saya terlihat tidak konsisten, terkadang begini, terkadang begitu. Nah itulah yang menimbulkan hasil analisa yang baru, bukannya positif malah sebaliknya, duh dibikin pusing dengan tulisan tangan.
Tidak hanya sekedar bentuk tulisan saja yang dianalisa dalam ilmu ini, melainkan juga goresan pena atau pensil, dalam tidaknya, tebal tipisnya, lurus tidaknya tulisan, dan hal-hal detail lainnya. Lama-lama saya penasaran juga, mulailah mencari buku-buku tentang graphology.
Beberapa tahun kemudian, laki-laki itu kini menjadi suami saya. Maka saya sudah tidak gengsi lagi dong dengan berbagai macam analisa yang dulu pernah dia ungkapkan. Beda dulu beda sekarang he3.....
Setelah menikah, saya sempat bekerja di suatu instansi/lembaga/kantor/ boleh disebut apa aja deh. Namanya juga tempat kerja, pasti ada ada yang namanya konflik, entah dengan teman, atasan, atau sampingan he3... Konflik ini kadang amat mengganggu keseharian saya, jadi kepikiran begitu maksudnya, kadang juga enggan ngobrol atau ketemu dengan yang bersangkutan. Sampai suatu hari, saya mendapat memo berupa tulisan tangan dari seseorang itu. Kesempatan itu tidak saya sia-sia kan, saya bawa memo itu pulang, lalu saya tunjukkan kepada suami saya.Saya tanya detail tentang tulisan-tulisan itu, dan bagaimana suami saya mendapatkan kesimpulan itu, seperti bagian tulisan yang mana yang menggambarkan kecenderungan tertentu, dan bagaimana bisa sampai ke arah kesimpulan akhir.
Banyak sekali kecocokan antara apa yang suami saya ungkapkan dengan keseharian yang saya lihat ketika saya bekerjasama dengan seseorang itu. Saya tanya juga, kira-kira hal apa saja yang bisa membuat seseorang itu bisa memiliki karakter seperti itu, pasti ada alasan jangka panjang juga dong yang mendasari, bukan ujug-ujug muncul hanya gara-gara bentuk tulisan yang begini begitu. Kemudian suami saya memberi banyak alternatif jawaban dan gambaran latar belakang munculnya karakter dan perilaku yang mungkin saya anggap kurang menyenangkan dari seseorang itu.
Dari sekian banyak jawaban yang diberikan suami saya (tentu saja ini hanya berupa kemungkinan-kemungkinan yang perlu di kroscek langsung ke yang bersangkutan), pandangan saya langsung berubah terhadap orang itu, yang awalnya saya merasa jengkel karena saya merasa sering disakiti, akhirnya berubah menjadi rasa kasihan. Saya menjadi lebih paham mengapa seseorang itu berperilaku demikian, yang tidak lain bukan diri saya yang menyebabkan masalah, namun lebih karena banyaknya tekanan yang dia alami, dan dia berusaha untuk melepaskan segala tekanan itu, namun dengan cara yang kurang tepat.
Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari suami, dan melihat keseharian dari seseorang tersebut, saya menjadi rileks, tidak setegang sebelumnya. Saya menjadi lebih terbuka juga dengan dia, saya berani bertanya langsung jika ada perilakunya yang kurang pas terhadap saya. Atau terkadang hanya saya abaikan saja jika masalahnya terlalu sepele, tidak perlu semuanya dikonfirmasikan.
Hasil positf dari graphology ini, yang awalnya dulu saya sempat anti pati, saya sekarang jadi lebih mudah dan terbuka memahami dan melihat perbedaan karakter tiap orang. Dan tentu saja mempengaruhi saya dalam memperlakukan orang lain, juga tidak mudah sakit hati jika ada seseorang yang berperilaku kurang menyenangkan. Karena semua itu pasti ada sebab dan latar belakangnya, selama kita tetap berusaha berperilaku baik terhadap orang lain maka berpikir positif saja, masalah bukan muncul dari kita tapi masalah memang sudah ada dalam diri seseorang itu, cuma mungkin kita terkena apesnya saja, yaitu kecipratan jadi pelampiasannya he3...
Waspadalah....waspadalah....
Jadi graphology fakta atau fiksi? Benar-benar bisa dimanfaatkan untuk mengetahui karakter orang lain atau sekedar tebak-tebak "sok tahu"? Lebih baik dicoba sendiri saja jika penasaran :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar