Kamis, 30 Mei 2013

Indonesia


Itu adalah judul buku yang tidak sengaja ditemukan oleh guru kursus di First Step. Jenny, nama guru itu, sangat terkejut saat menemukan buku itu, dan spontan menunjukkan buku itu pada saya dan menawarkan barangkalai saya mau meminjamnya. Saya otomatis menerima tawarannya dengan senang hati, selain merasa senang karena ada buku tentang Indonesia di sini, juga penasaran kira-kira siapa yang menulis dan apa isi tulisannya tentang Indonesia, hal-hal apa saja yang kira-kira menarik bagi penulisnya. Saya bisa melihat perbedaan sudut pandang antara penulis dengan sudut pandang saya sebagai warga negara Indonesia, Yah itung-itung penelitian kecil-kecilan lah....

Buku ini ditulis oleh Fred Martin seorang kelahiran 1948, tidak ada biografi di buku ini yang menuliskan tentang penulis, hanya ada nama itu saja. Buku ini diterbitkan pertama kali di Great Britain oleh Heinemann Library pada tahun 1998. Oleh karena itu isi buku ini kurang lebih menggambarkan situasi Indonesia pada tahun-tahun sebelum itu. Saya tertarik dengan beberapa fakta yang ada di buku ini karena beberapa fakta memang saya baru tahu dari buku ini. Selain itu ada beberapa istilah yang sangat populer di Indonesia dan itu dibahas di buku ini. Penasaran juga...yuk ke paragaraf selanjutnya....semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.

1. Spice Island sebutan untuk pulau Sulawesi
Tahun 1942, Christopher Columbus berlayar ke barat untuk menemukan rute menuju ke pulau Sulawesi, namun Columbus tidak pernah sampai kesana. Alih-alih menemukan pula Sulawesi yang dituju, Columbus malah menemukan Amerika. Kenapa Columbus ingin kesana? Karena pada masa itu Sulawesi terkenal dengan aneka rempah-rempahnya (spice) seperti kemiri, cengkeh, dan lain sebagainya.

2. Inggris menjajah?
Ternyata pada tahun 1811-1814 Britain mencoba untuk mengontrol dan mengambil alih Indonesia dari pemerintahan Belanda, kemudian di tahun itu juga Belanda berhasil mengambil kekuasaan kembali atas Indonesia.

3. Populasi dan pertumbuhan penduduk Indonesia
Pada tahun 1997, Indonesia  jumlah penduduk pertama kalinya mencapai 200 juta jiwa. Dan anak yang dilahirkan dan menjadi penduduk urutan yang ke 200 juta adalah bayi laki-laki yang diberi nama Wahyu Aji Nusantara. Yang lebih mencengangkan adalah, pada masa-masa itu angka kelahiran bayi di Indonesia per harinya mencapai 8.778 bayi....Subhanallah angka yang fantastis...bisa bayangin kan gimana repotnya jadi bidan pada zaman itu?

4 Borneo
Di Indonesia disebut dengan pulau Kalimantan, adalah pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland.

5. Hutan hujan
Hutan tropis di dunia, 10% nya berada di Indonesia. Sekitar 60% wilayah Indonesia terdiri dari hutan tropis ini. Tentu saja kondisi itu terjadi saat penulis melakukan penelitian di Indonesia, tapi gimana sekarang, berapa prosentase hutan di Indonesia saat ini ya?

6. Orang Dayak
Orang Dayak hidup secara tradisional, meteka hidup dalam kelompok- kelompok besar, tinggal di sebuah rumah kayu dengan panjang kurang lebih 150 meter dan lebar 6 meter. Kurang lebih 250 orang bisa tinggal bersama dalam satu bangunan.

7. Trasi dan sambal
Penulis nampaknya tertarik dengan 2 bumbu itu, dan menulikan definisinya. Trasi is a spicy paste made from shrimps........One guide book take care to warn tourist about "fiery red and green peppers". A sambal is spicy dip that often served with meals. Mungkin menurutnya 2 hal itu yang harus diwaspadai turis saat berkunjung di Indonesia he3....tapi orang Belanda jaman dulu suka banget sama terasi hi3...

8. Jam Kare
Saya awalnya bingung memahami apa maksud dari frase tersebut, setelah saya baca kelanjutan tulisannya ternyata yang dimaksud adalah jam karet yang dalam bahasa Inggrisnya ditulis dengan istilah "stretching time". Ternyata istilah ini sangat mengena bagi penulisnya sampai ditulis detil di buku ini, atau barangkali kena efeknya juga he3...

9. Badminton
Olah raga digambarkan penulis sebagai olah raga yang paling difavoritkan di Indonesia. Dan disebutkan pula nama Heryanto Arbiis sebagai juara dunia olah raga ini pada tahun 1997.

10. Silat Gerak Pilihan
Adalah bela diri paling terkenal di Indonesia. Penulis menyebutakn bahwa dalam bela diri ini digunakan juga tongkat yang disebut dengan toya, juga golol...wah apa itu golol? Mungkin yang dimaksud penulis adalah golok kali ya....

Itulah beberapa info menarik tentang Indonesia yang ditulis oleh penulis luar. Sedikit merasa sayang juga jika ada beberapa istilah yang kurang tepat, dan kadang ada beberapa informasi yang menurut sudut pandang saya berbeda ya...mungkin karena saya merasa sebagai orang Indonesia jadi merasa lebih tahu.(lho...kok jadi mengkritik???)....tapi saya sangat menghargai penulis yang berupaya merangkum tentang Indonesia beserta kebudayaannya yang beraneka ragam dalam buku setebal 31 halaman. Emm....semakin bangga menjadi warga Indonesia :-)

Oiya ada kejadian lucu saat Jenny menanyakan berapa jumlah penduduk Indonesia. lalu saya jawab "Mungkin kurang lebih 200 juta", sontak Jenny dan seisi kelas hampir bersamaan mengucapkan "wow.....!!". Lalu mereka mengecek di globe,"Wow tempat sekecil ini, penduduknya sebanyak itu?" tanya salah seorang teman dari Aljazair. "Kalian pasti tinggalnya di rumah-rumah bertingkat-tingkat itu ya (semacam rusun maksudnya)?", sahut seorang teman dari Libya....saya hanya tersenyum...bingung mau menjawab yang mana dulu dan bagaimana menjawabnya dalam bahasa Inggris he3....


Minggu, 26 Mei 2013

Terpaksa Liburan di Rumah




Hari Sabtu dan Minggu yang sangat cerah sebenarnya. Sangat cocok dan akan menyenangkan jika dimanfaatkan untuk berjalan-jalan keluar rumah bersama keluarga sambil membawa sedikit camilan. Duduk bersandar di bawah pohon, tidak usah pakai tikar, cukup duduk saja di atas rerumputan yang tumbuh menghijau di sepanjang spring. Jangan lupa kamera saku yang senantiasa menemani dalam posisi standby agar selalu siap mengambil moment-moment yang tepat, misalnya saat ada burung raven yang sedang mematuk-matuk sisa makanan yang tercecer, atau sekelebat tawa mbak Ara saat berlarian mengejar burung dara, atau saat dia terkejut menemukan sekuntum bunga mungil berwarna merah yang sedang mekar. Emmmm....itu hanya khayalan saja, saat saya mematut diri di depan laptop.

Dua hari ini menahan diri, di rumah saja, jika kemarin saya mengisinya dengan tidur panjang, membaca buku sebentar, bermain game (emak-emak juga bisa kecanduan game ternyata), bersendau-gurau dengan suami dan anak, menonton OVJ, diselingi menonton kartun anak-anak, ini karena kita bertiga saling berebut laptop untuk menonton acara kesukaan masing-masing. Ah...akhirnya suami saya mengalah dan tidur, saya main game lagi, dan mbak Ara juga memainkan game yang lain lagi....lucunya......

Hari ini mencoba mengusir kebosanan, dengan membuka resep-resep yang ada, jika tidak ada mulai googling resep apa saja yang penting disesuaikan dengan bahan yang ada di kulkas. Nah....akhirnya diputuskan membuat batagor, gambar batagor yang ada di resep keluarga Nugraha itu rupanya sangat-sangat menggoda untuk dinikmati. Segera ambil buku dan pulpen, mencatat....sambil sesekali mengingat-ingat bahannya ada atau tidak di dapur...jika tidak ada pakai seadanya saja....kreatif sedikit. Setelah selesai mencatat ternyata ada beberapa bahan yang tidak saya punya, tekad sudah terlanjur bulat, jika ada aral melintang, harus disingkirkan..... Bahan yang kurang adalah bahan ini, bahan itu, dan itu, ganti dengan bahan anu, bahan bla-bla....dan bla.....nah sudah cukup sepertinya. Saya pun mulai memproses rekasi kimia, mengubah bahan mentah menjadi sajian siap santap, lezat? Itu sih urusan lain lagi, yang penting jadi dulu deh...namanya juga nekat.

Setelah 2 jam di laboratorium, Alhamdulillah selesai juga. Ta...da....jadilah siomay tahu....dan batagor.....plus sambel gula merahnya...... Niatnya masak 1 jenis eh ternyata jadinya 2 jenis, Alhamdulillah ini namanya keajaiban proses kimia namanya he3.... Setelah diincip-incip dan dirasa-rasa sambal gula merahnya seperti sambal untuk rujak manis,....mumpung masih semangat....kupas saja nanas yang kemarin dibelikan suami, iris kecil-kecil, colek dengan sambal, emmm.....pas juga, enak, dan persis rujak manis yang pernah saya beli di warungnya emaknya teman saya pas agustusan 25 tahun yang lalu. Saya menikmatinya sembari berdiri di pinggir jalan sambil melihat karnaval 17-an. Sekilas ingatan melayang ke sana....

Ada cerita romantis dibalik buah nanas itu. Waktu saya duduk sambil menikmati segarnya rujak nanas, suami nyeletuk "Itu nanas dibeli dengan penuh rasa cinta...", "maksudnya?", tanya saya. "Iya, pas beli nanas itu, mas muter-muter ke beberapa toko, nggak hanya 1 toko saja, karena mas tahu umi lagi kepingin jadinya mas usahain dan bela-belain nyari sampai ketemu karena mas sayang sama umi...", jelasnya sambil matanya melirik ke arah saya, saya tersenyum..."percaya deh....makasih ya....", jawab saya sambil senyam-senyum menyenggol bahunya....he3.... Itulah sekelumit cerita romantis, "memori buah nanas", yang menurut saya sangat-sangat romantis....hi3....

"Mi...kayaknya enak banget hari ini dipake jalan-jalan, mataharinya cerah", kata suami dari dapur, sedang menyiapkan sate ayam buat mbak Ara. "Males ah bi, enak di rumah aja", jawab saya sambil terus memencet huruf-huruf yang ada di keyboard. Pikiran terus melayang mencoba menghubung-hubungkan antara, demo, teroris, minoritas, dan liburan di rumah.

Sabtu, 11 Mei 2013

Anak 6 tahun itu terancam dicabut 14 giginya


Lho kenapa...?
Saat itu gadis kecil yang baru berumur 6 tahun mengantar ibunya ke sebuah rumah sakit gigi terdekat bersama sang ayah. Awalnya hanya mengantarkan ibunya untuk memeriksakan giginya yang sedang bermasalah. Lalu ayahnya mendapat ide untuk sekaligus mengecek kesehatan gigi putrinya tersebut. Tak lama kemudian, gadis kecil itu diminta me-rongsen seluruh giginya di lab yang ada di sebelah ruangan periksa gigi. Alhamdulillah di RS itu semua lab lengkap jadi bisa segera dilakukan hari itu juga, dan hasilnya juga bisa segera diketahui sesaat setelah rongsen.

