Ara bersekolah di Newcastle masuk Year 1 atau sama dengan kelas 1. Anak-anak di sini rata-rata masuk kelas 1 saat usia mereka 5 tahun per akhir Agustus. Ara lahir bulan di bulan Oktober tahun 2006, dan tahun 2012 usianya hampir 6 tahun, namun tetap masuk year 1, sehingga di kelasnya Ara termasuk usianya matang, dibanding anak-anak lain yang lahir di bulan-bulan sebelumnya. Rata-rata teman Ara kelahiran 2007.
Seorang teman menceritakan sebuah pengalaman bahwa ada anak kembar yang kebetulan lahir, salah satunya masih di bulan Agustus akhir, sedangkan kembarannya lahir kurang lebih 5 menit kemudian, namun sudah masuk bulan September. Jadilah saat sekolah yang lahir di bulan Agustus masuk year 1 dan yang lahir September masuk kelas Reception (semacam TK B). Meskipun jeda hanya 5 menit saja, namun pihak sekolah menerapkan demikian aturannya. Dan memang tahun ajaran baru di sini adalah bulan September, bukan bulan Juli seperti di Indonesia.
Mendatangi sekolah baru.
Kami semua datang ke sekolah setelah mendapat surat pemberitahuan dari pihak sekolah. Disana kami mengisi beberapa formulir terkait identitas anak, dan siapa yang perlu dihubungi pihak sekolah pertama kali jika ada kasus-kasus mendadak. Maka diputuskanlah abinya Ara saja, karena saya masih belum terbiasa berbicara bahasa setempat dan masih sangat kesulitan mendengarkan obrolan terutama dari telepon. Informasi lain yang diperlukan adalah apakah anak akan membawa bekal untuk makan siang atau berlangganan membeli di sekolah.
Setelah itu pihak sekolah menunjukkan seragam dan tas yang harus dibawa ke sekolah. Boleh membeli di luar atau membeli di sekolah yang bertuliskan nama sekolahnya. Seragam yang dapat dibeli di sekolah hanya 2 macam, yaitu jumper, dan tas saja, sisanya, seperti atasan putih, dan celana hitam atau abu-abu bisa dibeli sendiri di luar.
Selesai sudah kami mengisi formulir, dan beberapa wawancara. Kami dipersilahkan pulang, dan minggu depan Ara sudah diperbolehkan untuk masuk sekolah. Kenapa minggu depan? Karena keeseokan harinya, sekolah libur satu minggu, libur pertengahan term.
Hari-hari pertama masuk sekolah.
Di hari-hari pertamanya, alhamdulillah Ara tidak terlihat menunjukkan gejala cemas, atau malas berangkat sekolah. Saat pulang pun ekspresinya tetap ceria. Beberapa teman bercerita bahwa anak mereka terkadang menangis saat pulang sekolah di minggu-minggu pertama karena merasa frustasi tidak memiliki teman dan tidak bisa berkomunikasi dengan yang lain. Namun ada beberapa kejadian unik.
Saat itu sesampainya di rumah, Ara langsung menuju ke kamar mandi, rupanya dia bab di celana. Saya tanya kenapa bisa demikian, jawabnya sederhana saja, karena dia sebenarnya ingin bab di toilet sekolah namun tidak tau bagaimana cara meminta ijin ke kamar mandi dalam bahasa Inggris. Keesokan harinya, saya bekali Ara 1 kalimat sederhana jika ingin ke toilet "I need to go to toilet Miss". Alhamdulillah cara ini berhasil. Oiya sebelumnya saya juga harus mengajari Ara bagaimana cara membersihkan diri dengan tissu, karena di sekolah tidak tersedia air di toiletnya.
Beberapa hari kemudian, topi Ara ketinggalan di sekolah. Sebenarnya kurang tepat jika disebut ketinggalan, dia lupa menaruhnya dimana, dan saat hendak pulang, dia tidak berhasil menemukan topi itu. Saya tanya mengapa tidak menanyakan atau minta tolong guru di kelas. Ara menjawab tidak tahu cara minta tolong dalam bahasa Inggris. Paginya sbelum berangkat, saya bekali 1 kalimat sederhana lagi "I lost my hat yesterday, Can you please help me to find it?". Karena terlalu panjang, maka saya juga membekalinya dengan sebuah surat yang isinya ciri-ciri topi yang hilang, dan ungkapan minta tolong, serta ucapan terimakasih.
Alhamdulillah saat pulang sekolah, Ara sudah kembali mengenakan topinya. Kejadian seperti itu terulang beberapa kali, misalnya saat dia kehilangan tas, scarf, dan lain-lain. Pelan-pelan saya dan abinya membekali kalimat-kalimat sederhana sesuai konteks kejadian saja, agar dia tidak merasa bingung karena banyaknya hal yang harus dihafalkan. Alhamdulillah lama-lama kesulitan dalam bahasa ini bisa terlewati dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan.
Terkadang, saat saya mengobrol dengan gurunya atau menanyakan sesuatu, dan saya kurang mengerti dengan apa yang telah diucapkannya, maka saya minta tolong Ara untuk menjelaskan kepada saya. Ara lebih terbiasa mendengarkan logat setempat, sedangkan saya masih kesulitan, sampai saat ini pun.
Di hari-hari pertamanya, alhamdulillah Ara tidak terlihat menunjukkan gejala cemas, atau malas berangkat sekolah. Saat pulang pun ekspresinya tetap ceria. Beberapa teman bercerita bahwa anak mereka terkadang menangis saat pulang sekolah di minggu-minggu pertama karena merasa frustasi tidak memiliki teman dan tidak bisa berkomunikasi dengan yang lain. Namun ada beberapa kejadian unik.
Saat itu sesampainya di rumah, Ara langsung menuju ke kamar mandi, rupanya dia bab di celana. Saya tanya kenapa bisa demikian, jawabnya sederhana saja, karena dia sebenarnya ingin bab di toilet sekolah namun tidak tau bagaimana cara meminta ijin ke kamar mandi dalam bahasa Inggris. Keesokan harinya, saya bekali Ara 1 kalimat sederhana jika ingin ke toilet "I need to go to toilet Miss". Alhamdulillah cara ini berhasil. Oiya sebelumnya saya juga harus mengajari Ara bagaimana cara membersihkan diri dengan tissu, karena di sekolah tidak tersedia air di toiletnya.
Beberapa hari kemudian, topi Ara ketinggalan di sekolah. Sebenarnya kurang tepat jika disebut ketinggalan, dia lupa menaruhnya dimana, dan saat hendak pulang, dia tidak berhasil menemukan topi itu. Saya tanya mengapa tidak menanyakan atau minta tolong guru di kelas. Ara menjawab tidak tahu cara minta tolong dalam bahasa Inggris. Paginya sbelum berangkat, saya bekali 1 kalimat sederhana lagi "I lost my hat yesterday, Can you please help me to find it?". Karena terlalu panjang, maka saya juga membekalinya dengan sebuah surat yang isinya ciri-ciri topi yang hilang, dan ungkapan minta tolong, serta ucapan terimakasih.
Alhamdulillah saat pulang sekolah, Ara sudah kembali mengenakan topinya. Kejadian seperti itu terulang beberapa kali, misalnya saat dia kehilangan tas, scarf, dan lain-lain. Pelan-pelan saya dan abinya membekali kalimat-kalimat sederhana sesuai konteks kejadian saja, agar dia tidak merasa bingung karena banyaknya hal yang harus dihafalkan. Alhamdulillah lama-lama kesulitan dalam bahasa ini bisa terlewati dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan.
Terkadang, saat saya mengobrol dengan gurunya atau menanyakan sesuatu, dan saya kurang mengerti dengan apa yang telah diucapkannya, maka saya minta tolong Ara untuk menjelaskan kepada saya. Ara lebih terbiasa mendengarkan logat setempat, sedangkan saya masih kesulitan, sampai saat ini pun.
PR pertama dari sekolah.
Sejak awal masuk sekolah, PR Ara adalah membaca buku cerita. Buku-buku cerita tersebut berlevel-level. Dari level yang paling rendah yaitu buku cerita bergambar dengan 2 atau 3 kata hingga ke level yang semakin tinggi, yang kalimat-kalimatnya semakin banyak dengan kosa kata yang beraneka ragam. Dari PR membaca itulah perbendaharaan kosa kata Ara semakin meningkat.
Selama kelas 1 ini, PR Ara masih seputar membaca, setiap minggu, guru akan mengecek sejauh mana kemampuan Ara dalam membaca dan memahami cerita. Jadi cara memantau perkembangannya, selain anak diminta membaca di depan guru, anak juga diajak berdiskusi tentang isi buku yang telah dibacanya. Hasil evaluasi akan ditulis di buku diary membaca anak.
Ara sempat diturunkan level membacanya karena beberapa kali guru menemukan Ara beberapa kali melewati kata yang harus dibacanya. Memang akhir-akhir ini Ara suka membaca cepat, karena sudah mulai terbiasa, namun efek negatifnya adalah beberapa kata jadi sering terlewati. Dalam buku diary nya, guru meminta agar Ara berlatih membaca dengan pelan dan hati-hati. Guru akan mengganti buku yang dipinjamkan pada anak jika guru merasa anak sudah mencapai target yang diberikan.
Efek positif dari PR membaca yang selalu diberikan tiap hari adalah Ara jadi lebih suka membaca, terutama jika mendapat buku baru dari gurunya. Dia juga mulai tertarik membaca koran yang tergelak di meja, sambil sesekali menanyakan arti dari kata-kata yang tida ia mengerti. Ara juga semangat jika diajak ke perpustakaan, karena dia bebas memilih buku apa saja yang ingin dia baca. Akhir-akhir ini dia mulai tertarik dengan buku non-fiksi. Saya pun berinisiatif mendaftarkan Ara sebagai anggota Bear Club, yaitu anggota perpustakaan yang sebenarnya dikhususkan untuk anak usia 5 tahun ke bawah. Alhamdulillah meski usia Ara 7 tahun saat mendaftar, namun penjaga perpustakaan mengijinkannya. Ara menjadi lebih semangat lagi ke perpustakaan karena akan mendapat reward berupa stempel di passport kartu anggotanya, dan bisa ditukarkan dengan sertifikat jika meraih 6 stempel.
Sedikit informasi tentang Bear Club.
Club ini sangat menarik, dan sangat baik jika diterapkan di Indonesia. Setiap bayi yang lahir di sini, akan diberi formulir baik oleh pihak Rumah Sakit tempat melahirkan atau oleh health visitor yang bertugas memantau kesehatan bayi di rumah. Keanggotaannya gratis, hanya mengisi formulir saja. Bayangkan saja, baru lahir kemarin, eh sudah punya kartu perpustakaan....benar-benar kebiasaan membaca yang dimulai sejak dini ya.... Ibu juga mendapatkan satu paket buku kain yang bisa dibacakan dan mulai dikenalkan pada bayinya yang baru lahir tersebut. Selama ini saya tidak terpikir untuk memberi kado buku pada bayi yang baru lahir, paling baju, selimut, atau perlengkapan bayi yang lain. Namun buku.....ternyata bisa dijadikan kado, dan menurut saya akan lebih bermanfaat tentunya.
Dan sudah menjadi hal yang wajar atau malah suatu kewajiban bagi setiap orang tua untuk mengenalkan membaca pada anak-anak mereka sedini mungkin, karena saat rasul menerima wahyu pertama kalipun yang beliau dengar adalah IQRO'.....subhanallah.
Sejak awal masuk sekolah, PR Ara adalah membaca buku cerita. Buku-buku cerita tersebut berlevel-level. Dari level yang paling rendah yaitu buku cerita bergambar dengan 2 atau 3 kata hingga ke level yang semakin tinggi, yang kalimat-kalimatnya semakin banyak dengan kosa kata yang beraneka ragam. Dari PR membaca itulah perbendaharaan kosa kata Ara semakin meningkat.
Selama kelas 1 ini, PR Ara masih seputar membaca, setiap minggu, guru akan mengecek sejauh mana kemampuan Ara dalam membaca dan memahami cerita. Jadi cara memantau perkembangannya, selain anak diminta membaca di depan guru, anak juga diajak berdiskusi tentang isi buku yang telah dibacanya. Hasil evaluasi akan ditulis di buku diary membaca anak.
Ara sempat diturunkan level membacanya karena beberapa kali guru menemukan Ara beberapa kali melewati kata yang harus dibacanya. Memang akhir-akhir ini Ara suka membaca cepat, karena sudah mulai terbiasa, namun efek negatifnya adalah beberapa kata jadi sering terlewati. Dalam buku diary nya, guru meminta agar Ara berlatih membaca dengan pelan dan hati-hati. Guru akan mengganti buku yang dipinjamkan pada anak jika guru merasa anak sudah mencapai target yang diberikan.
Efek positif dari PR membaca yang selalu diberikan tiap hari adalah Ara jadi lebih suka membaca, terutama jika mendapat buku baru dari gurunya. Dia juga mulai tertarik membaca koran yang tergelak di meja, sambil sesekali menanyakan arti dari kata-kata yang tida ia mengerti. Ara juga semangat jika diajak ke perpustakaan, karena dia bebas memilih buku apa saja yang ingin dia baca. Akhir-akhir ini dia mulai tertarik dengan buku non-fiksi. Saya pun berinisiatif mendaftarkan Ara sebagai anggota Bear Club, yaitu anggota perpustakaan yang sebenarnya dikhususkan untuk anak usia 5 tahun ke bawah. Alhamdulillah meski usia Ara 7 tahun saat mendaftar, namun penjaga perpustakaan mengijinkannya. Ara menjadi lebih semangat lagi ke perpustakaan karena akan mendapat reward berupa stempel di passport kartu anggotanya, dan bisa ditukarkan dengan sertifikat jika meraih 6 stempel.
Sedikit informasi tentang Bear Club.
Club ini sangat menarik, dan sangat baik jika diterapkan di Indonesia. Setiap bayi yang lahir di sini, akan diberi formulir baik oleh pihak Rumah Sakit tempat melahirkan atau oleh health visitor yang bertugas memantau kesehatan bayi di rumah. Keanggotaannya gratis, hanya mengisi formulir saja. Bayangkan saja, baru lahir kemarin, eh sudah punya kartu perpustakaan....benar-benar kebiasaan membaca yang dimulai sejak dini ya.... Ibu juga mendapatkan satu paket buku kain yang bisa dibacakan dan mulai dikenalkan pada bayinya yang baru lahir tersebut. Selama ini saya tidak terpikir untuk memberi kado buku pada bayi yang baru lahir, paling baju, selimut, atau perlengkapan bayi yang lain. Namun buku.....ternyata bisa dijadikan kado, dan menurut saya akan lebih bermanfaat tentunya.
Dan sudah menjadi hal yang wajar atau malah suatu kewajiban bagi setiap orang tua untuk mengenalkan membaca pada anak-anak mereka sedini mungkin, karena saat rasul menerima wahyu pertama kalipun yang beliau dengar adalah IQRO'.....subhanallah.