Hari ini saya berkali-kali dibuat meleleh alias terharu oleh perilaku anak saya. Awal ceritanya begini. Siang tadi, jam set 3, saya dan suami saya ada appointment dengan GP atau istilahnya dokter umum untuk mencari tahu tentang vaksin apa saja yang kira-kira dibutuhkan sebagai persiapan untuk pergi ke Saudi Arabia. Setelah dijelaskan ini dan itu oleh nurse yang bertugas hari itu, kami pun setuju untuk divaksin saat itu juga. Meski dalam hati saya deg-deg an membayangkan jarum.
Drama dimulai, anak saya mulai gelisah, ingin keluar dari ruangan. Matanya mulai berkaca-kaca, setelah kami tanya, ternyata dia tidak mau melihat kami berdua disuntik. Dia ngotot untuk menunggu di luar ruangan meski sendirian. Dia sempat menangis sesenggukan. Nurse sempat bingung dengan reaksinya itu, setelah kami jelaskan, nursenya pun paham.
Kami berdua pun disuntik sebanyak 4 kali dengan 4 jenis vaksin yang berbeda (mantab sekali kan?). Saya pun merasa bangga dengan diri saya sendiri, sebagai salah seorang yang beraliran takut jarum tulen, Alhamdulillah bisa melewati 4 kali suntik dalam waktu kurang dari 1 menit (rekor). Setelah selesai, nurse pun mewanti-wanti bahwa efek samping dari vaksin yang akan dialami adalah lengan akan kaku dan agak nyeri jika digerakkan, plus mungkin sedikit demam. Kamipun tersenyum-senyum saja sambil membayangkan jika efek sampingnya terasa hehehe.... Anak kami waktu itu sudah kembali ke dalam ruangan, dan turut mendengarkan perkataan nurse.
Sesampainya di rumah, nah...nyeri-nyeri mulai semriwing. kami pun berkali-kali mengingatkan anak kami agar hati-hati untuk tidak menyenggol lengan kami berdua, tidak minta gendong, ataupun tidak bermain gelitikan. Alhamdulillah dia nurut sekali. Saya dan suami pun berselonjoran di atas tempat tidur sambil menikmati cenut-cenutnya bahu kami, sementara anak kami bermain sendirian. Karena merasa kasihan melihat dia yang bingung dengan aktivitas, saya pun meminta dia untuk mengambil Al-Qur'an. Dia pun mengaji sambil saya simak, dilanjutkan hafalan. Setelahnya lagi, dilanjutkan dengan mengerjakan PR dari summer school nya di masjid Tauhid.
Waktunya makan malam pun tiba. Suami bilang jika nasi telah habis. "Ow...harus masak nasi nih, aduh", keluh saya sambil memegangi bahu kanan yang memang terasa lebih nyeri daripada bahu sebelah kiri. "Umi, aku ndak usah makan nasi. Aku dibikinin milkshake pisang aja sama es krim", kata Ara. "Nah tuh, itu sudah bikin kenyang", kata suami saya.
Saya dan Ara pun pergi ke dapur. Tanpa disuruh, waktu itu Ara dengan cekatan membantu mengambil es krim dan memasukkan ke dalam blender, mengambil sendok, mengembalikan susu, dan mengambil gelas, tanpa saya suruh sama sekali. Setelah milkshake siap, tanpa membutuhkan waktu lama, dia sudah menghabiskan 2 gelas milkshake, masyaAllah, dan diakhiri dengan sendawa yang besar. Alhamdulillah, kenyang rupanya. Kemudian saya minta dia untuk sholat Ashar sendirian karena saya sedang tidak sholat, dan abinya sudah sholat terlebih dahulu. Kali ini dia melaksanakan sholat tanpa menunda atau menunggu saya menyuruhnya untuk yang kedua kalinya.
Selesai sholat, saya minta dia untuk ke kamar mandi dan gosok gigi. Kemudian bersiap untuk tidur. Sebelum tidur, dia bertanya "Umi, do you need my help?" "No", jawab saya sekenanya sambil membuka laptop. "If you need my help, you can splash my face with water, I will wake up and help you." Perkataannya yang terakhir inilah yang paling membuat saya meleleh hik...hik... Rupanya dia sangat memperhatikan rasa sakit yang saya alami. Saya pun memeluk dan menciumnya, mengucapkan terimakasih berulang-kali karena telah menjadi anak yang solehah hari. Saya tata letak selimutnya, dan tak lama kemudian dia sudah terlelap. Terimakasih Ya Allah telah mengaruniakan kepada kami seorang anak yang baik hati :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar