Minggu, 26 Mei 2013

Terpaksa Liburan di Rumah




Hari Sabtu dan Minggu yang sangat cerah sebenarnya. Sangat cocok dan akan menyenangkan jika dimanfaatkan untuk berjalan-jalan keluar rumah bersama keluarga sambil membawa sedikit camilan. Duduk bersandar di bawah pohon, tidak usah pakai tikar, cukup duduk saja di atas rerumputan yang tumbuh menghijau di sepanjang spring. Jangan lupa kamera saku yang senantiasa menemani dalam posisi standby agar selalu siap mengambil moment-moment yang tepat, misalnya saat ada burung raven yang sedang mematuk-matuk sisa makanan yang tercecer, atau sekelebat tawa mbak Ara saat berlarian mengejar burung dara, atau saat dia terkejut menemukan sekuntum bunga mungil berwarna merah yang sedang mekar. Emmmm....itu hanya khayalan saja, saat saya mematut diri di depan laptop.

Dua hari ini menahan diri, di rumah saja, jika kemarin saya mengisinya dengan tidur panjang, membaca buku sebentar, bermain game (emak-emak juga bisa kecanduan game ternyata), bersendau-gurau dengan suami dan anak, menonton OVJ, diselingi menonton kartun anak-anak, ini karena kita bertiga saling berebut laptop untuk menonton acara kesukaan masing-masing. Ah...akhirnya suami saya mengalah dan tidur, saya main game lagi, dan mbak Ara juga memainkan game yang lain lagi....lucunya......

Hari ini mencoba mengusir kebosanan, dengan membuka resep-resep yang ada, jika tidak ada mulai googling resep apa saja yang penting disesuaikan dengan bahan yang ada di kulkas. Nah....akhirnya diputuskan membuat batagor, gambar batagor yang ada di resep keluarga Nugraha itu rupanya sangat-sangat menggoda untuk dinikmati. Segera ambil buku dan pulpen, mencatat....sambil sesekali mengingat-ingat bahannya ada atau tidak di dapur...jika tidak ada pakai seadanya saja....kreatif sedikit. Setelah selesai mencatat ternyata ada beberapa bahan yang tidak saya punya, tekad sudah terlanjur bulat, jika ada aral melintang, harus disingkirkan..... Bahan yang kurang adalah bahan ini, bahan itu, dan itu, ganti dengan bahan anu, bahan bla-bla....dan bla.....nah sudah cukup sepertinya. Saya pun mulai memproses rekasi kimia, mengubah bahan mentah menjadi sajian siap santap, lezat? Itu sih urusan lain lagi, yang penting jadi dulu deh...namanya juga nekat.

Setelah 2 jam di laboratorium, Alhamdulillah selesai juga. Ta...da....jadilah siomay tahu....dan batagor.....plus sambel gula merahnya...... Niatnya masak 1 jenis eh ternyata jadinya 2 jenis, Alhamdulillah ini namanya keajaiban proses kimia namanya he3.... Setelah diincip-incip dan dirasa-rasa sambal gula merahnya seperti sambal untuk rujak manis,....mumpung masih semangat....kupas saja nanas yang kemarin dibelikan suami, iris kecil-kecil, colek dengan sambal, emmm.....pas juga, enak, dan persis rujak manis yang pernah saya beli di warungnya emaknya teman saya pas agustusan 25 tahun yang lalu. Saya menikmatinya sembari berdiri di pinggir jalan sambil melihat karnaval 17-an. Sekilas ingatan melayang ke sana....

Ada cerita romantis dibalik buah nanas itu. Waktu saya duduk sambil menikmati segarnya rujak nanas, suami nyeletuk "Itu nanas dibeli dengan penuh rasa cinta...", "maksudnya?", tanya saya. "Iya, pas beli nanas itu, mas muter-muter ke beberapa toko, nggak hanya 1 toko saja, karena mas tahu umi lagi kepingin jadinya mas usahain dan bela-belain nyari sampai ketemu karena mas sayang sama umi...", jelasnya sambil matanya melirik ke arah saya, saya tersenyum..."percaya deh....makasih ya....", jawab saya sambil senyam-senyum menyenggol bahunya....he3.... Itulah sekelumit cerita romantis, "memori buah nanas", yang menurut saya sangat-sangat romantis....hi3....

"Mi...kayaknya enak banget hari ini dipake jalan-jalan, mataharinya cerah", kata suami dari dapur, sedang menyiapkan sate ayam buat mbak Ara. "Males ah bi, enak di rumah aja", jawab saya sambil terus memencet huruf-huruf yang ada di keyboard. Pikiran terus melayang mencoba menghubung-hubungkan antara, demo, teroris, minoritas, dan liburan di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar