"Cempluuuk......,Cempluuuuk.......!" panggil si Emak berulang-ulang dari ruang tamu. Yang dipanggil belum menjawab. Emak segera bergegas ke halaman belakang di mana Cempluk berada. Ternyata dia sedang asyik bermain rumah-rumahan dengan pasir, dengan wajah yang juga bercelemot pasir bercampur keringat.
Perkenalkan tokoh cerita kali ini;
Nama: Cempluk binti Prapto
Usia: 4 tahun
Nama orang tua: Bu Prapto dan Pak Prapto
Hobi: bermain boneka, bermain pasir, berbicara dengan binatang, tumbuhan
Cita-cita: menjadi dokter hewan yang masih anak-anak karena cempluk takut dengan binatang yang sudah besar karena pengalaman pernah dikejar induk ayam.
Itulah sekilas tentang Cempluk yang sementara bisa penulis ungkapkan di sini.
"Cempluuuk......dipanggil dari tadi kok ndak njawab to nduk, itu lho bulik mu datang." lanjut Emak. "Lek Surti?" matanya berbinar tak percaya. "Iya sana, tapi...." belum selesai Emak berbicara, segera saja Cempluk berlari ke ruang tamu. "Cuci tangan dan muka mu dulu nduuuuk.....!" sambung Emak.
"Lek Surti.....mana boneka buatku?" Mata cempluk mengamat-amati tas yang dibawa Bulik nya. "Ndak mau lah....kalau bonekanya Lek kasih sekarang, malah kotor semua kena pasir di tanganmu." kata Bulik. Segera Cempluk berlari ke kamar mandi, mencuci tangan dan muka sekenanya saja lalu segera kembali menghadap Bulik Surti. "Mana Lek? Mana....?" Cempluk sudah tidak sabar. "Ini lho....." kata Bulik sambil mengeluarkan sebuah boneka dari dalam tasnya.
"Ahhhh.....bayi kelinci.....!" sambil segera mengambil dan kemudian memeluk erat boneka kelinci warna kuning itu. "Mau dikasih nama siapa?" tanya Bulik. "Klenthing Kuning Lek, seperti gadis baik hati yang di dongengkan bapak semalam." Jawab Cempluk dengan cepat. Rupanya dia masih terkagum-kagum dengan kisah dan perangai Klenthing Kuning yang baik hati.
"Bilang apa Cempluk?" Tanya Emak mengingatkan. "Terimakasih Lek Surti....." jawabnya girang sambil meremas boneka barunya.
"Ahhhh.....bayi kelinci.....!" sambil segera mengambil dan kemudian memeluk erat boneka kelinci warna kuning itu. "Mau dikasih nama siapa?" tanya Bulik. "Klenthing Kuning Lek, seperti gadis baik hati yang di dongengkan bapak semalam." Jawab Cempluk dengan cepat. Rupanya dia masih terkagum-kagum dengan kisah dan perangai Klenthing Kuning yang baik hati.
"Bilang apa Cempluk?" Tanya Emak mengingatkan. "Terimakasih Lek Surti....." jawabnya girang sambil meremas boneka barunya.
Bulik Surti ini adalah adik dari Bu Prapto yang kerja di sebuah pabrik sepatu di sebuah kota besar, dan kos di sana. Biasanya sebulan sekali akan datang ke rumah Bu Prapto dan menginap barang 1 atau 2 malam sekedar melepas rindu dengan keponakan kesayangannya. Saat pulang, tak lupa selalu membawa oleh-oleh, terkadang kue, buku, baju, mainan, sepatu, dan yang terkahir ini adalah boneka kelinci.
Saat ini Emak sedang asyik melepas kangen dan ngobrol ke sana ke mari dengan Bulik Surti. Sementara Cempluk sudah di kamar tidurnya. "Lho masak sudah mau tidur, kan masih sore?" tanya Emak sedikit penasaran. Ternyata Cempluk sedang sibuk memilah-milah baju dari dalam lemari bajunya. Dia sedang membolak-balik baju di rak yang paling bawah, yang berisi baju-baju lamanya yang sudah kekecilan.
"Nah ini bagus warna pink", bisiknya pelan sambil menarik kaos pink bergambar bebek kuning kecil di bagian kanannya. Segera dia pakaikan ke bonekanya. "Yah....masih kebesaran. Tapi baju ini cocok buat si Kuning." kata Cempluk pelan. Dilipatnya kembali baju itu lalu disimpan, bukan di lemari melainkan dia letakkan di bawah kasur. "Aku simpan di sini dulu, biar besok tidak perlu susah-susah mencarinya lagi. Sabar ya Kuning." katanya pada si Kuning sambil mengelus-elus kepala bonekanya itu.
"Nah ini bagus warna pink", bisiknya pelan sambil menarik kaos pink bergambar bebek kuning kecil di bagian kanannya. Segera dia pakaikan ke bonekanya. "Yah....masih kebesaran. Tapi baju ini cocok buat si Kuning." kata Cempluk pelan. Dilipatnya kembali baju itu lalu disimpan, bukan di lemari melainkan dia letakkan di bawah kasur. "Aku simpan di sini dulu, biar besok tidak perlu susah-susah mencarinya lagi. Sabar ya Kuning." katanya pada si Kuning sambil mengelus-elus kepala bonekanya itu.
"Sudah makan nduk?" Tanya bapak yang ternyata sudah pulang dari berjualan kelapa di pasar. "Oh...bapak, belum pak", jawab Cempluk sedikit terkejut dengan kehadiran Bapaknya yang tiba-tiba. "Ya sudah segera menyusul Emak dan Bulik mu sana. Tadi bapak belikan sate ayam kesukaanmu di warung Mak Jum, Mak Jum lebihin 2 tusuk buat kamu nduk, kangen katanya." cerita Bapak panjang lebar. Tanpa mengomentari ucapan bapaknya, cempluk langsung bergegas menuju dapur untuk segera menyantap menu favoritnya. "Hemmm..." Bapak menghela nafas.
Mereka berempat makan sore dengan menu yang istimewa sambil sesekali bersendau gurau. Suasana jadi lebih ramai. Saat makan, Cempluk pun membawa serta si Kuning, dan berpura-pura menyuapinya. "Aku sudah menemukan baju baru buat si Kuning, mungkin 2 hari lagi bajunya akan siap." Cempluk memberi pengumuman. "Maksudnya kamu bikin sendiri?" tanya Lek Surti. "Ndak, tapi aku siapin tinggal nunggu 2 hari lagi, baru bisa dipakai oleh Kuning." "Oh...." jawab Bulik aga ragu karena sebenarnya tidak mengerti maksud "disiapkan". Bapak dan Ibu pun hanya mengangkat bahu saat Bulik melirik ke arah keduanya. Mereka pun kembali larut dengan tusuk-tusuk sate ayam itu dan cerita-cerita Lek Surti tentang hingar bingarnya kehidupan di kota besar.
Dua hari kemudian, sayang sekali Bulik sudah pulang kemarin harinya. Hari itu, pagi-pagi sekali, setelah bangun tidur, Cempluk segera melihat di balik kasur, mengambil baju pink, dan segera memakaikan pada boneka kelincinya. Diamat-amatinya baju yang telah menutupi badan bonekanya, dengan kepala agak miring ke kanan, alisnya terkernyit. "Kok masih besar sih...., jadinya masih longgar. Oh mungkin aku kurang lama menyimpannya, mungkin besok sudah pas dan bisa kamu pakai, kata Cempluk pada si Kuning." Kembali dilipat dan disimpannya baju itu di bawah kasur.
Keesokan harinya, dia periksa lagi, dipakaikan baju itu pada boneka kelincinya. "Lho kok masih kebesaran sih. Masak kurang lama?" Cempluk masih terheran-heran dan tidak mengerti. Pak Prapto dan Bu Prapto hanya memperhatikan saja kebiasaan baru anak semata wayangnya itu. Agak heran juga, tapi dibiarkannya saja, karena memang begitulah perilaku Cempluk selama ini selalu memiliki kebiasaan-kebiasaan baru yang agak unik. Di lain hari Cempluk menggambar semua mainan yang dimiliknya dengan alasan untuk membuat daftar mainan yang sudah dimilikinya, nanti kalau Lek Surti datang, dia bisa meminta oleh-oleh mainan yang belum dipunyainya.
Menurut Pak Prapto dan Bu Prapto selama kebiasaan-kebiasaan itu tidak membahayakan, mereka membiarkannya saja, memberi ruang untuk Cempluk melakukan sesuatu dan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan tetap mengawasi tanpa mengganggu privasi Cempluk sebagai anak-anak.
Besoknya Cempluk melakukan hal yang sama mengamat-amati baju pink itu dan memakaikan ke bonekanya, besok juga, dan besoknya lagi, kali ini wajahnya semakin cemberut, dan terlihat semakin kesal.
"Wa...............! Hu...hu.....!!" akhirnya kekecewaan Cempluk meledak juga pagi itu. Emak tergopoh-gopoh segera mendekati sumber suara tangis. "Ada apa to Nduk? Bikin kaget Emak." "Ini lho Mak...., bajunya kok lama banget jadi kecilnya....." Cempluk berusaha menjelaskan dengan suara tersendat oleh tangisnya. "Maksudnya gimana to Nduk?" tanya Emak yang tak mengerti maksud anak semata wayangnya itu.