Hasil tes yang sangat mencengangkan, yang pertama gadis itu mengalami caries gigi yang menurut dokter setempat sangat parah, yang kedua karena tingkat keparahan yang mengkhawatirkan maka dokter memutuskan agar ke 14 gigi gadis cilik itu dicabut secara bersamaan melalui prosedur operasi. Deg...kedua orang tuanya shock mendengar kabar itu, bagaimana rasanya melihat putri manisnya sekecil itu harus mengalami hal yang disebut "operasi". "Apakah tidak bisa dicabut sebagian dulu dok? Bertahap?", tanya sang ayah. "Prosedurnya akan semakin rumit, dan akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pemulihannya", jawab sang dokter dengan tenang. "Jika setuju dengan prosedur kami, akan segera kami buatkan jadwal operasi agar tidak terjadi infeksi", lanjut dokter sambil menyerahkan kertas yang harus kami tanda-tangani, disitu tertulis jadwal operasi yang tertanggal bulan depan.

Operasi cabut gigi sebanyak 14??? Begitu kata yang terus terngiang-ngiang di benak kedua orang tua gadis kecil itu. Lantas sisa berapa gigi anakku? Bagaimana dia akan makan? Sakitkah nanti? Berapa lama dia akan kembali pulih seperti semula? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus muncul bergantian di pikiran kedua orang tuanya.

Selama perjalanan pulang, dan setelah berdiskusi kilat, akhirnya kedua orang tua itu mengambil langkah-langkah mencari solusi, yaitu:
1. Mencari opini kedua
Akhirnya selama perjalanan pulang, kedua orang tua gadis itu mendatangi klinik gigi dan mendaftarkan gadis kecil itu untuk cek gigi disana, serta menjelaskan apa yang dialami gadis kecilnya, dengan harapan ada solusi yang lebih mudah dan tidak menyakitkan bagi anaknya.  Meski saat operasi nanti sebenarnya si anak akan menerima bius total melalui gas yang dianggap aman dan tidak menyakitkan bagi anak-anak. Tapi kalau harus kehilangan 14 gigi sekaligus, rasanya tetap saja ngeri. Akhirnya disusunlah jadwal cek yang mendahului jadwal operasi.

2. Mencari opini dari orang tua yang berpengalaman
Alhamdulillah orang tua gadis kecil itu menemukan pasangan orang tua yang juga mengalami hal yang sama, anak mereka laki-laki dan telah menjalani operasi cabut gigi sebanyak 12. Awalnya mereka juga mengalami kekhawatiran yang sama dengan yang dialami orang tua si gadis, namun Alhamdulillah semua bisa dilewati juga. Mereka berpesan bahwa setelah operasi nanti siapkan saja makanan yang lembut-lembut seperti bubur atau pouridge yang banyak tersedia di toko dengan beragam rasa. Ibu si gadis merenung, makanan lembut? Selama ini gadis kecilnya sama sekali tidak menyukai hal-hal berbau bubur-buburan, semenjak bisa mengunyah makanan padat, gadisnya tidak mau lagi makan bubur, jangankan untuk makan, melihatnya saja, anak gadisnya sudah merasa eneg dan mulai mual. Si ibu menarik nafasnya dalam-dalam.

Setelah berupaya mencari solusi, akhirnya orang tua si gadis memutuskan untuk mengambil sebuah keputusan, yaitu meng-cancel operasi, alias tidak mengikuti saran yang diberikan dokter, tentu saja dengan resiko yang harus ditanggung sendiri oleh orang tua si gadis jika nanti sepanjang perjalanan waktu ada apa-apa terkait kesehatan gigi ananda mereka. Mereka berharap hanya dengan kontrol ke dokter praktek dan melakukan perawatan sedemikian rupa termasuk diet ketat makanan manis-manis yang harus dijalani, gadis terhindar dari sakit gigi yang lebih parah akibat caries yang diderita.

# Kontrol pertama ke dokter praktek
Orang tua menjelaskan kepada dokter gigi apa yang dialami oleh anak semata wayangnya, termasuk keputusan-keputusan yang telah diambil yaitu meng-cancel operasi. Dokter lalu memeriksa gigi anak itu, lalu menjelaskan bahwa caries giginya memang termasuk parah dan dikhawatirkan jika tidak segera ditangani akan terjadi infeksi yang dapat mengganggu kesehatannya. Lalu terjadilah dialog seperti berikut
Dokter:  "Kalian berasal dari mana?"
Orang tua: "Indonesia Dok"
Dokter: "Apakah anakmu sama sekali tidak pernah kamu bawa ke dokter gigi?"
Orang tua: "Beberapa kali Dok, terakhir 6 bulan yang lalu sebelum kami berangkat kesini".
Dokter: "Apa yang dilakukan dokternya?"
Orang tua: "Menambal bagian-bagian gigi yang keropos...."
Dokter: "Lalu tambalannya lepas semua? Saya cek tidak ada tambalan sama sekali".
Orang tua: "Maaf saya tidak tahu itu".
Dokter: "Apakah anakmu kamu kasih minum di botol?"
Orang tua: "Iya kira-kira mulai usia 1 tahunan"
Dokter: " Apa isinya?"
Orang tua: "Susu"
Dokter: "Pernah kamu isi dengan jus?"
Orang tua: "Tidak pernah hanya susu saja....".
Dokter: "Soalnya anakmu terindikasi terlalu banyak mengkonsumsi yang manis-manis...?".
Orang tua: "Em......apa mungkin karena susunya berasa manis?"
Dalam hati sang ibu jadi teringat bahwa semua susu formula yang dulu pernah diberikan pada anak gadisnya sewaktu balita dulu berasa manis, dan biasanya sang ibu memberikannya menjelang anak gadisnya akan tidur. Sang ibu tertegun sejenak, ada secuil rasa bersalah di sana....benarkah susu formula yang disodorkan pada anak kesayangannya sewaktu balita dulu telah menyumbangkan caries gigi pada anaknya? Deg....

Pemeriksaan tahap pertama selesai, dokter menyarankan agar si anak menjalankan diet ketat, dan meningkatkan kebersihan gigi dan mulut. Menghindari gula seperti permen dan minuman berasa manis, menghindari makanan kecil di luar jam nge-mil, memperbanyak minun air putih, menggosok gigi setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam tidak boleh dilewatkan. Kesimpulan terakhir, dokter akan bernegosiasi dengan pihak rumah sakit agar gigi yang cabut hanya 7 dengan pertimbangan yang paling parah saja dan tidak mungkin diselamatkan lagi. Sementara gigi yang lain akan diusahakan dirawat, karena jika gigi sebanyak itu dicabu sekaligus, ada kemungkinan si kecil akan kesulitan beradaptasi saat makan, selain itu ada beberapa gigi yang baru akan tumbuh nanti saat memasuki usia 12 tahun, dan itu masih lama.

Orang tua sangat bersyukur mendengar keputusan itu, paling tidak hanya separuh dari target gigi keseluruhan yang akan dicabut.

Sambungan 1

#Kontrol kedua ke dokter praktek
Si gadis kecil nampak cemas, ia berkali-kali menanyakan ke ibunya apakah giginya akan dicabut hari ini. Ayahnya menenangkan bahwa dokter hanya akan memeriksa lagi giginya, dan menanyakan apakah nasehat dokter sudah dijalankan dengan baik oleh gadis kecil itu atau tidak. "Aku kan sudah tidak makan permen lagi...gigiku pasti sudah sembuh, iya kan Mi?". "Iya", jawab ibunya datar, sedikit cemas sebenarnya.

"Take a seat sweetheart, how are you?", kata dokter sambil mempersilahkan gadis kecil itu untuk duduk di kursi periksa. Tak lama kemudian dokter itu sudah tenggelam memeriksa dengan teliti gigi-gigi si kecil. "Ow...lihat ada yang bengkak rupanya di gusi bagian ini, ini pasti karena terinfeksi oleh gigi yang keropos ini", simpul dokter. Ibu hanya terdiam...menunggu langkah apa yang akan disarankan dokter. "Ok kalau kamu mengijinkan, aku bisa mencabut gigi yang menyebabkan infeksi ini sekarang juga dengan bius lokal(suntik maksudnya) itu juga kalau anakmu tidak merasa terlalu cemas, dan kamu harus menjelaskan kepadanya. Atau kalau kamu juga cemas dengan prosedur ini, aku bisa membuatkan surat ke pihak rumah sakit agar gigi anakmu dicabut disana menggunakan bius total menggunakan masker gas tapi itu lama dan akan memperburuk infeksinya, terserah kamu keputusannya seperti apa", jelas dokter itu panjang lebar.

Si ibu berpikir keras untuk mengambil keputusan yang cepat, antara ingin mengijinkan pencabutan tapi gadis kecilnya harus disuntik, padahal sebelumnya ibu sudah berjanji pada gadis kecilnya bahwa hari ini hanya untuk periksa saja, dan bukan cabut.... di lain sisi jika menunggu lama, bisa saja infeksinya semakin memburuk dan akan menggangu kesehatan gadis kecilnya. Si ibu berpikir sambil memandangi wajah gadis kecilnya yang terlihat heran dengan ekspresi wajah ibunya. Gadis kecil itu nampaknya juga penasaran dengan apa yang telah disampaikan dokter gigi itu sehingga wajah ibunya menjadi berubah sedemikan rupa.

Ibu menarik nafas dalam-dalam dan mulai menjelaskan kepada gadis kecilnya tentang apa yang disampaikan dokter, dan berharap bahwa keputusan untuk mencabut giginya hari ini tidak terlalu membuatnya sangat kecewa karena menganggap ibunya telah berbohong. Ibu juga menjelaskan dengan bahasa sederhana mengapa harus cabut gigi hari itu juga, bagaimana cara mencabutnya, harus disuntik dulu, seperti apa rasanya disuntik, si ibu mempergakan dengan mencubit punggung tangan anak gadisnya dan seterusnya...dan seterusnya. Terakhir, si ibu menjanjikan hadiah jika gadis kecilnya bisa mengikuti prosedur hari ini dengan baik. Sebenarnya ibu agak keberatan menjelaskan tentang prosedur pembiusan dengan suntik, namun dokter berkali-kali menanyakan pada si ibu untuk memastikan bahwa gadis kecilnya tahu jika akan disuntik terlebih dahulu gusinya. Dalam hati si ibu punya pikiran lain, lewati saja bagian suntik itu, nanti tiba-tiba langsung saja disuntik, dengan demikian gadis kecilnya tidak akan merasa terlalu cemas, namun tidak demikian dengan dokternya. Dokter merasa perlu memastikan bahwa pasiennya mengetahui apa saja yang akan dialaminya, dan memastikan pasien mau menerima prosedur ini untuk kebaikan pasien tentu saja. Huf.....pasti tugas yang tidak mudah buat si ibu.

"Selesai dokter", kata si bu, "semua sudah saya jelaskan", lanjutnya. Wajah anak gadisnya tiba-tiba meringis...dan kaki-kakinya mulai bergerak, mungkin itu ekspresi antara ingiin menangis, berontak, atau pasrah. Si ibu mencoba menunjukkan wajah tabah dan selalu tersenyum untuk meyakinkan putrinya bahwa semua akan baik-baik saja.

Sambungan 2

Dokter mulai mengambil alat suntik, sambil menghitung dengan nada riang, tiba-tiba saja jarum itu telah mendarat di gusi gadis kecil itu sebanyak 2 kali. Gadis kecil itu menerimanya dengan wajah mengerut, menahan sakit, mungkin. Setelah itu, menunggu beberapa saat dan meyakinkan agar biusnya sudah benar-benar bekerja. Beberapa menit kemudian, perawat menyodorkan sebuah alat sebentuk tang yang segera disambut oleh dokter dengan cekatan, mungkin dengan maksud agar alat itu tidak terlihat vulgar di mata pasien kecilnya. Setelah itu sambil mengajak ngobrol dan meminta gadis kecil agar membuka mulutnya lebar-lebar, dokter gigi itu dengan cekatan menjepit gigi yang sakit, menggoyang-goyangkannya sebentar, lalu...."Nah ini dia....gigimu yang sudah rusak, kamu mau menyimpannya dan memberikannya pada peri gigi?" tanya dokter itu. Gadis kecil itu menjawab dengan anggukan. Si ibu tersenyum lega.....

#Kontrol ketiga ke dokter praktek
Kali ini si ayah yang mengantar gadis kecil untuk ke dokter gigi. Kontrol kali ini jeda selama 1 bulan setelah pencabutan gigi. Agendanya adalah pencabutan gigi selanjutnya, ada 2 gigi yang rencananya harus segera dicabut karena telah menyebabkan infeksi juga pada gusinya. Kasusnya sama dengan pencabutan gigi pertama, hanya berbeda jumlah gigi saja.

