Hari ini saya bertemu lagi dengan seseorang yang hebat. Kenapa lagi? Karena sebenarnya semenjak tinggal di sini, beberapa kali saya bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, baik kisah hidupnya, perjuangannya, maupun semangatnya.
Kali ini dia adalah seorang ibu dari Syiria, sudah 7 tahun tinggal di Inggris. Suaminya sudah lebih dulu menetap di Inggris untuk bekerja karena mencari pekerjaan di negara yang penuh konflik bukanlah hal yang mudah. Tiga tahun kemudian barulah kemudian dia menyusul ke negara ini bersama anak bungsunya.
Ibu ini memiliki 5 anak, 2 anaknya masih tinggal di Syiria bersama keluarga kecil mereka, sementara yang 2 lagi tinggal di Swedia. Saya agak kaget sebenarnya saat beliau menceritakan jumlah anaknya, karena pasti akan sangat sibuk, ternyata baru lega setelah beliau melanjutkan ceritanya jika anaknya sudah besar-besar. Malah saya lebih terkejut lagi saat saya tanya usia anak yang paling bungsu ternyata sudah 28 tahun, MasyaAllah, sedangkan ibu ini masih tampak muda, dan sehat. Saya tidak berani menanyakan usia beliau, bahkan sekedar untuk menanyakan usia anaknya yang paling sulung pun rasanya segan, takut menyinggung. Tahu sendiri kan, jika usia itu adalah barang yang tabu untuk ditanyakan, lebih-lebih pada wanita....no...no....no....
Akhirnya saya menanyakan hal lain, tentang bagaimana beliau bisa berkunjung untuk sekedar bertemu dengan anak-anaknya, terutama yang di Syiria. Beberapa bulan yang lalu ternyata ibu ini baru saja menjenguk anaknya yang di Syiria. Anak bungsunya sebenarnya sangat melarang kepergian ibunya ke sana, apalah daya seorang ibu tentu saja akan berbuat apa saja untuk sekedar memastikan keselamatan anaknya yang berada di belahan dunia yang lain. Akhirnya dibuatlah strategi, diam-diam beliau membooking tiket pesawat menuju ke Syiria tanpa diketahui anak laki-laki si bungsu ini. Beliau hanya memberitahu suaminya saja, sedangkan ke anaknya hanya menyampaikan jika akan pergi ke suatu tempat.
Yah....sepandai-pandainya menyimpan rahasia, akhirnya si bungsu tahu juga kemana sebenarnya ibundanya pergi. Nah tahunya pun saat si ibu posisinya masih di Syiria, perasaan sedih dan khawatir tentu memenuhi hati si bungsu. Dan menangislah dia setiap hari selama ditinggal ibundanya, sementara teman-teman si bungsu pun tak lupa ambil bagian untuk menemani si bungsu setiap hari untuk mengurangi kesedihan hatinya. Dan saat ibunya kembali ke Inggris dengan selamat, sungguh kebahagiaan yang sangat luar biasa.
Selama di Syiria, suasana sungguh menegangkan, apalagi saat ibu menggunakan jasa taxi dari bandara menuju ke lokasi rumah anaknya. Semuanya tegang, baik si ibu maupun si sopir taxi itu sendiri, bagaimana tidak, sepanjang jalan bunyi ledakan bom terdengar dari berbagai arah, dan tidak tahu pula bom itu mengarah kemana saja, bisa jadi menjauhi atau mendekati taxi yang sedang ditumpangi. Sungguh saya tidak bisa membayangkan perjalanan yang seperti ini hanya untuk mengunjungi sanak family. Sedangkan ibu ini sudah menunjukkan keberaniannya, dan tidak lagi memperdulikan keselamatannya demi untuk memastikan kondisi anak-anaknya di negara asalnya.
Saat ditanya mengapa anak-anaknya tidak pindah mengikuti dia ke Inggris. Beliau menjelaskan bahwa waktu itu situasinya sulit sehingga hanya mampu mengajak si bungsi saja yang saat itu usianya masih remaja. Sungguh situasi yang sangat sulit bagi beliau dengan keberadaan anak-anaknya yang saling berjauhan apalagi di negara yang sedang berperang. Saya tidak bisa membayangkan saat tiba Ramadhan atau lebaran Idul Adha maupun Idul Fitri, dimana semua keluarga biasanya akan berkumpul bersama dan merayakan dengan saling bermaafan, berpelukan, dan berbagi cerita.
Dari cerita beliau, sungguh saya merasa sangat bersyukur, Indonesia termasuk negara yang aman hingga saat ini, semoga hingga nanti, sampai kapanpun aman, amin. Meskipun banyak sekali cobaan dan hantaman yang hampir-hampir menimbulkan perpecahan, namun selama situasi negara aman, insyaAllah semuanya bisa diperjuangkan, semuanya ada jalan. Semoga Allah juga melindungi beliau dan keluarganya.
Di akhir pertemuan, beliau bertanya kepada saya. "Tahukah kamu kira-kira berapa umur saya?", "Emm...tidak", jawab saya. "Tebak saja, lihat dari raut wajah saya", begitu desaknya. Tentu saja saya tidak nyaman bermain tebak-tebakan soal usia, saya jawab saja "I have no idea". Dengan tersenyum dia menjawab, "I am 55". Saya sekali lagi dibuatnya terkejut. Saya memberanikan diri untuk menanyakan usia anaknya sulungnya. "Dia 38 tahun". "MasyaAllah.....", sahut saya. Dia melanjutkan ceritanya bahwa dia menikah di usia 16 tahun waktu itu, itulah mengapa beliau sudah memiliki anak dewasa di usianya yang baru menginjak 55 tahun.
Ayat hari ini:
Surat Quraisy (Suku Quraisy) ayat 1-4
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah),
yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakukan.