Terkadang masa lalu memang tidak selalu indah untuk dibicarakan. Lebih elok mungkin jika disimpan rapat-rapat karena bisa jadi masa lalu itu adalah aib bagi si empunya cerita. Di sisi yang lain, masa lalu yang kita anggap tidak indah itu bisa menjadi pelajaran yang kita ambil hikmahnya. Seperti halnya dengan sekelumit kisah yang akan saya ceritakan berikut ini.
Suatu siang, tiba-tiba Mas Kos ( anak dari ibu kos tempat saya nge-kos saat SMA) memberitahu saya bahwa salah seorang adik kelas perempuan di SMA saya sedang teler alias nge-fly di trotoar jalan karena obat terlarang. Saya sempat kaget dan memastikan informasi yang dia dapatkan. Namun si Mas ini meyakinkan saya karena dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sayang sekali, saya tidak terlalu dekat hubungan pertemanan saya dengan adik kelas yang dia maksud ini, tapi saya tahu nama dan wajahnya. Sesekali saja ngobrol dengan si adik kelas ini.
Setelah cerita yang saya dapatkan itu, pandangan saya terhadap adik ini sedikit berubah. Otomatis berita tidak bagus itu mempengaruhi pemikiran saya dan sudut pandang saya. Namun karena merasa tidak dekat sehingga perubahan pandangan itu tidak membuat sikap saya berubah terhadapnya, hanya saya merasa jadi sedikit lebih tahu tentang sisi buruknya. Tanpa sadar dalam hati saya melabelinya dengan "bukan anak perempuan baik-baik".
Tahun demi tahun berlalu. Saya sudah lulus SMA, dan melanjutkan kuliah di sebuah universitas. Begitupun dengan adik kelas saya ini, pastinya dia juga sudah lulus dan entah kemana.
Suatu hari, organisasi keislaman di kampus sedang mengadakan sebuah acara yang mengundang seluruh mahasiswa dari universitas manapun untuk mengikuti acara ini. Saya melihat sesosok wajah yang sangat mirip dengan wajah adik kelas saya. Saya penasaran, dan tanpa sadar mengamatinya begitu lama. "Hei mbak gimana kabarnya?", tiba-tiba wajah yang saya pandangi dari tadi melihat ke arah saya dan menyapa dengan hangatnya. Senyumnya yang lebar, dan balutan kerudung yang lebar pula menambah saya semakin kaget dan sejenak terpaku.
Sekilas ingatan masa lalu itu kemudian berputar-putar di atas kepala. Berbagai macam pertanyaan timbul, benarkah ini dia? Bagaimana bisa dia berubah? Apa kira-kira yang terjadi padanya? "Baik, gimana kabarnya? Kuliah di mana?" Tanya saya sambil mencoba menghapus bayangan-bayangan yang berputar-putar di benak. Dan pertanyaan-pertanyaan itupun saya tahan agar tidak keluar dari mulut ini. Kamipun mengobrol seputar kuliahnya, tidak berani lebih jauh dari itu.
MasyaAllah, sungguh transformasi yang sangat luar biasa bagi saya. Penampilannya yang dulu dan yang sekarang sudah sangat berbeda 180 derajat. Jika saya yang sudah berjilbab sejak SMA hingga kuliah dengan model jilbab dan perilaku yang itu-itu saja. Sebaliknya, dia yang dulu penampilannya belum berjilbab dan kini berbalut rok lebar, baju longgar, dan kerudung yang terjulur menutupi lebih dari separuh badannya. Sungguh saya merasa mendapatkan suatu pelajaran dari pertemuan dengan adik kelas yang satu ini.
Betapa kita tidak dapat menilai seseorang dari masa lalunya. Jika saja saya tidak pernah bertemu lagi dengannya, mungkin cerita buruknyalah yang akan tetap menempel di kepala ini. Mungkin hanya prasangka-prasangka buruk saja yang kulekatkan pada dirinya, astaghfirullah. Tanpa sengaja rupanya saya sudah terperosok ke dalam sikap suudzon. Beruntung sekali saya dipertemukan Allah dengannya agar hati saya ini kembali bersih dari berprasangka buruk, dan kembali belajar bahwa bisa jadi orang yang kita anggap kurang baik di masa lalu, dapat berubah menjadi baik dan mungkin bahkan jauuuuuuh lebih baik dari diri kita. Bisa jadi orang yang kita prasangkai selama ini ternyata kini hatinya lebih mudah menerima hidayah Allah dan lebih disayang Allah melebihi sayangnya Allah kepada kita, wallahualam.