Gadis itu berangkat ke dokter gigi dengan riang gembira karena ayahnya menjanjikan jika dirinya bisa bekerjasama dan menurut dengan apa yang diminta dokter dengan baik, maka dia akan mendapatakan baju princess beserta tiaranya. Itulah saat yang paling dinanti-nanti oleh gadis kecil itu. Meski tahu giginya akan dicabut lagi, namun dia tidak mencemaskannya kali ini.

Sesampainya di ruangan dokter, gadis kecil itu segera duduk di kursi pasien, siap diperiksa. Dokter bertanya-tanya sedikit, setelah itu melaksanakan prosedur. Nampaknya si ayah lebih tegar menunggui gadis kecilnya untuk dicabut giginya. Suntik segera dilakukan, dan.....tibalah saat pencabutan. Alhamdulillah gigi yang pertama sudah berhasil dikeluarkan, giliran gigi yang kedua.....o...o...wajah gadis kecil itu menunjukkan ekspresi sangat kesakitan, nampaknya lebih sakit daripada gigi yang pertama tadi. Dokter juga membutuhkan waktu yang agak lama untuk mencabutnya. Berusaha menggoyang-goyangkan giginya, ke kiri ke kanan....gadis kecil itu meringis, semakin meringis, dan ....akhirnya berhasiljuga gigi yang kedua dicabut. Dokter menanyakan apakah gigi-giginya akan disimpan seperti sebulan yang lalu untuk diberikan kepada peri gigi? Gadis kecil itu sudah tidak berminat lagi menjawab pertanyaan itu rupanya. "Oke aku saja yang akan menyimpan dan memberikannya pada peri gigi", sambung dokter gigi itu kemudian, memahami bahwa gadis kecil itu masih kesakitan dan tidak peduli lagi dengan gigi maupun perinya.

Sambungan 3

Segera ayah berpamitan ke dokter sambil mennggandeng tangan kanan gadis kecilnya. Gadis kecil itu hanya diam saja, berjalan keluar ruangan tanpa senyum, nampak matanya yang memerah dan sesuatu tertahan di bibir mungilnya. Begitu keluar dari pintu....."Hu......uuu...." gadis kecil itu menangis sambil terisak-isak seperti berat, semenjak dari tadi dia menahan tangisan itu rupanya. Si ayah segera memeluk dan menggendong gadis kecil kecilnya itu, menuju ke rumah, naik bus tentunya karena biar segera lekas sampai di rumah dan gadis kecilnya segera bisa beristirahat.

Sepanjang perjalanan di bus, si ayah terus menceritakan kejutan yang akan di dapat gadis kecilnya begitu sampai di rumah, berharap gadis kecilnya segera terhibur dan sedikit melupakan rasa sakitnya. " Kakak sudah ok, sudah mau nurut sama dokter jadi kakak nanti dapat hadiah....baju princess, kita lihat nanti baju princessnya warna apa ya...", bujuk si ayah. Gadis kecilnya hanya terdiam menyembunyikan wajahnya di bahu si ayah sambil sesekali sesenggukan.

Si ibu segera menyambut kedatangan ayah dan anak begitu mereka sampai di rumah. "Lho...kenapa kakak?", tanya ibu begitu melihat wajah kakak yang terlihat habis menangis. "Hu...u....", gadis kecil itu melanjutkan tangisannya lagi, kali ini pelukan si ibu yang menenangkannya. Panjang lebar si ayah bercerita sambil tangannya mengambil bungkusan di dalam lemari pakaian. "nah ini dia hadiahnya....buat kakak yang sudah pintar dan berani....", kata ayah sambil menyerahkan bungkusan hadiah itu ke tangan gadis kecilnya. Sambil malu-malu, gadis kecil itu melepas pelukan ibunya dan beralih memeluk hadiah itu. Baju princess warna biru yang dijanjikan si ayah jika gadis kecilnya berani ke dokter gigi untuk yang kesekian kali. Gadis kecil itupun tersenyum tipis ke ayahnya karena masih sedikit  menahan tangis.

#Kontrol keempat ke dokter praktek
Kali ini agendanya adalah membersihkan dan menambal gigi-gigi yang berlubang. Giliran ayah lagi yang mengantar gadis kecilnya. Hari itu gadis kecilnya nampak lebih cemas dari sebelum-sebelumnya, mungkin masih trauma dengan cabut gigi yang terakhir dihadapinya. Si ayah menangkap kecemasan itu dan berusaha menenangkan, namun kali ini tidak ada hadiah yang dijanjikan ayah buat gadis kecilnya. Sesampainya di tempat dokter, seperti biasa, dokter menyambut dengan ramah, menanyakan kabar, dan meminta gadis kecil itu duduk di kursi periksa.

"Hari ini aku akan menambal gigi yang ini dan yang ini, tapi sebelumnya aku harus membersihkan gigi yang ini, ini, dan ini." Jelas dokter gigi itu., si ayah menjawab dengan anggukan. "Apakah dia ok jika aku memberinya anestesi dengan suntikan (injection)?", tanya dokter. Mendengar kata injection, wajah gadis kecilo itu langsung berkerut dan menggeleng. Ayah segera paham dan mencoba menjelaskan ke dokter bahwa gadis kecilnya sangat merasa tidak nyaman jika harus menerima suntikan lagi karena masih merasa trauma dengan yang dirasakan saat kontrol sebelumnya. "Ok, kalau gitu aku tidak akan menyuntiknya lagi, tapi harus tahan sakit sedikit ya", jelas dokter itu.

Dokter segera menyiapkan peralatan, dibantu oleh perawatnya. Tak lama kemudian, dokter dan perawat itu telah memusatkan perhatiannya pada gigi-gigi mungil gadis kecil itu. Bunyi peralatan dokter itu memang bising dan menakutkan....sesekali wajah gadis kecil itu meringis. "Well done." kata dokter sesekali untuk menyemangati gadis kecil itu, lalu kembali tenggelam dalam deretan gigi-gigi mungil si gadis kecil.

Sekian lama kemudian, dokter melepas sarung tangan dan kaca mata di wajahnya, mulai berbicara pada si ayah. "Ok semua sudah selesai, aku sudah menambal bagian yang ini dan yang ini, yang ini juga aku tambal agar caries giginya tidak bertambah buruk. Aku tidak akan mencabut giginya lagi, itu tidak perlu karena beberapa gigi yang lain sudah mulai goyang jadi hanya perlu menunggu waktu saja agar giginya terlepas secara alami. Sekarang tugasnya tinggal rajin-rajin menjaga kebersihan giginya, dua bulan lagi kontrol. Are you ok honey?" sambil melihat ke wajah gadis kecil yang masih duduk di kursi periksa.

Senyum lega nampak di wajah si ayah karena kekhawatirannya tidak terjadi, kekhawatiran bahwa gadis kecil kecilnya akan menghadapi operasi cabut gigi sebanya 14, wow....  Semuanya bisa terlewati dengan baik tanpa operasi. Keduanya berjalan menuju halte bus dengan senyum lega.......Alhamdulillah.

Ayah, ibu, dan gadis kecil itu sekarang semakin mengerti dan memahami betapa pentingnya memperhatikan gigi yang sebelum-sebelumnya hanya dianggap sambil lalu saja. Selain itu banyak masukan-masukan dari dokter gigi tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan cara-caranya, tidak hanya sekedar rajin menggosok gigi dengan pasta gigi, namun perlu diperhatikan kebutuhan flouridenya, serta diet makanan yang dapat menyebabkan caries gigi, juga menentukan jadwal yang tepat kapan harus menggosok gigi ataupun menentukan jam makan camilan.

*Cerita ini berdasarkan kisah nyata.
*Segala bentuk detail percakapan dan kejadian ada yang ditambah dan dikurangi oleh penulis tanpa mengurangi maksud dan inti cerita.
*Selamat menikmati, dan semoga pembaca dapat mengambil manfaatnya.
*Terimakasih juga buat teman-teman yang selalu menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan tulisan ini, Uni Kiki, dan mbak Indah selamat membaca :-)