Kamis, 28 Februari 2013

5 a Day


Saya beberapa kali mendengar istilah ini selama tinggal di Newcastle, penasaran juga apa sebenarnya maksud dari istilah tersebut. Awalnya saya menduga kalau itu program yang sama dengan 4 sehat 5 sempurna yang sedari dulu sudah digalakkan di Indonesia. Tapi ternyata berbeda, akhirnya saya menemukan informasi di internet, saya tulis menggunakan bahasa saya sendiri agar lebih mudah saya pahami.

5 a Day adalah nama dari salah satu program kesehatan yang diterapakan di beberapa negara antara lain di Amerika, Inggris, dan Jerman yaitu menyarankan agar masyarakat mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayuran dalam sehari. Hal itu berdasarkan rekomendasi dari WHO bahwa setiap individu disarankan setidaknya mengkonsumsi 400gr sayuran perhari. Pada April 2010, penelitian menyatakan bahwa mengkonsumsi buah dan sayur berpengaruh dalam mengurangi penyakit kanker. 

Di UK sendiri program ini diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan UK pada musim dingin 2002-2003. Awalnya kampanye ini banyak mendapatkan sorotan dari media karena tingginya biaya untuk mendapatkan buah dan sayur yang segar. Selain itu kampanye ini dianggap membutuhkan biaya besar namun target yang tercapai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun penelitian selama 10 tahun yang dilakukan telah menenukan solusi. Di artikel yang saya baca tidak dituliskan seperti apa bentuk solusinya. Namun demikian, kampanye ini akhirnya mengundang kritik  dari Channel 4 karena pemerintah dianggap gagal melindungi industri makanan yang melakukan klaim bahwa produk mereka adalah bagian dari makanan 5 a day.

Mungkin maksud dari kritikan tersebut adalah bahwa pada akhirnya banyak produsen makanan yang mengaku bahwa produk mereka merupakan bagian dari 5 a day, padahal belum tentu juga. Hal itu tentu saja untuk menarik perhatian konsumen agar mereka tertarik mengkonsumsi makanan yang mereka produksi. Jika kita amati, banyak produk makanan ringan maupun minuman yang pada bungkusnya tertera label 5 a day. Sebagai konsumen, kembali lagi memang harus jeli dan cerdas pada akhirnya, kita tidak bisa begitu saja menerima....oiya ini bagian dari 5 a day, pasti sehat dan sebagainya dan sebagainya. Istilahnya seperti kecap, semua nomor 1 tidak ada kecap yang nomor 2. 

Nah bagus sekali kan program ini,....Indonesia negeri yang kaya akan sayur dan buah-buahan, semoga rakyatnya bisa memanfaatkan kebaikan buah dan sayur secara maksimal. Buah dan sayuran di negara seperti Inggris ini sangat mahal, contohnya tomat isi 6 harganya 16 ribu, daun bawang seikat mungkin isi 6/7 harganya 7500 he3....itung sendirilah belanja hariannya untuk sayuran. Bersyukurlah mereka yang tinggal di negeri seperti Indonesia, konsumsi sayur dan buah menjadi lebih gampang.

Rabu, 27 Februari 2013

Describing People - Menggambarkan Ciri-ciri Seseorang


zimmer frame

Ada beberapa kosa kata yang bisa digunakan untuk membantu menggambarkan ciri-ciri seseorang, misalnya

She/He is has ......

Selasa, 26 Februari 2013

Balada Kekenyangan



Hari ini ceritanya lapar mata. Setelah sehari sebelumnya secara tidak sengaja menemukan cara membuat samosa versi saya sendiri, dan mendapat hidangan berupa bubur jagung dari tetangga, malam harinya merenung memikirkan kedua makanan tersebut. Yang jelas ueennaaak poll, buktinya saya sampai kepikiran malam-malam sambil merem melek membayangkan kedua makanan tersebut.

"Betapa nikmatnya jika sore hari ada samosa hangat, ditemani bubur jagung manis, emmmm, slurps..." bayangan itulah yang melayang-layang di benak saya. Akhirnya pagi tadi setelah semua pekerjaan rutin selesai, segera saya searching di internet "cara membuat bubur jagung manis". Ada banyak informasi yang keluar, saya klik salah satu yang menurut feeling paling sesuai, Alhamdulillah berjodoh. setelah itu saya catat lengkap resepnya. Emmm sebuah langkah kecil dari rencana besar telah dimulai ha..ha.....ha......hush.

Saya punya ide bagaimana kalau saya mengundang beberapa teman yang kebetulan jadwalnya hari ini lewat depan rumah (karena ada kursus maksudnya) supaya masak dan makannya lebih semangat he3...Akhirnya langkah kedua terlaksana, mengirim pesan kepada teman yang dimaksud. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan bahan yang akan dibuat isi samosa. Setelah dipikir-pikir, baiknya saya buat aja deh isi samosanya, jadi pas teman-teman datang bisa langsung bungkus kulitnya dan goreng, nggak pakai lama.

Langkah ketiga terlaksana, setelah kupas sana-sini, iris sana-sini, oseng, kasih bumbu, incip, selesai deh. Alhamdulillah, penyelesaiannya tinggal dikerjakan bareng-bareng. Thiiiiing......lampu berkedip, inget aha....sekarang giliran bikin bubur jagung manis dulu ah. Kebetulan saya sudah mulai lapar juga membayangkannya. Nggak pakai lama, jadilah bubur jagung manis improvisasi, hemmm yummi....nggak pakai lama juga, saya sudah habis 1 mangkuk, eh 2 mangkuk, cuma 2 mangkuk saja....

Eh nggak terasa sudah jam 2 siang, pantesan tadi laper buanget. TIba-tiba terdengar pintu diketuk....nah teman saya dateng. Ok kita mulai, bungkus-bungkus samosa. Idealnya, samosa itu berbentuk segitiga, karena ruwet akhirnya saya memutuskan menggulungnya seperti lumpia, ceritanya samosa menyamar jadi lumpia gitu. Tapi teman saya satu ini tidak menyerah, terus berusaha membuat bentuk segitiga samosa, ayo....You can do it! Jadi deh, tinggal goreng, kita nikmati sama-sama pakai cocolan saos sambal ABC impor dari Indonesia!

Tak lama kemudian, teman saya satu lagi datang, langsung meluncur ke dapur....lipat-lipat kulit lumpia, goreng-goreng..... Seneng deh ke dapur rame-rame...seru... Diantara kegiatan-kegiatan itu, entah berapa kali samosa yang masuk ke perut saya....nggak kepikiran untuk menghitung juga waktu itu, udah keasyikan. Setelah bla...bla...bla....selesai. Teman-teman pamit pulang, hmm ...lega rasanya sudah bisa mengundang teman-teman meski hanya dengan acara yang sederhana. Kapan-kapan lagi ah...InsyaAllah.

Alhamdulillah, mbak Ara dan abinya sudah pulang dari sekolah. Abi dan mbak Ara lalu makan sore, saya ikutan karena masih merasa lapar, nasi + lauk, samosa, bubur jagung manis, dan seterusnya.... Abi lalu kembali ke kampus lagi. Saya beres-beres dapur, eh kok tiba-tiba perut nyeri....astaghfirullahaladziim.... setelah diingat-ingat pasti ini bukan karena magh kambuh gara-gara telat makan seperti yang biasa saya alami. Tapi kali ini lebih karena kekenyangan.... saya sudah makan berlebihan hari ini. Ya Allah maafkan hambamu ini.....

Sesak rasanya perut ini, tidak nyaman untuk digunakan beraktifitas. Saya jadi ingat bahwa apapun yang berlebihan memang tidak baik, makanya seorang muslim selalu dianjurkan untuk berinfak, bersedekah, diwajibkan berzakat, berpuasa agar apa yang dimiliki tidak dimanfaatkan berlebihan bagi dirinya sendiri. Termasuk berhenti makan sebelum kenyang....Subhanallah

Jam setengah 7 malam, tetangga datang, membawakan sepiring kue nikmat.....tergoda? Sangat....apalagi sebelumnya kue itu saya lihat di FB, teman yang membuatnya yang mengup-load, hemmmm rejeki...tapi perut ini masih sesak....setelah dipandangi...direnungi, bismillah saya mengambil keputusan. Akhirnya saya simpan dulu kue itu, untuk saya nikmati esok paginya, insyaAllah...terimakasih ya Allah, Engkau telah memberiku pelajaran yang sangat berharga kepadaku hari ini, meski melalui proses yang sederhana. Semoga mereka yang senantiasa berlebih-lebihan menikmati segala sesuatu yang --apalagi--  bukan miliknya segera Engkau bukakan pintu hatinya, Amin.

Termikasih kepada:
Mbak Indah Puji Mulyani + Dik Alvy
Mbak Ari Pusparini + Mas Dzakka
Mbak Kiki (atas foto kuenya dan kuenya he3...)

NB: sebelum saya menyimpan kue yang enak itu, maaf saya mencicip sedikit toppingnya, sedikit kok, istilahnya sak ndulit, hanya untuk menghilangkan rasa penasaran saja sebelum kue itu harus masuk kulkas. See you tomorrow nice cake...:-)

# Keesokan harinya
Alhamdulillah saya akhirnya bisa menikmati cakenya mbak Kiki sepuas hati, Subhanallah uenak banget.... Abinya Ara sampai sampai heran melihat saya asyik duduk di karpet sambil menggumam aneh, hemmm....hemm...yummi... " ngapain mi?" ...."eh ini bi enak...em..." konsentrasi.

Senin, 25 Februari 2013

10 Ways to Improve Your Memory



I have got this article from First Step. I think it's a good article, so I decided to re-write it.

A good memory is often seen as something that comes naturally, and a bad memory as something that cannot be changed, but actually there is a lot that you can do to improve your memory. However, it does mean taking responsibility and making effort. Here are the expert's top tips.

1. Take an Interest - make an effort
We all remember the things we are interested in and forget the ones that bore us. This no doubt explains the reason why schollboys remember football results effortlessly but struggle with dates from their history  lessons! Take an active interest in what you want to remember, and focus on it consciously. One way to "make" yourself more interested is to ask questions-the more the better.

2. Repeat Things
Repeating things is the best way to remember things for a short time, e.g. remembering a phone number for a few second. 'Chunking' or grouping numbers helps you to remember them, e.g. the following numbers would be impossible for most us to remember: 1492178919318483. But look at them in 'chunk' and it becomes easier: 1492 1789 1931 8483.

3. Form a Mental Picture
Another way to make something more memorable is to think about something visual associated with it. Form a mental picture, and the stranger the picture the better you will remember it! If an English person studying Spanish wanted to remember the Spanish word for duck, 'pato', he/she could associate it with the English verb 'to pat' and imagine a picture of someone patting a duck on the head.

4. Invent a Story
To remember long list, try inventing story which includes all the items you want to remember. In experiments, people were asked to remember up to 120 words using this technique and when they were tested afterwards, on average they could remember ninety percent of them!

5. Organize your Ideas
If we organize what we know in a logical way then when we learn more about that subject we understand that better, and so add to our knowlegde more easily. Make well-organized note. Be sure things are clear in your mind. If not, ask questions until you understand!

6. Listen to Mozart
Many experts believe that listening to classical music, especially Mozart, helps people to organise their ideas more clearly and so improves their memory. Sadly, rock music does not have the same effect!

7. Take Mental Exercise
If you do not want to lose your memory as you get older, you need to keep your brain fit, just like your body: 'use it or lose it' is the expert's advice. Logic puzzles, crosswords and mental arithmetic are all good 'mental aerobics'.

8. Take Physical Exercise
Physical exercise is also important for your memory, because it increases your heart rate and sends more oxygen to your brain, and that makes your memory work better. Exercise also reduces stress, which is very bad for the memory.

9. Eat the Right Things
The old saying that 'eating fish makes you brainy' may be true after all. Scientists have discovered that the fats found in fish like tuna, sardines and salmon-as well as in olive oil-help to improve the memory. Vitamins C and E (found in fruits like oranges, strawberries and red grapes) and vitamin B (found in lean meat-daging rendah lemak- and green vegetables) are all good 'brain food', too.

10. Drink Coffee
Caffeine may not to be too good for you, but like exercise, it increases your heart rate and sends more oxygen to your brain. A cup of coffee really does help you concentrate when you sit down to study. And if you don't like coffee, don't worry-experts believe that chewing gum has the same effect.

Which one do you usually use to improve you memory?

Minggu, 24 Februari 2013

Sakit Hati vs Sakit Gigi

"Daripada sakit hati....lebih baik sakit gigi ini...biar tak mengapa....rela...rela..." dst. Lagu itu sangat populer sekali di zaman saya kecil. Dan bait yang ini menjadi pro dan kontra di kalangan khalayak ramai, hemm....seramai apa khalayaknya??? " Ah masak sih lebih enak sakit gigi?"..."Iya, kl sakit gigi itu, yang sakit ya giginya thok, tapi kalau sakit hati hati itu, semuanya ikut sakit", "Lha tapi, sakit gigi itu ndak bisa tidur lho, beneran"....Itulah contoh pro dan kontranya. Saya yang waktu itu masih anak-anak, cuma cuek aja ndengerinnya.


Nah sekarang berhubung udah gedhe....udah pernah ngerasain dua-duanya, ya sakit hati ya...sakit gigi...saya mau berbagi opini, menggambarkan bagaimana perasaan saya. Penting nggak sih sebenarnya?

Senyum
Inikan sedekah yang paling mudah dan murah, ternyata eh ternyata saat sakit gigi melanda jadi barang mahal dan langka. Ketemu siapa aja jadi males senyum, bukan males sih, lebih tepatnya sulit senyum karena semakin senyum, semakin nyuuut.... Bibir jadi males bergerak, mulut merapat terus, menahan sakit. Tapi kalau sakit hati,  Alhamdulillah masih bisa senyum, banyak istighfar jadi adem. Mulut masih bisa meringis meski hati ini teriris cie...., begitu ibaratnya.

Marah
Saya kalau lagi sakit gigi itu seperti harimau tidur yang kelaparan, jadi kalau diusik dikit aja, bawaanya mau nyamber, mencabik-cabik he3....sadis ya. Yang ngusik bakalan jadi sasaran empuk buat dimarahin he3....eerrrr. Tapi kalau sakit hati, dongkol iya, marah dikit sih, tapi nggak sesewot kalau pas lagi sakit gigi. Masih bisa ditahan, gitu. Hati boleh membara, kepala tetep dingin. Kalau pas sakit gigi, nggak ada adem-ademnya, panas terus.

Galau
Sudah pasti kalau sakit gigi itu ya galaunya 1x24 jam dalam sehari. Hiburannya ada tuh, nonton film korea, pas banget. nonton adegan yang sedih-sedih, ikutan nangis, kali ini bukan karena terhanyut dengan ceritanya tapi lebih karena nelangsa ingat nasib diri ini dijajah oleh gigi. Oh...nasib. Kalau sakit hati nggak usah nonton film korea, nonton OVJ aja, ngakak liat Sule dkk he3.... Tapi saya nggak pernah segalau itu kok kalau lagi sakit hati, Alhamdulillah, tapi kalau dicuekin sama abinya Ara, nah baru galau segalau galaunya hi3....

Menulis??
Waduh apalagi.....kalau sakit gigi melanda sudah nggak sempet melakukan hal yang satu ini. Tak mampu rasanya jari jemarinya menari di atas keyboard, rasanya kok ndak empati banget dengan gigi yang sedang sakit. Jari ini sepertinya ikut merasakan penderitaan si gigi yang malang. Jari-jari ini tugasnya sekarang mengelus-elus pipi sebagai wujud duka citanya. Akur. Kalau sakit hati mah, malah rajin nulis, nulis apa aja, itung-itung buat katarsis he3....

Tibalah hari kemerdekaan....
Alhamdulillah sekarang saya sudah sembuh sakit giginya, makanya bisa menulis lagi. Hari Selasa lalu akhirnya gigi yang saya sayangi harus saya relakan untuk dicabut, menurut dokternya sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Semoga tidak ada gigi-gigi lain lagi yang sakit dan harus dicabut, amin. Mengingat stok gigi ini yang mepet, tidak ada cadangan lagi, maklum sudah tidak di masa pertumbuhan. Oiya setelah dicabut tidak langsung beres, tapi melewati fase bengkak dulu di wajah dan perlu istirahat kurang lebih seminggu, Alhamdulillah fase ini jg sudah terlewati. Merdeka.......

Begitulah fase-fase yang saya alami selama sakit gigi, beneran kapok sekapok kapoknya deh, nggak mau lagi. Kalau sakit hati sih wajar-wajar aja, namanya juga manusia, berbesar hati aja, percaya sama Allah, insyaAllah beres deh. Tips terakhir, ndak usah nyanyi lagu yang di atas itu lagi deh, meski lagunya enak dinyanyiin kalau pas lagi galau, tapi ntar malah jadi doa, sakit gigi beneran he3...

Jumat, 08 Februari 2013

Surat Kepada Masa Tuaku



Dear Nduk

Bagaimana kabarmu hari ini Nduk? Aku harap kamu dan keluargamu sehat, dan selalu dalam perlindungan Allah SWT. Akupun demikian, saat menulis surat ini, Alhamdulillah jiwa ragaku sehat, cuma ada sedikit ganjalan, gigiku linu Nduk, cenut-cenut. Tapi demi dirimu, ndak papa Nduk nulis surat sambil cenut-cenut. Mungkin kondisi seperti ini, nulisnya jadi lebih menjiwai, iyo to Nduk? Lihat saja Chairil Anwar, puisinya begitu abadi sampai saat ini, juga Gie, begitu heroik buku hariannya karena mereka sama-sama sakit saat menulis. Tapi sakitnya bukan sakit gigi sih Nduk. Sudahlah kok malah nyritain yang lain.

Oiya kamu heran nggak Nduk, kenapa pembukaan suratku pakai pembuka "Dear Nduk"? Karena aku baru saja diajari nulis surat sama guru bahasa Inggris di Newcastle, pembukannya pakai "dear" katanya, nggak tau maksudnya apa, dan kenapa selalu itu. Kalau "Nduk", itu karena aku tetep suka memanggil kamu Nduk, meskipun usiamu tidak lagi seperti genduk-genduk itu, tapi aku lebih suka memanggilmu demikikan, terasa dekat di hati. Selain itu bagiku, kamu adalah genduk kecilku, setua apapun dirimu kamu tetap gendukku yang selalu ingin aku manja-manja, dan aku sayang-sayang.

Gimana Nduk keadaanmu? Di usiamu yang sekarang ini, kira-kira apa saja cita-citamu yang sudah tercapai? Aku masih ingat beberapa Nduk, naik haji, sekolah lagi, membuka praktek konseling bersama suamimu, juga membuatkan adik untuk anak semata wayangmu. Jika sudah tercapai, Alhamdulillah aku turut senang dan bersyukur Nduk, karena doamu telah diijabahi Allah SWT, semoga dengan terkabulnya doamu, engkau lebih mendekat lagi padaNya. Bukti atas segala rasa syukurmu. Tapi jika belum teruslah berusaha dan berdoa, semoga dari ribuan kali doa yang engkau panjatkan akan Allah kabulkan. Jangan pernah berkecil hati Nduk, bukankah Allah senantiasa menyayangi hambanya yang giat berusaha? Bukankan Allah juga menyayangi hambanya yang menyayangiNya?

Jika sampai saat ini engkau belum dipanggil berhaji, jangan bersedih Nduk. Mungkin Allah memberikan waktu untukmu agar bisa lebih mempersiapkan diri, agar lebih patut nanti. Tanyakan lagi pada hatimu, sudah patutkah kira-kira menerima undangan dari Allah, khalik semesta alam ini. Undangan yang tentu saja paling mulia di dunia ini, jauh dari sekedar undangan makan bersama Pak Rektor dan keluarganya, yang mana engkau mempersiapakan sedemikian rupa, mulai baju, sepatu, tas yang kau rasa harus sepadan agar tak mempermalukan dirimu dan keluargamu. Apalagi ber haji Nduk, tak elok jika kamu mempermalukan dirimu di hadapan Allah SWT dengan ilmu agamamu yang seadanya, compang-camping. Tetap semangat ya Nduk, "manjadda wa jadda".

Soal sekolahmu, jangan pernah risau Nduk, andai hingga saat ini kamu masih dengan titelmu S.Psi jangan pernah merasa rendah diri. Ilmu bisa didapat dimana saja, tidak hanya dibangku kuliah, dimana saja. Ilmu tersebar luas di dunia ini, tercecer dimana saja bagi siapapun yang dengan jeli mau memungutinya. Dan aku rasa lebih banyak macamnya daripada yang ada di bangku kuliah. Kamu bisa belajar tentang kesabaran dari seorang penyapu jalanan, tiap kali angin berhembus menerbangkan sampah dan dedaunan yang belum sempat dimasukkan ke keranjang sampah, dia harus melakukannya lagi, menyapu lagi, dan lagi hingga sampah tak tersisa lagi. Kamu juga bisa belajar tentang menjaga sebuah harapan dari seorang penjual es keliling, meski hari mendung, dia tetap mengayuh sepeda menjajakan esnya, berharap ada seorang anak kecil ingin menikmatinya meski pada akhirnya sang ibu melarang, khawatir anaknya terkena pilek nanti. Meski kecewa karena si anak tak jadi membeli esnya, tukang es itu tetap mengayuh sepedanya, berharap bertemu dengan pembeli yang lain lagi. Pangkal dari ilmu adalah kebijaksanaan Nduk, buat apa kamu mengumpulkan banyak singkatan di belakang namamu jika itu tak mengubah pola berfikirmu.

Soal rencana praktekmu, jalani saja Nduk. Dulu sebelum kamu bercita-cita buka praktek dengan suamimu, Alhamdulillah sudah ada klien yang datang, ingat ndak? Waktu itu orangtua dari salah seorang mahasiswi suamimu datang ke rumah, ya mencurahkan hatinya tentang kondisi anak, bertanya tentang solusinya dan sebagainya dan sebagainya. Setelah ngobrol ngalor ngidul, pulang-pulang mereka ngasih sekarung beras, setandan pisang dan lain-lainnya. He3...lucu ya nduk, seperti kisah dokter yang praktek di pedalaman, ongkosnya sembako. Tapi yang ini kasusnya karena suamimu ndak mau nerima amplop dari mereka alasannya suamimu hanya ingin membantu, ikhlas titik. Alhamdulillah. Menolong orang ternyata membuka banyak pintu rejeki.

Adiknya Ara gimana Nduk? Sudah besar, masih kecil, satu, dua, atau malah belum punya adik sampai saat ini? Kalau sudah ada, Alhamdulillah, amanah harus dijaga dengan benar, tabungan untuk di akhirat nanti. Menjaga anak jaman sekarang lebih susah ya Nduk? Ndak seperti jamanku kecil dulu, dibiarin aja sama bapak ibu, maen di sawah sama di kebon, tahu-tahu sudah besar, dan sudah ngerti. Tapi jaman sekarang aku ngak bisa mbayangin Nduk, semua sudah serba canggih, serba instan, serba akselerasi, banyak-banyak berdoa aja ya Nduk.

Sudah ya Gendukku, suratku sampai sini dulu. Kesimpulan dari pesanku yang panjang lebar itu intinya ikhlas, ikhlas, dan ikhlas. Dengan ikhlas semuanya jadi ringan, adem, ayem, tentrem di hati, semakin dekat dengan Illahi. Hati-hati ya Nduk.

With Best Wishes
Suara Hatimu

Senin, 04 Februari 2013

Tari Saman di Perpisahan


Alhamdulillah Mbak Ara sudah lulus TK di TKIT Al Maun Sengkaling, Malang. Saat perpisahan, mbak Ara bersama beberapa temannya di daulat bu Guru untuk membawakan tari Saman. Mbak Ara senang sekali karena mbak Ara pada dasarnya emang suka dengan kegiatan menari. Sepulang sekolah, biasanya mbak Ara berlatih sama teman-teman dan bu Guru. 

Oiya ada kejadian lucu seiring dengan kegiatan ini, diantaranya sebelum mbak Ara tampil kan harus di make up, sebenarnya tidak harus, berhubung emak-emaknya membuat kesepakatan, ya akhirnya pakai make up dari salah seorang ahli make up. Mbak Ara memang sama sekali belum pernah di make up untuk acara- acara gitu, jadi ini pengalaman pertama. Mbak Ara malu sebenarnya, ndak mau di make up awalnya, tapi setelah tahu teman yang lain di make up akhirnya mau. Terus pas diberi garis di bawah kelopak mata, mbak Ara ndak mau karena sakit katanya (emang sih), trus saat di kasih glitter yang di lem (gak tau istilahnya apa) di bagian kelopak atas, mbak Ara juga nggak mau he3... ga papa lah namanya juga anak-anak.

Pas tampil, ada kejadian yang kurang nyaman pas bagian menepuk paha, setelah saya tanya teryata gelangnya mbak Ara nyangkut di kain roknya itu, jadi gerakannya nggak bisa bebas. Alhamdulillah tampilnya lancar, dan sukses. Bu Guru senang, penonton pun bertepuk tangan meriah. Abi dan Umi bangga sama mbak Ara. Oiya Abi waktu itu ndak ikut datang ke perpisahan mbak Ara, karena mbak Ara yang meminta dengan alasan mbak Ara malu jika nari harus dilihat Abi, selain itu mbak Ara juga bilang kalau yang ada di perpisahan nanti cuma ibu-ibu saja, bapaknya ndak boleh datang he3....ya akhirnya dengan berat hati, Abinya mengalah deh, biar mbak Ara nya tenang dan senang 
 :-).

Dibalik Curhat si Ucup


Teringat percakapan si Ucup dan emak di sinetron Bajaj Bajuri. Waktu itu kisahnya si Ucup sedang galau karena untuk kesekian kalinya ditolak perempuan. Si ucup mengeluh pada emak, "Mak, kenapa nasib Ucup begini terus ya mak, apa Ucup kurang ganteng mak?", "Cup, wajah jelek atau ganteng itu semuanya cobaan dari Tuhan" "Tapi mak, kenapa ucup nggak diberi cobaan seperti Ari Wibowo aja mak?" Hmmm ngarep.

Itulah kurang lebihnya sepenggal dialog keduanya. Lucu sih, banget, saya pas ngliatnya saja langsung ngakak melihat ekspresi melasnya si Ucup yang diperankan Fanny Fadillah. Tapi dari situlah saya tiba-tiba kepikiran sesuatu. Atau bisa dibilang hikmahnya, jika boleh dikatakan demikian.

Yang pertama kita nggak bisa memilih cobaan macam apa yang akan kita terima, itu sepenuhnya hak yang membuat hidup, yaitu Allah SWT. Kita nggak bisa memilih atau meminta apakah akan diberi wajah ganteng/cantik atau sebaliknya. Kesimpulan yang berikutnya, tapi kita bisa memilih cara apa yang akan kita lakukan untuk mengatasi cobaan yang kita terima.

Saat kita, emm lebih nyaman pakai kata "saya" aja deh. Saat saya menerima cobaan yang menyenangkan, seperti kekayaan, popularitas, kesehatan, dan lain-lain. Bisa saja saya memilih untuk berperilaku sombong, acuh tak acuh dengan orang lain, berperilaku suka-suka sayalah pokoknya, "asal saya senang, tarik mang....". Atau sebaliknya, saya memilih untuk tetap rendah hati, menghormati dan menghargai orang lain, menjaga sopan santun, dan lain-lain, pokoknya yang baik-baik lah seperti yang Pak Guru PPKn bilang . Dari situ kemudian bisa diperkirakan apa hasilnya dari kedua perilaku di atas.

Atau saat saya diberi cobaan yang tidak menyenangkan seperti kemiskinan, sakit, dan lain-lain. Lalu saya memilih untuk menggerutu setiap hari, menyesali keadaan, marah dengan keadaan yang ada, menyalah-nyalahkan orang lain. Gampang memang, tapi apakah kemudian keadaan bisa berubah lebih baik? Yang ada juga tambah parah kayaknya. Atau saya memilih untuk menerima keadaan saya, berfikir positif dengan apa yang sedang dihadapi sembari mencari jalan keluar dengan fikiran yang jernih dan berdoa. Kelihatannya gampang kan? Tapi prakteknya, masyaAllah...berat.

Semua pilihan itu ada di tangan saya, hasilnya serahkan saja pada yang mengatur hidup, pasrah. Seperti si Ucup, mau mengeluh terus atau mencoba berfikir positif dan berusaha mengeluarkan "inner beautynya", "inner gantengnya" kali, memancarkan auranya sebagai pria sejati sehingga banyak gadis yang jatuh hati. Tapi kalau ceritanya begini, Bajaj Bajuri nggak seru lagi dong.

Intinya seperti itu, cobaan telah ditetapkan, menjalankannya adalah pilihan. Salam Super (maaf Pak Mario, saya pinjam ya...).



Minggu, 03 Februari 2013

Jangan Ada Lagi Patah Hati


Bukan lautan hanya kolam susu
katanya...
Tapi kenapa yang bisa minum susu hanya orang-orang kaya?
Kail dan jala mampu menghidupimu
katanya....
Tapi kenapa ikan-ikan kita banyak dicuri negara lain?
Tiada topan tiada badai kau temui 
katanya....
Tapi kenapa bapakku tertiup angin ke negara tetangga?
Ikan dan udang menghampiri diriku
katanya.....
Nyatanya kok banyak udang di balik batu?


Kata-kata itu saya ambil dari film berjudul "Tanah Surga katanya....". Bagus emang filmnya, banyak pesan di dalamnya, dan saya juga jadi bertambah wawasannya. Jadi lebih tahu bagaimana sekilas gambaran kehidupan di perbatasan. Bagi yang sudah menonton film ini saya kira pasti tahu arah dari tulisan di atas, bagi yang penasaran silahkan tonton sendiri filmnya.

Mungkin ini sekiranya apa yang dirasakan sebagian orang-orang di perbatasan. Cinta bertepuk sebelah tangan. Ini pendapat saya pribadi sih. Saya tidak pernah merasakan hidup di perbatasan negara. Tapi saya sampai sekarang secara tidak sengaja selalu tinggal di perbatasan kabupaten. Jadi ya ada lah pengalaman meski tidak mirip.

Saya merasa, banyak kebutuhan di desa saya dicukupi oleh desa tetangga saya (yang kebetulan termasuk kabupaten lain). Saya lebih dekat pergi ke ibu kota kabupaten tetangga saya daripada ibu kota kabupaten saya sendiri. Urusan-urusan semacam listrik, telepon, surat-surat penting, ngikut ke desa tetangga saya, karena kalau ngurus di kabupaten sendiri, jauuuuh...berat di ongkos dan waktu. Harapannya sih ada perwakilan dari kabupaten, atau paling tidak, pihak kecamatan mempermudah sagala urusan per-administrasi-an, agar tidak perlu jauh-jauh ke ibu kota kabupaten sana. Jika pemkab membangun, desa saya gitu-gitu aja, sepertinya jauh dari jangkauan. Tapi kalau kabupaten tetangga membangun, pembangunannya berhenti pas di perbatasan. Kalau itu emang sudah seharusnya. Nasib desa saya jadi merana, dicuekin "kiri kanan". Harus "mandiri" deh.

Kenapa saya mengistilahkan dengan cinta bertepuk sebelah tangan? Maksud saya, mereka yang hidup di perbatasan, jika optimis, saya yakin mereka cinta dengan Indonesia, cinta dengan negara ini. Mereka tetap rela menjadi bagian dari bangsa Indonesia. Tapi apakah mereka juga merasa dicintai bangsa ini? Sepertinya....

Jika di film tersebut digambarkan bagaimana susahnya hidup di perbatasan, dengan segala fasilitasnya yang minim, saya kira...........dicintai? Bukankah cinta itu harusnya memberi dan menerima? Nah kalau memberi saja, apa tuh artinya? Ya...tidak aneh jika kemudian mereka jadi tidak mengenal identitas bangsanya sendiri. Yah kenapa susah-susah mengenali identitas?....Kan nggak ada yang mengenalkan, bisa jadi negara ini lupa, bahwa mereka bagian dari bangsa ini juga.

Lupa? Manusiawi sih, bukannya bangsa ini, negara ini, berikut pemerintahannya memang terdiri dari gerombolan manusia? Ups...kumpulan manusia maksudnya, yang tidak sedikit tentunya, dan pastilah cerdas. Tapi segitu banyaknya manusia cerdas kok ya bisa lupa ya?...Lupa berjamaah, berharap lebih banyak pahalanya.

Tak heranlah jika banyak orang perbatasan mengidentikkan dirinya dengan negara tetangganya yang dianggap lebih peduli, dan lebih "pengertian". Selingkuh? Manusiawi bukan? Daripada repot-repot bertepuk sebelah tangan, bisa stress, depresi, syukur-syukur tidak bunuh diri, alih-alih mencari jalan keluar yang paling dianggap sehat.

Semoga yang merasa dicintai segera sadar diri, dan membuka pintu hati, sehingga tak ada lagi cerita-cerita tentang patah hati.

Sabtu, 02 Februari 2013

Maaf, Tidak Sengaja



Saat aku sedang menulis ini, tetangga sebelah sedang bertengkar rupanya. Mereka pasangan dari wilayah Afrika kalau tidak salah, tepatnya dari negara mana, aku tidak tahu. Suara perempuan berteriak-teriak  bersahutan dengan suara laki-laki yang tak kalah garangnya. Aku merasa yakin kalau itu pertengkaran meski aku tak paham bahasanya, tapi dari nada suaranya, intonasinya, kecepatannya dan lain sebagainya, aku sangat yakin kalau itu pertengkaran. Juga ada back sound, suara anak kecil sedang menangis dan seperti gebrakan di meja atau sesuatu yang keras, jadi lengkap sudah hipotesisku, no correction at all. Seingatku pertengkaran ini tidak hanya berlangsung hari ini saja, dua hari yang lalu aku dan suamiku mendengar suara yang sama.

Kali ini suaranya lebih keras, durasinya semakin lama, anak kecilnya berteriak semakin keras, ngeri aku mendengarnya. Aku selalu takut dengan suara pertengkaran yang keras seperti ini. Aku takut jika kemudian hal-hal buruk terjadi. Anak-anak yang melihatnya pasti akan trauma, turut memendam kesedihan dan kemarahan. Hanya itu yang mereka bisa, mereka tidak bisa menengahi pertengkaran orang dewasa, mereka belum bisa mengungkapkan ketidaknyamanannya melihat pertengkaran itu. Mereka tidak bisa berbuaut apa-apa, merekalah yang paling lemah saat ini. Semoga segera berakhir.

Aku tahu betapa tidak nyamannya menjadi seorang anak  yang tentu saja powerless, diantara kejadian yang tidak nyaman. hanya bisa memandang, menatap, beruntung jika bisa menghindar, pergi dan berlari, sehingga tidak perlu mengetahui apa yang selanjutnya akan terjadi. Yang penting tahu endingnya saja, apakah kembali baik-baik saja meski mungkin tidak sebaik awalnya, atau berakhir buruk tanpa ada saling maaf.

Pada saat situasi seperti itu, aku ingin lekas menjadi besar, menjadi dewasa, segera. Sehingga aku memiliki keberanian untuk berteriak, atau aku berani mengambil keputusan untuk berlari menjauhi mereka. ya...paling tidak aku memiliki keberanian walau sedikit. Sungguh tidak nyaman terperangkap dalam tubuh anak-anak saat situasi seperti itu. Padahal saat itu justru memori daya tangkapnya sangat tinggi, setiap detail kecemasan dan kemarahan mampu tersimpan dengan sempurna, yang kelak bisa saja rekaman itu muncul kembali menjadi semacam gangguan yang bisa menghambat perkembangan.

Syukurlah suara pertengkaran itu sudah tidak terdengar lagi, tinggal suara lirih anak kecil sedang menangis. Pertengkarannya boleh dibilang tidak sampai 2 jam, namun akan tersimpan di memori anak itu selamanya, dan mempengarhi anak itu selamanya, hebat bukan? Yah bukan sulap, bukan sihir, dan bukan trick.

Maaf jika tulisan ini adalah hasil proses menguping. Tidak sengaja menguping sebenarnya, tapi tetap saja menguping. Peace aja deh. Semoga bermanfaat :-)