"Ini lho Mak, bajuku yang sudah kecil ini mau tak kecilin lagi, mau tak pakaikan ke boneka baru yang dikasih Lek Surti." kali ini suaranya sudah agak lencar. "Dikecilkan gimana to Nduk?" tanya Emak mencoba menangkap maksud gadis kecilnya. "Ya dikecilkan, disimpan di bawah kasur, nanti kan lama-lama kecil sendiri kayak baju-bajunya Cempluk yang lain-lain itu, kalau lama disimpan kan nanti jadi kecil, dan ndak muat lagi dipakai Cempluk, trus Emak belikan baju baru lagi buat Cempluk." Cempluk nyerocos agak sedikit ingin menangis melihat Emaknya yang ternyata belum paham-paham juga atas maksud penjelasannya.
"Oh....Emak paham dengan jalan pikiran cempluk sekarang." kata Emak dalam hati. Memang kadangkala Cempluk tiba-tiba membongkar isi lemari, jika menemukan baju lamanya yang dia sukai gambarnya, dia ingin pakai lagi, tapi Emak selalu bilang, "sudah ndak cukup", "bajunya sudah kecil ndak cukup lagi buat Cempluk", "nanti Emak belikan lagi, kita cari gambar yang seperti itu nanti di pasar." Yah begitulah kira-kira ucapan Emak jika Cempluk tiba-tiba memaksa ingin memakai baju yang dulu pernah disukainya.
Rupanya selama ini cempluk salah paham, dia berpikir bahwa bajunya lah yang mengecil dan bukan badannya sebenarnya yang semakin tumbuh. Emak juga merasa bersalah karena memberikan penjelasan yang keliru. Emak pun mencoba menjelaskan. "Oalah Nduk....sebenarnya yang mengecil itu bukan bajunya, tapi badan Cempluk yang tambah besar dan tambah tinggi, jadi bajunya sudah tidak cukup lagi dipakai".
"Lha terus bonekaku ndak dapat baju Mak karena bajunya ndak bisa kecil? Boneka bisa besar ndak mak? atau Emak mau belikan baju buat si Kuning?" tanya cempluk nyerocos. "Heemm....coba Emak kecilin ya, bajunya dipotong dulu lalu dijahit dengan benang, kalau si Kuning ndak bisa besar, kan cuma boneka, ndak bisa makan, dan ndak bisa minum." jelas Emak dengan tenang. "O...gitu ya Mak, ya udah nanti Kuning aku minta bersabar nunggu baju barunya." kali ini Cempluk mulai paham dan mereda kekecewaannya.
Cempluk pun kembali asyik dengan bonekanya. Sementara Emak mau menyiapkan sarapan dulu sebelum memulai mengecilkan baju buat si Kuning.
#Ayat hari ini:
Surat Al-Bayyinah (Bukti) ayat 1-5
Mereka berempat makan sore dengan menu yang istimewa sambil sesekali bersendau gurau. Suasana jadi lebih ramai. Saat makan, Cempluk pun membawa serta si Kuning, dan berpura-pura menyuapinya. "Aku sudah menemukan baju baru buat si Kuning, mungkin 2 hari lagi bajunya akan siap." Cempluk memberi pengumuman. "Maksudnya kamu bikin sendiri?" tanya Lek Surti. "Ndak, tapi aku siapin tinggal nunggu 2 hari lagi, baru bisa dipakai oleh Kuning." "Oh...." jawab Bulik aga ragu karena sebenarnya tidak mengerti maksud "disiapkan". Bapak dan Ibu pun hanya mengangkat bahu saat Bulik melirik ke arah keduanya. Mereka pun kembali larut dengan tusuk-tusuk sate ayam itu dan cerita-cerita Lek Surti tentang hingar bingarnya kehidupan di kota besar.
Dua hari kemudian, sayang sekali Bulik sudah pulang kemarin harinya. Hari itu, pagi-pagi sekali, setelah bangun tidur, Cempluk segera melihat di balik kasur, mengambil baju pink, dan segera memakaikan pada boneka kelincinya. Diamat-amatinya baju yang telah menutupi badan bonekanya, dengan kepala agak miring ke kanan, alisnya terkernyit. "Kok masih besar sih...., jadinya masih longgar. Oh mungkin aku kurang lama menyimpannya, mungkin besok sudah pas dan bisa kamu pakai, kata Cempluk pada si Kuning." Kembali dilipat dan disimpannya baju itu di bawah kasur.
Keesokan harinya, dia periksa lagi, dipakaikan baju itu pada boneka kelincinya. "Lho kok masih kebesaran sih. Masak kurang lama?" Cempluk masih terheran-heran dan tidak mengerti. Pak Prapto dan Bu Prapto hanya memperhatikan saja kebiasaan baru anak semata wayangnya itu. Agak heran juga, tapi dibiarkannya saja, karena memang begitulah perilaku Cempluk selama ini selalu memiliki kebiasaan-kebiasaan baru yang agak unik. Di lain hari Cempluk menggambar semua mainan yang dimiliknya dengan alasan untuk membuat daftar mainan yang sudah dimilikinya, nanti kalau Lek Surti datang, dia bisa meminta oleh-oleh mainan yang belum dipunyainya.
Menurut Pak Prapto dan Bu Prapto selama kebiasaan-kebiasaan itu tidak membahayakan, mereka membiarkannya saja, memberi ruang untuk Cempluk melakukan sesuatu dan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan tetap mengawasi tanpa mengganggu privasi Cempluk sebagai anak-anak.
Besoknya Cempluk melakukan hal yang sama mengamat-amati baju pink itu dan memakaikan ke bonekanya, besok juga, dan besoknya lagi, kali ini wajahnya semakin cemberut, dan terlihat semakin kesal.
"Wa...............! Hu...hu.....!!" akhirnya kekecewaan Cempluk meledak juga pagi itu. Emak tergopoh-gopoh segera mendekati sumber suara tangis. "Ada apa to Nduk? Bikin kaget Emak." "Ini lho Mak...., bajunya kok lama banget jadi kecilnya....." Cempluk berusaha menjelaskan dengan suara tersendat oleh tangisnya. "Maksudnya gimana to Nduk?" tanya Emak yang tak mengerti maksud anak semata wayangnya itu.
"Ini lho Mak, bajuku yang sudah kecil ini mau tak kecilin lagi, mau tak pakaikan ke boneka baru yang dikasih Lek Surti." kali ini suaranya sudah agak lencar. "Dikecilkan gimana to Nduk?" tanya Emak mencoba menangkap maksud gadis kecilnya. "Ya dikecilkan, disimpan di bawah kasur, nanti kan lama-lama kecil sendiri kayak baju-bajunya Cempluk yang lain-lain itu, kalau lama disimpan kan nanti jadi kecil, dan ndak muat lagi dipakai Cempluk, trus Emak belikan baju baru lagi buat Cempluk." Cempluk nyerocos agak sedikit ingin menangis melihat Emaknya yang ternyata belum paham-paham juga atas maksud penjelasannya.
"Oh....Emak paham dengan jalan pikiran cempluk sekarang." kata Emak dalam hati. Memang kadangkala Cempluk tiba-tiba membongkar isi lemari, jika menemukan baju lamanya yang dia sukai gambarnya, dia ingin pakai lagi, tapi Emak selalu bilang, "sudah ndak cukup", "bajunya sudah kecil ndak cukup lagi buat Cempluk", "nanti Emak belikan lagi, kita cari gambar yang seperti itu nanti di pasar." Yah begitulah kira-kira ucapan Emak jika Cempluk tiba-tiba memaksa ingin memakai baju yang dulu pernah disukainya.
Rupanya selama ini cempluk salah paham, dia berpikir bahwa bajunya lah yang mengecil dan bukan badannya sebenarnya yang semakin tumbuh. Emak juga merasa bersalah karena memberikan penjelasan yang keliru. Emak pun mencoba menjelaskan. "Oalah Nduk....sebenarnya yang mengecil itu bukan bajunya, tapi badan Cempluk yang tambah besar dan tambah tinggi, jadi bajunya sudah tidak cukup lagi dipakai".
"Lha terus bonekaku ndak dapat baju Mak karena bajunya ndak bisa kecil? Boneka bisa besar ndak mak? atau Emak mau belikan baju buat si Kuning?" tanya cempluk nyerocos. "Heemm....coba Emak kecilin ya, bajunya dipotong dulu lalu dijahit dengan benang, kalau si Kuning ndak bisa besar, kan cuma boneka, ndak bisa makan, dan ndak bisa minum." jelas Emak dengan tenang. "O...gitu ya Mak, ya udah nanti Kuning aku minta bersabar nunggu baju barunya." kali ini Cempluk mulai paham dan mereda kekecewaannya.
Cempluk pun kembali asyik dengan bonekanya. Sementara Emak mau menyiapkan sarapan dulu sebelum memulai mengecilkan baju buat si Kuning.
#Ayat hari ini:
Surat Al-Bayyinah (Bukti) ayat 1-5
- Orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (agama mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata,
- (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al-Qur'an),
- di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar).
- Dan tidaklah terpecah belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata.
- Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar